Syuut!
Braak!!
Suara benda padat di lempar mengenai dinding diiringi suara dentingan besi terjatuh dilantai membuat Krist membuka matanya.
Kaget. Bukan, bukan kaget karena kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya, tapi karena Singto melempar kapak tadi.
"T-tuan?"
Singto tak menjawab. Ia melepas borgol di tangan dan kaki Krist dengan napas yang memburu. Krist semakin kaget dengan yang di lakukan Singto berikutnya.
Krist dipaksa bangun lalu digendong ala brindal style oleh Singto. Derap kakinya berat dan cepat. Air mukanya tak bisa dideskripsikan. Seeprti narah, sedih dan takut bersamaan. Gelap.
Singto terus menggendong Krist sampai ke kantai 3 menggunakan lift pribadinya. Ia menyuruh maid yang sedang bersih bersih disana untuk membuka pintu.
Braak!
Singto menutup pintu menggunakan kakinya cukup keras membuat Krist takut sambil mengeratkan tangannya di leher Singto.
Krist di hempaskan di kasur putih empuk ukuran king size disana. Ia ditarik menuju kepala ranjang.
Singto merangkak menaiki tubuh Krist lalu menindihinya. Perlahan ia menurunkan wajahnya, tak lama bibir keduanya menyatu.
Terkejut. Tentunya Krist sangat sangat sangat terkejut karenanya. Bahkan ini ciuman pertamanya. Singto melumat lunat bibir Krist, mendorong dorong sela sela bibirnya agar terbuka. Namun Krist malah berontak, ia menguatkan bibirnya supaya tak terbuka.
Singto yang geram lalu mengigit bibir bawah Krist membuat Krist tergejolak kaget dan reflek membuka mulutnya untuk berteriak, tapi sudah dihalanya lidah Singto yang masuk ke dalam sana.
Krist berontak lagi, namun perlahan lahan berhenti. Perut dan punggungnya terasa berisi kupu kupu, rasanya geli membuatnya lemas. Akhirnya ia menerima ciuman basah Singto tanpa membalasnya, pasalnya ia sama sekali belum pernah berciuman sebelumnya.
Cukup lama keduanya berciuman sampai Krist memukul mukul dada Singto kalau ia kehabisan napas. Singto melepas menyatuan bibir mereka hingga menyisakan benang saliva bening diantara kedua mulut mereka.
Krist meraup oksigen dengan rakus, saat dirasa paru parunya sudah terisi, Singto membali memangut bibir Krist.
Sampai untuk kedua kalinya mereka kehabisan napas. Kali ini benar benar berhenti. Singto memeluk tubuh Krist, meletakkan kepalanya di dada Krist, mendengarkan detak jantung Krist yang lebih cepat.
"Hiks hiks..."
Singto melepas pelukannya lalu mendogakan kepalanya. Ia terkejut karena Krist menangis sambil memegangi bibirnya yang bengkak. Singto panik.
"Kit? Kau kenapa kit?"
"Hiks hiks jahat!"
Krist menangis sejadi jadinya. Dadanya sesak. Rasanya sakit, ia dicium seperti itu, seolah dirinya adalah jalang. Itu yang membuat Krist sedih.
"Cup cup, sudah jangan menangis." Singto menenagkan Krist.
"Hiks hiks kau jahat! Sudahku bilang aku ini bukan jalang! Huaaa..."
"Hey, maafkan aku." Bagus, Singto merasa bersalah sekarang.
"Tidak! Kau jahat!"
"Maafkan aku Kit. Aku mencintaimu."
Cup
Singto mengecup dari Krist. Seketika Krist berhenti menangis lalu mendogakan kepalanya dengan mata berair dan puppy ayesnya. Jangan lupakan bibir merah mudah yang membengkak dan basah. Aduh Singto turn on
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE OF A MILION LOVE STORIES (LGBT AREA!)
Short Story@humanz10 Hanya beberapa kumpulan beberapa shoot story tentang lgbt/str8. isinya campur, tapi kebanyakan bl. mohon jangan salah lapak yah.