Art by : @/tobikkun on Twitter
Venti, sang Barbatos, atau bisa disebut Archon Anemo, rindu kawan lamanya, Morax. Yah, lebih tepatnya dia rindu untuk menjailinya. Venti sudah berjalan dari Mondstadt selama berhari-hari tanpa istirahat. Sekarang dia sampai di Wangshu Inn untuk beristirahat kurang lebih beberapa hari "3 hari mungkin?" Pikirnya.
Malam itu, Venti mulai masuk ke tempat penginapan tersebut, dia menemui Bos Verr Goldet untuk mereservasi kamar. Dia membuat keberisikan karena negosiasinya itu. Adeptus yang beristirahat disana pun terganggu, Xiao. "Tidak bisa tuan. Kami hanya menerima Mora sebagai pembayaran." Ucap Verr Goldet. "Oh, ayolah~ Permainan Lyre ku bagus untuk menarik pengunjung kok~" Tawar Venti.
Dia memang dewa, namun dia dilanda kemiskinan. "Maaf, tidak bisa." Tolak tegas Verr Goldet. Venti pun menjauhi meja reservasi itu dan menggerutu "Humph! Pelit sekali ckck, memang dasar penganut dewa kontrak!". "Tunggu, kamu?" Datang Xiao tiba-tiba. Venti pun kaget karena ulahnya itu "UWA! K-KAMU? XI-" Ucapan Venti dipotong oleh Xiao. "Shh! Jangan disini! Ayo ke tempat yang lebih sepi." Ajak Xiao, Venti pun mengangguk. Mereka pun tiba di balkon Wangshu Inn.
"Jadi, kamu Xiao kan? Adeptus penganut Morax~" Tanya Venti. "Kami hanya terikat kontrak dengannya, dan meskipun kamu Archon Anemo jangan sembarangan menyebut namanya!" Jawab Xiao. "Halah, terserah kamu deh~" Ejek Venti. "Ah! Kamu tinggal disini kan!? Bisa dong aku menginap di ruanganmu!" Ucap Venti. "Hah? Jangan mengada ada!" Tegas Xiao. "Oh, ayolah~ tiga hari saja kok" Tawar Venti dengan muka memelas. "Ck! Bagaimana jika kamu membayarku?" Jawab Xiao.
"OH AYOLAH! PENGANUT MORAX MEMANG MATA DUITAN SEMUA! CKCK" Protes Venti tidak terima. "Kau ini.. Sudah ditolong bukannya terima kasih!" Emosi Xiao. "HAH? DITOLONG DARI MANANYA? AKU SAJA TIDAK BISA MERESERVASI RUANGAN KARENA TIDAK PUNYA CUKUP MORA, DAN KAU MALAH MINTA AKU MEMBAYARMU!" Ucap Venti tidak mau kalah. "Dengarkan aku sampai selesai dulu! Kau bisa membayarku dengan informasi Morax!" Jawab Xiao. "Oh." "Segampang itu toh, oke." Ucap Venti.
Muka Xiao menatap Venti sinis. "HEI!" Ucap Venti. "Yah, yasudah, dimana kamarmu?" Tanya Venti. "Tidak tau diri sekali. Ikut aku" Xiao menghilang diikuti oleh Venti. "Hmm, lumayan lumayan~" Oceh Venti. "Berikan bayaranku." Ucap Xiao. "Pelit sekali sih, informasi morax apa yang kamu ingin tau?" Jawab Venti.
Malam itu, Venti menjawab semua pertanyaan Xiao. "Baiklah, itu sudah cukup." Ucap Xiao. "Yes! Akhirnya aku bisa tidur!" Venti langsung menjatuhkan dirinya ke kasur. "Hei, kata siapa kau boleh tidur di kasur? Tidurlah di lantai." Oceh Xiao. Venti sudah tertidur pulas. "Ck, jangan pura-pura tidur!" "Oi!" Xiao berkali-kali mencoba untuk membangunkan Venti namun tidak ada hasilnya.
"Ugh, terserahmu lah" Xiao berbaring disamping Venti, namun tidak tertidur. Dia tidak bisa tidur, dirinya selalu dihantui mimpi buruk. "Mmh?"
Venti terbangun dari tidurnya, tampak Xiao yang sedang mengamati langit malam. "Hei Xiao, kau belum tidur?" Tanya Venti. "Hm? Kau terbangun? Tidurlah dilantai. Jangan mengotori tempat tidurku." Jawab Xiao. "Jahatnya~ Kenapa belum tidur? Tidak bisa tidur ya~" Ucap Venti. Xiao hanya diam. "Hahaha! Sudah kuduga! Dengarkan permainan Lyre ku ya!" Venti mengambil Lyre nya dari tasnya, mulai memetik benang itu satu per satu hingga menciptakan melodi yang menenangkan.Setelah beberapa saat, permainannya dia sudahi. Terlihat air mata pada mata Xiao yang berkilau dengan langit malam yang indah dibelakangnya. Venti hanya bisa terpesona. "Uwa! Kau nangis? Ternyata kau cengeng ya" Tawa Venti. Xiao langsung mengusap matanya lalu pergi tidur. "Wah permainan Lyre ku mantap juga ya hingga bisa membuatmu tertidur." Ucap Venti.
Satu malam pun terlewati dengan keadaan Venti tidur di lantai. Keesokan harinya "Hoam~" Venti menguap. "Bangun, dasar pemalas." Sentak Xiao. "Halah, dan kau suka permainan pemalas ini~ Sampai menangis cuih" Venti mengejek. Xiao hanya diam, namun disudut pipinya terlihat rona merah. Hari ini Venti hanya bermalas-malasan, yah namanya juga istirahat. "Hoi" Panggil Xiao. "Hmm?" Venti menjawabnya selagi mengamati pemandangan dari atas balkon. Xiao tiba-tiba memutar arah kepala Venti menjadi menengok ke samping, ke arahnya. "Kalau sedang berbicara, tataplah lawan bicaramu." Ucap Xiao tegas. "Ya ya, terserah~" Venti melepaskan tangan Xiao dari mukanya.
"Ada apa, tuan Adeptus?" Tanya Venti. "Katakan, apa tujuanmu datang kesini? Archon Geo telah menghilang, bagaimana bisa kamu mengunjunginya?" Tanya Xiao. "Hee? Itu yang ingin kau katakan? Hmm, tapi.. Di perjanjian aku hanya perlu membagikan informasi Morax, bukan tujuanku kesini kan~ ehe." Jawab Venti. "Tch" Balas Xiao.
"Oii~ Ngambek nih? Ahaha!" Ledek Venti. "Berisik." Ucap Xiao dengan kepalanya berada sangat dekat dengan kepala Venti, jika mereka bergerak sedikit saja, mungkin akan menjadi sebuah kecupan. Venti memerah, bergegas memindahkan wajahnya ke belakang.
Malam harinya, seperti biasa Venti memberitahu Xiao informasi Morax yang ingin dia ketahui. "Cukup." Ucap Xiao. "Okeii~" Venti langsung menerbangkan diri ke kasur Xiao lagi. "Hoi, kemarin kan sudah ku beritahu, tidurlah di lantai." Xiao emosi. "Humph, pelit" Venti turun dari tempat tidur Xiao, lalu tidur di karpet yang berada di lantai. Xiao berbaring di tempat tidurnya 'Baunya masih menempel disini, baunya.. menyegarkan' Batin Xiao.
Malam kedua terlewati lagi, dengan biasa. Pagi ketiga, sang Barbatos sedang mengemasi barang-barangnya. "Hoi, kau ngapain mengemasi barang-barangmu. Masih ada hari ini kan?" Ucap sang Adeptus. "Ckckck, kau ini tidak tau ya, mengemasi barang-barang itu harus dilakukan sehari sebelum kepergian. Supaya pada hari itu aku tidak perlu bergegas mengemasi barangku selagi kau usir." Celoteh Venti. "Huh, terserah" Jawab Xiao.
Sore hari, "Venti.." Gumam Xiao. "Ya?" Venti menjawab. "Bisakah.. Aku mengubah isi kontrak?" Tanya Xiao. "Huh? Kau ingin bayaran lebih banyak ya? Dasar pelit, huu~ Memangnya kau ingin apalagi?" Venti menjawab. "Permainan Lyre mu yang terakhir kali untukku." Ucap Xiao. "Hah? Semudah itu? Oke oke~ Tapi.. maksudmu yang terakhir kali?" Oceh Venti. Xiao tidak menjawab, hanya diam. "Ah! Maksudmu ini terakhir kalinya aku menginap disini? Hmm, yah bagaimanapun juga tidak ada yang tau apa yang terjadi di masa depan~"
Malam pun tiba, sesuai kesepakatan, Venti mulai memetik senar-senar Lyre-nya. Xiao mendengarkan, kadang dia membalikkan kepalanya. Terlihat setetes air mata jatuh dari mata Xiao. "Hei, Xiao. Kenapa menangis?" Tanya Venti sambil mengelap mata Xiao. Xiao kaget dan langsung mundur ke belakang. "Tidak apa-apa" Jawabnya. "Hmm? Benarkah?" Ucap Venti. "Ya, lanjutkan saja permainan Lyre-mu" Balas Xiao.
Venti melanjutkan permainannya. "Tadaa~ Selesai! Indah kan!" Pamernya. "Ya." Balas Xiao. "Sip! Aku akan tidur! Besok perjalanan akan dimulai lagi~" Ucap Venti dengan senyumnya. Venti langsung tidur di karpet kamar Xiao. Xiao hanya memandangi Venti tidur. "Manis" Gumamnya, namun kenapa badannya mulai panas dan memerah? "Ngrng" Erangnya.
Venti terbangun setelah beberapa kali mendengar Xiao mengerang. "Mmh, Xiao? Kau tidak apa-apa?" Tanyanya. Venti melihat Xiao berada didalam selimutnya. Dia bangun dari karpet Xiao lalu berjalan ke kasur, lalu membuka selimutnya. Terlihat...Xiao sedang melakukan 'hal' dengan 'milik'nya.
Author note:
AAAA GILA SORRY BGT BARU UP PLUS SORRY KALO CERITANYA RADA CRINGE :')
Tadinya mau bikin cerita ini oneshot tapi kok males yaJangan lupa tinggalkan vote dan komen ya! Silahkan kasih saran dan kritik juga! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Genshin Impact Ship [ 18+ ]
Lãng mạn[Open Req] Update tidak menentu Berisi kisah-kisah Genshin Impact Ship (Buku ini hanya imajinasi pengarang! Sorry kalau OOC :] )