[2/10]

5.8K 1K 129
                                    

(Name) itu ...

•••

"Pa, bangun."

Megumi tak merespon. Pria yang mendekati usia kepala tiga itu kini mengambil sebuah bantal, kemudian menutup telinganya.

"Pa, bangun."

"..."

"PA BANGUN, PAPA GAK MATI KAN??"

"..."

"Pa ... ?"

"..."

"PA JANGAN MATI, NTAR (NAME) MAKAN, SAMA YANG BAYARIN LISTRIK RUMAH SIAPA??"

"..."

"..."

Hening sejenak. Baru saja Megumi merasa lega gadis kecil di belakang punggungnya tak lagi mengganggu, teriakkan memekakkan telinga membuatnya terlonjak kaget.

"HUWAAAA, MAMAAAAA, PAPA MATI!!!!"

"Heh, jangan ngomong sembarangan,"  ujar Megumi seraya bangkit duduk perlahan.

(Name) berhenti menangis dan tersenyum lebar.

"WAH PAPA MASIH HIDUP!"

"Hm."

"Kok seakan dia gak senang aku masih hidup?"

"Pa, ayo main! Kita jalan-jalan!"

"Jalan-jalan?"

Sang putri mengangguk..

"Yuk!"

Terdiam sejenak, Megumi kemudian melirik putrinya.

"Ayo jalan-jalan," ujar Megumi seraya menggendong anaknya. Sontak, wajah (Name) berseri-seri.

•••

"Pa, kok kita ke kamar mandi?"

"Katanya mau jalan-jalan?"

"..."

"..."

"JALAN-JALAN YA BUAT MAIN PA, BUKAN JALAN-JALAN BEGINI—"

"Sama saja."

"BEDA."

"Jalan ke sini lebih dekat."

Seketika aura suram, gelap, dan mencekam menguar dari tubuh putrinya. Megumi dapat merasakannya, aura tak mengenakkan ini—!

Plak!

"Ck, ayah siapa sih gini banget. Turunin (Name)!"

"Tapi gak usah nabok juga ... "

Omake

"(Name), jadi jalan-jalan gak?"

"Hm."

"Ngambek?"

"Hng."

"Jangan ngambek, ntar cantiknya ilang."

"Hmph!"

"Papa temenin jalan-jalan kemana saja besok."

"Oke, ayo♡."

"..."

...  galak. Sejak dini pula.

𝐏𝐀𝐏𝐀! fushiguroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang