[5/10]

2.7K 602 186
                                    

Tentang ibunya ...

•••

Dihari ulang tahun kesepuluh, (Name) mengajak Megumi untuk bermain.

Sang ayah pun tak keberatan. Ia meminta izin, menemani putrinya bermain. Toh jika dipikir, jarang mereka berlibur keluar.

"Wah! Ada manusia!" sang anak berseru ceria. Ketika ditatapnya kerumunan orang di hadapan.

"Kayak kamu bukan manusia aja," sahut Megumi yang tengah menggenggam tangan (Name).

"Emang bukan," si gadis berujar dengan percaya diri. Mengibaskan pula rambutnya, itung-itung kosple duta sampo pentin. Siapa tau bisa ngalahin Bang Baji.

"Lah?"

"(Name) malaikat."

"Malaikat maut mah iya."

"Idih. Papa kali itu mah!"

Megumi memutar bola matanya malas. Punya anak kok begini?

"Mau naik apa?" tanya Megumi.

(Name) tersenyum. Ia kemudian menunjuk salah satu wahana.

"Ayo!"

Senyum merekah. Pasangan ayah anak ini kemudian berjalan seraya bergandengan tangan. Menuju salah satu wahana yang diinginkan sang anak. Megumi tidak sedikitpun melonggarkan pegangannya. Takut bila terlepas, anaknya akan hilang.

Eh tapi gapapa sih.

Kan emang anak pungud. AHAHAHH.

Canda.

•••

Nona Fushiguro tampaknya sudah lelah berjalan ke sana ke mari. Mendaki gunung, lewati lembah, sampai salto ke ujung tebing pun sudah.

Eh nggak sih, gak segitunya.

"Mau beli minum?" tawar sang ayah, ketika diperhatikannya sang anak yang kelelahan.

"Beliin dong."

Memutar bola mata, Megumi memilih untuk mengikutsertakan putrinya. Daripada nanti susah nyari-nyari.

Namun entah apakah ini pilihan yang baik. Sebab mereka malah bertemu keluarga harmonis yang tengah berteduh di sana.

(Name) terdiam. Memperhatikan interaksi hangat antara seorang wanita dengan gadis yang serupa. Ibu dan anak yang sangat manis, ditambah sosok ayah yang juga hadir.

Semuanya tak luput dari pandangan Megumi. Seketika pria ini menyesal membawa anaknya ke sana.

"(Name), ayo—"

"Pa, Ibu (Name) ... mana?"

Megumi terdiam.

•••

Akhirnya, pria itu membawanya pulang. Tidak terburu-buru, Megumi menuntunnya ke arah dapur. Ada selembar kertas di tangannya.

"Mau apa Pa?" tanya (Name) penasaran.

Megumi mengabaikannya. Dia kemudian menyalakan kompor, dan menyulut kertasnya. Membiarkan cahaya jingga melahapnya menjadi abu.

"Lihat ini?"

Megumi memperlihatkan kertas, serta serpihan abu yang terjatuh.

(Name) mendongak. Sedikit bingung, tapi tetap mengangguk.

"Jadi abu?"

Megumi tersenyum bangga.

"Pinternya anak Papa," ditiupnya abu yang berjatuhan dengan senyum manis. "Betul. Itu ibumu."

"..."

"..."

•••

Omake

"Loh, Fushiguro, pipimu kok merah?"

"Diam, Itadori."

"AHAHAHAH, PASTI DITABOK ANAKNYA!!"

"Padahal aku kalem, kok anaknya bar-bar?"

"Idih, suruh siapa biarin si Mbah main ke rumahmu seenak jidat?"

•••

... kujawab seadanya. Tapi kok malah kena tampar?

𝐏𝐀𝐏𝐀! fushiguroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang