Intro : Is It You?

1.2K 114 17
                                    

sebuah hubungan mungkin perlu saling mengerti
tapi kurasa, lebih baik kau tidak perlu mengerti aku.

            

              

             

              

                 

           

Min Jungkook, tentu ia sangat mengenal Yoongi, kakaknya. Ia sangat tahu sebesar apa mimpi yang Yoongi miliki untuk menjadi musisi. Bagaimana Yoongi sangat pandai memainkan piano, bernyanyi, kemampuan rap yang tidak perlu dipertanyakan, juga otak Yoongi yang bisa dengan mudah menciptakan lirik dan nada. Yoongi punya segalanya, kemampuan dan mimpi yang berjalan bersama tentu akan mudah Yoongi capai.

Lalu Jungkook? Ia tidak punya mimpi yang spesifik. Menjadi adik yang baik bagi pria yang terpaut 2 tahun di atasnya itu adalah motto terbesar hidup Jungkook. Dirinya sudah sangat beruntung bisa mendapat kehidupan sehebat ini, rasanya tidak perlu lagi untuk bermimpi.

Tentu Jungkook berhasil mewujudkan motto hidupnya. Jungkook bisa melihat bagaimana Yoongi sangat menyayanginya, begitupun sebaliknya. Jungkook bisa merelakan apapun untuk Yoongi, tapi ia tidak akan pernah membiarkan Yoongi merelakan apapun untuk dirinya. Rasanya tidak pantas.

Di usia 18 tahun, dengan kemampuan yang lebih dari cukup, seharusnya Yoongi sudah dengan mudah berlari mengejar mimpinya. Tapi apa yang Jungkook lihat? Yoongi yang bahkan belum sedikitpun mengambil langkah. Aku masih belum yakin, alasan yang Jungkook dengar. Bermain piano, mendengarkan musik, terlalu asik di dalam studio kecil yang ada di rumah mereka. Yoongi melakukan itu setiap hari, lalu mengatakan bahwa dirinya belum yakin? Jungkook tahu itu kebohongan besar. Sekali lagi, Jungkook sangat tahu sebesar apa mimpi Yoongi.

Sialnya, Jungkook juga tahu apa yang membuat Yoongi menahan. Dirinya, Jungkook alasannya. Yoongi merasa, dirinya seakan disuruh memilih antara mimpi dan Jungkook. Semakin Yoongi dibuat dekat dengan mimpi, di saat itu juga pandangan Yoongi dibuat menelusur jauh. Bagaimana hubungannya dengan Jungkook nanti?

Setiap Yoongi bermain piano, menunjukkan lagu buatannya pada Jungkook, Yoongi bisa melihat antusias dan kebahagiaan di mata adiknya. Yoongi bisa melihat akan sebahagia apa Jungkook bila dirinya berhasil menggapai mimpi. Lalu? Selanjutnya bagaimana? Apabila nantinya Yoongi berhasil, akan berubah sebanyak apa hidupnya? Yang terpenting, bagaimana dirinya dengan Jungkook nanti.

   "Apa yang sedang kau coba tunjukkan, Min Jungkook?!" Seokjin, dia paman dari Yoongi. Setelah mendengar gebrakkan meja yang pamannya timbulkan, Yoongi kembali tersadar dari perasaan kalut. Matanya kembali ia bawa untuk menatap Jungkook yang duduk diam di sofa ruang tengah, hanya memberi sikap acuh.

Mungkin sudah hampir 2 tahun, setelah Ibu mereka pergi untuk selamanya. Di saat itu juga Seokjin mulai ikut mengambil tanggung jawab atas kehidupan Yoongi dan Jungkook. Karena pekerjaan Min Joonki, Ayah mereka, yang mengharuskan dinas luar negeri cukup rutin. Dan saat ini mungkin menjadi yang terlama, sudah hampir 3 bulan Ayah mereka tidak di rumah.

Dan sudah 1 bulan lebih, Seokjin dibuat bersabar dengan sikap Jungkook. Nilai anak itu turun drastis. Walau Jungkook mungkin bukan juara sekolah atau sejenisnya, tapi ia selalu berhasil ada di urutan 10 besar di kelas. Dan tentu bukan itu masalahnya. Jungkook mendapat kekosongan nilai dalam lima mata pelajaran karena menyerahkan lembar jawaban kosong, laporan bahwa Jungkook beberapa kali bolos kelas, tertidur di kelas, berkelahi, bahkan merokok di area sekolah.

chosen farewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang