6

22 2 0
                                    

   [ Third Person POV ]



   "Saka, gue sekolah dulu ya" ujar Juan menyambar tas miliknya diatas kursi.

   "Hmm..." Saka bergumam kecil dalam tidurnya. Tubuhnya menggeliat, memutar arah badannya jadi memunggungi Juan.

   "Istirahat yang banyak, jangan makan snack dulu. Lo sok iya banget lagian empat hari berturut-turut makan es. Demam kan jadinya." Cerocoh Juan sembari menaikkan selimut yang terjatuh dari kasur lalu menutupi tubuh Saka hingga leher.

   Saka hanya berdehem. Matanya masih terpejam.

   "Apa gue gausah sekolah aja hari ini ya Ka? Bunda gabakal pulang sampai Sabtu." Ucap Juan khawatir. Pasalnya sahabatnya ini kalau sakit seperti orang yang sekarat. 

   Kini Saka terbangun. Dengan susah payah ia paksa tubuh lemasnya untuk bersandar di head bed. Juan yang melihat itu segera mebantunnya.

   "Gapapa, aku bisa sendiri." Ucap Saka lemas. Tubuhnya lemas, matanya berat, suaranya pun serak. Sangat berbanding terbalik dengan Saka di kesehariannya.

   "Ga ada bunda, Ka. Terus yang rawat lo siapa?" khawatir Juan.

   Bundanya Juan ini sedang di rumah nenek. Menginap sampai Sabtu. Lalu siapa yang akan menjaga Saka bila ia tidak ada?

   Jika kalian bertanya dimana orang tuanya Saka. Ada. Namun tidak berada di kota yang sama. Yang menjaga Saka siapa? Banyak. Semua sahabatnya menjaganya. Kakaknya. Rumah yang dimiliki Saka tidak jauh dari rumah Juan. Hanya beda beberapa blok. Saka sendiripun sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Bunda-nya Juan. Sudah seperti keluarga.

   Saka tinggal sendiri, namun ia disini bersama kakaknya. Kak Lana namanya. Tapi beliau sendiripun jarang di rumah karena ia sudah berkeluarga. Beberapa kali juga ia menemani adiknya, atau Saka-lah yang menginap dirumahnya. Kedua orang tua Saka juga sering berkunjung atau menginap. Tapi mereka lebih memilih tinggal di kota yang berbeda untuk memantau perkebunan. Anak juragan sawit Saka ini.

   "Bibik kan ada. Aku bukan anak kecil lagi" ucapnya. Juan diam menimang apakah ia ikut bolos saja atau pergi ke sekolah. "Please, i'm fine Juan. No need to worry. Serius. Besok paling sembuh" sambung Saka saat ia melihat Juan khawatir terhadap dirinya.

   Juan menghela napas. "Oke. Istirahat. Jangan main hp, jangan kelamaan nonton tv, makanannya dihabisin, minum obat, banyak minum air putih. Nanti gue titip ke bibik." Tuturnya panjang lebar.

   Saka mengangguk. "Siap pak bos" ucapnya sambil tersenyum, dan tangannya terangkat di dahi. Hormat kepada Juan.

   Juan mengangguk. Ia membantu Saka untuk kembali berbaring. Disaat kakinya sudah sampai di ambang pintu, Saka memanggilnya.

   "Juan"

   "Ya?"

   Saka tampak gelisah. Ia bingung. Haruskah ia meminta tolong kepada Juan?

   "Kenapa?"

   "Ehmm jadi gini... Hari jumat waktu itu aku dititipin sama Bang Abyan untuk jemput Kyra hari ini... Aku juga udah nge-iyain. But turn out i have fever right now and... kita dari kemarin gaada chatan. Aku juga ga kasih tau ke Kyra kalau lagi demam" ujarnya.

   "So..?" tanya Juan. Entah memang Juan yang ga peka sama perkataan Saka, atau emang dianya saja yang tidak peduli.

   "Can you help me, please? Jemput antar Kyra hari ini. Bang Abyan ada latihan olim, makanya gabisa ngantar jemput" tanya Saka hati-hati.

   "Gue bukan gojek" jawabnya singkat.

   "Ish" Ia memandang Juan dengan tatapan penuh harap.

  "Juaannnn" panggil Saka merengek. Juan diam memasang wajah datar.

RANDOM THOUGHTS || YJWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang