"Cih, kenapa dia sombong sekali sih?! Ingin ku pecat rasanya!" Gerutu Singto emosi.
Ia mengambil hp miliknya lalu menelpon seseorang, bodyguardnya.
"Halo! Cepat kau berikan surat peringatan pada maid bernama Ita itu! Sekarang!"
Tut.
Belum dijawab oleh bodyguardnya Singto langsung mematikan sebelah pihak sambungan teleponnya.
"Cih! Apa apaan si Ita tai itu! Jalang mulutmu! Jelas jelas dia sakit malah dituduh jelang! Bajingan!"
.........
"Kenapa juga aku marah? Haishhh sudahlah!"
.
.
.Krist terbaring di kasurnya tak cukup empuk. Sudah 5 jam ia tertidur. Saat ini sudah pukul 4 sore. Bibi Jane khawatir karena Krist belum makan siang dan hanya tertidur seperti itu.
Tak lama kelopak mata Krist bergerak gerak. Ia menerjap nerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang amsuk kedalam retina mata miliknya.
Ia perlahan merubah posisinya jadi duduk. Kepalanya masih agak berat. Namun ia ingat perkataan Ita tadi yang ada benarnya juga. Selama ia bekerja disini ia sering sakit sakitan. Bukan karna apa, tapi ada suatu hal yang membuatnya seperti ini.
Dengan hati hati ia bangun kemudian berjalan keluar. Setidaknya menghirup udara segar bisa menenangkan otamnya supaya sarafnya tak terlalu tegang.
Setelahnya ia menghampiri bibi Jane di sana. Bibi Jane seperti menyiapkan minuman; teh hangat lengkap dengan camilannya.
"Oh nak Kit sudah bangun? Sudah mendingan?" Sapa bibi Jane ramah.
"Sudah mendingan bi"
"Waaah bagus kalau begitu."
"Bibi Jane!! Bisa tolong aku sebentar?!" teriak Jan dari balik gudang.
"Ah, iya nak Jan! Eh nak Kit bisa tolong bawakan ini untuk tamunya tuan besar?" Pinta bibi Jane.
"Baiklah bi."
"Terimakasih ya nak ya."
"Bibi?!"
"Iya nak! Tunggu bibi kesana!"
Krist membawa nampan yang sudah disiapkan Bibi Jane dengan hati hati. Ia berjalan perlahan menuju ruabg tamu yang lumayan jauh.
Saat sampai, terlihatlah seorang pria tampan bertubuh besar lengkap dengan pakaian formalnya tengah duduk di sofa.
"Permisi tuan." Ujar Krist sopan lalu menaruh nampan itu ke meja depan sofa.
Pria itu mengalihkan lerhatiannya ke Krist. Memperhatikan intens apa yang Krist lakukan. Sedangkan Krist tak menghiraukan pandangan pria itu. Ia membalasnya dengan senyuman sambil menuangkan teh hangat dari teko ke cangkir kramik yang sudah tak usah ditanyakan harganya lagi.
"Permisi tuan." Krist membungkuk sopan.
"Tunggu! Siapa namamu?"
Pria itu menahan pergelangan tangan Krist lalu melontarkan pertanyaan.
"Nama saya Krist tuan." Jawab Krist sopan.
"Baiklah Krist. Bisa temani aku sebentar?"
"A-ah em.. i-itu saya.. maaf tapi saya harus kembali bekerja." Tolak Krist lembut.
"Tak apa. Nanti aku akan memberitahu tuanmu. Sekarang temani aku."
"B-baik tuan."
Tanpa aba aba, pria itu manarik pinggang ramping Krist lalu mendudukkannya di salah satu pahanya, jadi posisi Krist menghadap kesamping.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE OF A MILION LOVE STORIES (LGBT AREA!)
Short Story@humanz10 Hanya beberapa kumpulan beberapa shoot story tentang lgbt/str8. isinya campur, tapi kebanyakan bl. mohon jangan salah lapak yah.