Seorang pemuda manis tengah berjalan dengan lesu. Dirinya baru habis dipukuli oleh ayahnya. Tubuhnya masih terasa sakit sekarang, tapi ia harus tetap kuliah.
Saat ini dirinya sudah tahun ke-4, sebentar lagi lulus. Dia mengambil S1 dikampusnya. Ia sesekali meringis akibat lukanya.
Di kampuspun ia tak punya teman. Tak ada yang mau dekat dekat dengannya. Mereka takut terhadap Krist karena Krist selalu ke kampus dengan luka di sekujur tubuhnya, dan bukannya iba mereka malah takut. Takut kalau Krist punya musuh pribadi yang menyerang temannya, padahal tidak.
Namun satu yang masih membuatnya bersemangat untuk hidup. Singto, teman kakak tingkatnya. Krist menyukainya, mencintainya.
Semua yang ada di Singto itu spesial baginya. Yah walaupun cintanya masih bertepuk sebelah tangan, tapi selama Singto masih single berarti masih ada harapankan?
Kalau tak ada Singto yang menolongnya 4 tahun lalu mungkin Krist sudah bunuh diri sedari dulu. Saat itu masih dimasa ospek. Singto menolong Krist saat dibully orang orang seangkatannya.
Dari situ Krist menyukai Singto. Penyelamatnya, penyemangat hidupnya, dan alasannya tetap berusaha hidup. Setidaknya masih ada yang peduli dengannya walaupun hanya sekali.
"Kak Singto!" Panggip Krist dengan semangat sambil melambaikan tangannya.
Namun yang dipanggil Singto itu hanya menoleh lalu melanjutkan jalannya dengan acuh. Krist segera berlari menyusul Singto.
"Kamu mau apa lagi sih!?" Bentak Singto.
"Hihi Kit mau kasi ini ke kakak. Kit buat ini kemarin."
Krist menyodorkan kotak makan berisi beberapa kue kering didalamnya. Dahi Singto berkerut menatap kotak itu.
"Aman kok kak. Kit uda sering masak. Kak Singto tau sendiri kan, Kit sering bawain buat kakak juga."
"Nggak makasih. Buat kamu aja."
"Tapi kak, aku udah buat ini loh"
"Aku bilang nggak ya enggak!"
Setelah membentak Krist, Singto segera pergi dari sana. Mood nya pagi ini rusak setelah melihat Krist. Entah mengapa Krist selama 4 tahun silam selalu mengganggunya. Apa tak bosan? Singto bosan!
Krist menatap sendu kotak makan yang sudah ia buat dengan bersusah payah. Hey dia berjuang untuk membuatnya. Bukan berjuang hanya modal chat:v
Berjuang dari amukan ayahnya. Ayahnya kesal karena Krist selalu melebihi sedikit posri masakannya, selalu membawanya ke kampus. Padahal Krist bahkan belum dapat memakannya, pati ia langsung memberi Singto. Padahal dulu Singto mau menerima pemberian Krist. Tapi sekarang tidak.
Krist menghela napasnya kemudian bergegas ke kelasnya sendiri. Krist duduk sendirian, duduk di bangku paling belakang pojok kiri.
Semua mahasiswa sekelasnya menatap dirinya dengan risih. Selalu saja menatap Krist seperti itu. Karena itu selalu menunduk saat masuk ke kelasnya.
Krist tak mempedulilan pandangan orang orang padanya. Saat ini ia fokus ke dosen yang tengah menerangkan materi di depan.
.
.
.Istirahat tiba, Krist meregangkan sedikit badannya yang terasa kaku lalu beranjak menuju kantin. Ia biasa memesan makan sambil meminum pink milk kesukaannya.
Semdirian lagi, selalu saja sendirian. Ia duduk di pojok sendiran. Awalnya Krist sedih karena tak ada satupun yang mau berteman dengannya, tapi lama lama ia terbiasa.
Krist memakan makanannya dengan lahap. Ia tak pernah sarapan karena ia selalu menerima pukulan dan makian dipagi hari oleh ayahnya. Semenjak ayahnya mengkhianati ibunya dan memaksa Krist ikut dengannya, ayahnya selalu memukulinya sebagai pelampiasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE OF A MILION LOVE STORIES (LGBT AREA!)
Short Story@humanz10 Hanya beberapa kumpulan beberapa shoot story tentang lgbt/str8. isinya campur, tapi kebanyakan bl. mohon jangan salah lapak yah.