I'm actually a rainbow
but sadly, you're color blind.
Namjoon masih sangat ingat, waktu pertama kali Jungkook mendapat diagnosa gangguan depresi dari Hoseok.
Namjoon bahkan baru saja mulai berpikir kalau keputusannya untuk menemui Jungkook adalah tindakan yang benar, karena mereka bisa berjuang bersama dan saling mendukung. Tapi memang pada nyatanya, kehadiran Namjoon adalah bencana.
Namjoon semakin berpikir bahwa semua ini salahnya. Walau ia bisa melihat bagaimana Jungkook sangat menyayanginya, tapi ia juga tahu kalau keberadaannya perlahan membuat hidup Jungkook semakin berat.
Yang ada hanya Namjoon yang bergantung pada Jungkook, sedangkan Jungkook? Tidak ada yang bisa Jungkook harapkan dari sosok Namjoon.
Malam itu, mungkin sekitar 2 bulan setelah Jungkook mendapat diagnosa. Dan Namjoon rasa, itu adalah titik terendah dari kondisi Jungkook.
Namjoon baru saja pulang bekerja. Dan pemandangan pertama yang ia dapat di dalam rumah adalah, Jungkook yang hampir menenggak 8 butir obat tidurnya. Atau bahkan Namjoon pikir itu lebih, karena setelah itu tanpa banyak berpikir, Namjoon langsung menepis tangan Jungkook membiarkan semua obat itu berserakan di lantai.
"Kau gila, Jungkook?! Mau mati!?"
Jungkook sedang duduk di sofa ruang tengah. Terlihat sangat resah, sambil kedua tangannya memegangi kepala. Namjoon tidak tahu sudah sebanyak apa adiknya menangis, karena yang ia lihat Jungkook sudah sangat kacau.
Napas Jungkook terasa sangat berat, tapi ia masih menyempatkan diri untuk menatap Namjoon. Sambil langsung dengan erat menggenggam tangan itu, "Bukan begitu, hyung. Tapi aku sudah hampir 3 hari tidak bisa tidur. Aku lelah sekali, tapi, tapi aku tidak bisa tidur. Bagaimana ini, hyung?"
Jungkook kembali menangis keras, sambil kepalanya ia biarkan jatuh di bahu Namjoon. "Bukankah aku bisa mati kalau seperti ini, hyung? Kalau aku terus-terusan tidak bisa tidur, bukankah aku bisa mati?"
Namjoon bisa melihat bagaimana Jungkook kembali menatapnya, terlihat panik dan ketakutan. Hal itu juga berhasil menjalar pada diri Namjoon, perasaannya ikutan resah. Tapi yang Namjoon lakukan hanya kembali mendekap erat adiknya, sambil dengan halus mengusap kepala itu berharap bisa memberi ketenangan.
"Tenanglah, ayo kita ke rumah sakit."
Namjoon jadi kembali bertanya-tanya, kenapa semuanya bisa seperti ini. Namjoon semakin merasa tidak ada tempat bagi eksistensinya. Sama seperti Jungkook yang akan tetap meraih Namjoon, Namjoon juga, sekalipun waktu diputar, rasanya datang pada Jungkook adalah satu-satunya pilihan.
Namjoon hanya akan terus berusaha, berusaha untuk dirinya dan Jungkook.
[[]]
Setelah 6 tahun menjalani semuanya, Namjoon tidak bisa bilang kalau keadaan membaik.
Dirinya masih sama, sakit. Begitu juga Jungkook. Yang membedakan hanya mereka sudah sama-sama bisa mengendalikan masalah. Sedangkan masalah itu sendiri? Tidak tahu di mana jalan keluarnya. Rasanya mereka hanya sudah terbiasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
chosen farewell
Fanfic[BTS Brothership Story] kalau pernah berpisah lalu bertemu lagi, apakah masih bisa untuk memanggilmu dengan panggilan yang sama? di saat rasa sakit Yoongi sudah berhasil dilupakan, Jungkook justru kembali muncul. menimbulkan berbagai perasaan yang s...