🔍

460 85 9
                                    








Benar benar tidak ada yang tau apa yang telah terjadi pada mereka semua.

Mereka hanya terus berjalan maju mengikuti arah jarum kompas untuk menuju bibir pantai, tapi ketika di tengah jalan, kompas itu sama sekali tidak berfungsi lagi.

Dalam artian, itu rusak.


Tak hanya itu saja, ketika mereka berdebat mengenai bagaimana bisa kompas tersebut rusak, Hoseok yang entah sial atau apa, menangkap sebuah benda berat dan lengket.


Namun ketika Jin dan lainnya menyorot benda apa yang Hoseok tangkap barusan ternyata itu adalah sebuah kepala manusia!

Mereka berteriak, kepala itu Hoseok lemparkan sembarang arah dan semuanya seketika berlari tak tentu arah.


Kim Taehyung yang awalnya berdekatan dengan Yoongi segera di tarik Jungkook untuk berlari bersama nya, namun dalam waktu bersamaan, tangan lainnya juga di tarik oleh Yoongi dengan teriakan marah mengacu pada Jungkook.

" Lepaskan tangan temanku! "

"............."



" Taehyung, dia-


Slap!

Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, sebuah anak panah melesat begitu saja membelah genggamannya.

Taehyung terlepas dan di tarik cepat oleh Jungkook entah kemana, begitupun dengan lainnya........



Di tengah tengah pelarian, Jungkook membawa Taehyung ke sebuah balik batang kayu besar, jika di perkirakan ini mungkin sudah sangat tua hidupnya.


Nafas keduanya tidak ada yang teratur, tapi Taehyung dapat merasakan sesuatu pada Jungkook dan kebetulan sekali pria itu juga menoleh padanya.


" Kita akan bersembunyi di sini sebentar. Tolong jangan bergerak menjauh dariku. "


"................"


Jungkook membelakangi dirinya, Taehyung hanya bisa diam untuk menstabilkan nafasnya kembali seperti semula.

Ia bukannya takut atau mual ketika melihat kepala mayat tadi yang entah siapa itu, ia hanya terkejut saja. Ternyata keempat, oh! Maksudnya kelima manusia asing ini benar benar tidak membohongi mereka dengan cerita adanya penjahat aslinya di sini.



" Sampai kapan kita disini? "

Jungkook sedikit melirik, tapi kembali fokus pada sekitarnya, mencekam goloknya tadi dengan sangat kuat siap menebas apapun hingga putus dalam sekali ayunan.

" Sampai kondisi benar benar tenang. "


" Bagaimana dengan temanku yang lain? "

Ada geraman samar terdengar, tapi Taehyung terlalu abai untuk memikirkan hal ini.
" Kita cari nanti. " Bisiknya pelan.




Taehyung menyipitkan matanya menatap lekat pada wajah Jungkook yang sedikit terpancar oleh cahaya senter pada sisi kirinya.

Lantas matanya sedikit menurun ke lehernya, pria ini berkulit putih susu, namun ada bercak merah seperti cetakan tangan seolah olah tengah mencoba mencekiknya di sana, tak hanya itu, bahkan pada punggung tangan kirinya juga ada luka goresan, mirip dengan bekas cakaran seseorang.


" Kamu..... "

Mata Taehyung terbelalak, di depannya rupanya sudah berdiri dua orang berpenampilan aneh, bahkan wajahnya pun juga tidak jelas sekalipun di sorot oleh cahaya senternya. Mereka masing masing membawa sepasang anak panah bersama busur primitif, juga.... Pedang..?


Jungkook sedikit mundur, menyentuh tangan Taehyung dan membungkuk. Menggeram rendah, yang entah bagaimana kedua orang aneh itu segera pergi tanpa perlawanan seolah olah ada sesuatu yang lebih penting selain memburu mereka berdua.



Kepergian mereka di saksikan langsung oleh Taehyung, tepat ketika Jungkook berbalik, ia segera di hadapkan sepasang mata coklat yang membidiknya tajam.

" Siapa kamu? "

Alis Jungkook naik,
" Apa maksudmu? Bukankah aku sudah memperkenalkan diri tadi? Aku Jeon Jungkook. "



" Siapa ayah mu. "


Mata dan raut wajah Jungkook segera datar tanpa ekspresi, bercak bercak darah baik yang menempel di wajahnya maupun bajunya telah menambah kesan sangat dingin dan bahaya nya orang ini. Taehyung mulai waspada.

Ia telah hidup di lingkungan organisasi yang keras, jadi ia sudah bertemu dengan berbagai orang berpengaruh bahkan berkekuatan tinggi, tapi tidak ada yang menyamai sosok ini. Jungkook terlalu misterius di bandingkan keempat pria lainnya yang baru mereka temui.


" Ayahku sudah mati. Dan aku tidak ingin mengingat nya. "

Nada ini terdengar sangat acuh tak acuh, Taehyung berkesimpulan ada sesuatu hal terjadi, tapi ia tidak tau apa itu.


Mereka berdua berjalan dengan jarak dua meter bersisihan, dengan Jungkook yang memimpin jalan. Pria itu seolah olah bisa hilang dan melihat dalam kegelapan kabut tebal tersebut tanpa bantuan sedikitpun cahaya dengan mata kelamnya.



" Namjoon Hyung!! "

Taehyung melompat, memegang pundak Namjoon yang tengah bersandar di sebuah kayu lapuk, segera memeriksanya dan semuanya beku.

Tangan Taehyung mengepal kuat, mematahkan anak panah yang telah menancap di perut Namjoon hingga jadi dua.

" Panah itu beracun, dia mati karena itu. "
Ujar Jungkook parau. Mata Taehyung berkilat, setitik air mata jatuh di tanah.

" Maafkan aku... "


Taehyung yang hendak membawa mayat Namjoon segera di hentikan oleh Jungkook.

" Apa yang kau lakukan!? "

Jungkook menatapnya datar.
" Dia mati karena anak panah beracun, dan itu belum tentu tidak memiliki virus yang bisa menular. Kita tidak bisa membawanya. "

Taehyung tercengang, menepis tangan Jungkook dengan kuat, menuding wajah tersebut dengan raut sangat marah.

" Apa katamu!? Dia teman ku! Kami di besarkan bersama! Sekarang dia mati, dan aku tidak bisa membawa mayatnya untuk di kebumikan secara layak!? "

Jungkook dengan santai mengangkat bahu, lalu berbalik untuk pergi mengabaikan Taehyung yang masih marah sekaligus terkejut akan sikap acuhnya itu.
" Itu terserah mu. Kau akan bernasib sama seperti teman mu itu jika bertemu dengan musuh. Yakinlah, membawa mayat tak berguna hanya akan membuatmu celaka, terlebih lagi mereka adalah Cannibal. "

Mata Taehyung kembali berair, seumur hidup ia jarang menangis, ia hanya menangis pada hal hal tertentu seperti kematian Ibunya karena tembakan musuh dan juga... Kematian teman temannya.....

Ia menunduk untuk menyapukan wajah pucat dingin Kim Namjoon, sedikit memperbaiki posisi berbaringnya lantas mengucapkan beberapa kata sebelum pergi dengan langkah sangat berat.

CRIME SCENE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang