Day 7 [b]

4.2K 665 54
                                    

Sebelum baca ini gue ingetin dulu ya, ada bagian yang terulang ditulis dalam italic. Jadi kalau kalian males dan skip bagian itu gapapa hehe:)

+

Setibanya aku di rumah Ny. Wright, aku mulai mengetuk pintunya. Setelah menunggu beberapa detik, seorang wanita paruh baya menampakan wajahnya, "Kau sedang mencari siapa, anak muda?"

"Aku mencari Ny. Wright, bisakah aku bertemu dengannya? Aku Lily."

"Collins, eh?" aku mengangguk. "Kalau begitu, kau masuk dulu. Aku akan memanggilnya."

Aku mengangguk singkat lalu pelan-pelan berjalan memasuki rumah yang lama tak aku kunjungi. Tidak banyak perubahan disini, hanya saja di sudut ruangan terdapat beberapa foto keluarga Wright dan fotoku bersama anak Ny. Wright yang sudah meninggal. Suara langkahan kakiku terdengar jelas diatas lantai yang terbuat dari kayu. Aku membawa tubuhku untuk duduk lalu bersender sembari menunggu Ny. Wright datang.

Derap langkah kaki terdengar mendekatiku, aku langsugn mendongkak dan mendapati wanita paruh baya sedang tersenyum. Aku berdiri dan memeluknya singkat. "Sudah lama kau tidak berkunjung setelah kematian ibumu, Lily."

Aku terkekeh pelan, "Aku sibuk dengan kuliahku, Nyonya. Kau pernah muda pastinya."

"Oh Lily, betapa ironisnya jika aku melupakan masa mudaku. Lebih baik, kau duduklah terlebih dahulu." Ny. Wright duduk dan aku pun mengikutinya. "Jadi ada apa? Tidak biasanya kau kemari, apa kemampuanmu semakin bertambah? Atau justru kau sering pingsan karena tidak kuat?"

"Aku hanya merasa sedikit pusing karena tidak bisa menyesuaikan keadaan," kataku. "Aku mengalami beberapa hal janggal, -  aku menarik nafasku -

Langkahan kakiku berhenti ketika mendapati seseorang menyerukan namaku, aku kenal jelas suara ini. Dengan senyuman yang terukir diwajahku, aku menoleh ke belakang. Ketika aku menoleh ke belakang, aku sontak menutup mulut.

Dia gadis berambut coklat yang terdapat darah disekujur tubuhnya. Jemari-jemarinya sudah tidak sempurna. Tetapi aku mengenal betul siapa dia, apa dia sudah tiada? Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, oh sial, dia nyata.

Aku yakin dia baru meninggal, aku yakin. Dia semakin mendekat, mulutnya terbuka dan tertutup seperti ia sedang berbicara. Aku jelas tidak mengerti apa yang ia katakan karena indra pendengaranku tidak menangkap apa pun kecuali suara-suara kendaraan yang terdengar samar dan suara orang-orang yang sedang berbicara.

Tiba-tiba air mata keluar dari pelupuk mataku, sialan karena aku tidak menyangka ini. Air mataku keluar semakin deras ketika ia mulai mendekat, kakiku bergerak mundur dan aku membalikan tubuhku lalu berlari sekuat mungkin.

Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?

Dan tidak itu saja, aku mengalami dua kejadian aneh lagi. Tidak biasanya aku mengalami - seperti sebuah bayangan yang akan terjadi di masa depan atau yang sudah terjadi di masa lalu. Aku mendapati, kekasihku sedang terbaring dengan wajah penuh darah di rumah sakit."

Dia mengintipku dari balik bulu matanya, matanya menatapku dengan tajam lalu dia mencari jemariku untuk menautkannya dengan miliknya. "Hal yang buruk baru saja terjadi, seseorang telah membunuhnya. Namun aku tidak tahu jelas siapa pembunuh gadis yang mengikutimu, Lily. Kau harus bisa mencari tahunya sendiri. Dia tidak tenang. Harus ada sebuah cerita yang terselesaikan, harus ada yang selesai disini."

Seperti ada yang mengganjal di kerongkonganku ketika dia berkata harus ada yang selesai disini. Aku tahu jelas apa yang ia maksud dengan selesai, namun aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi dan aku tidak mungkin selesai dengan ini. "Namun, mengapa dia kerap menghantuiku layaknya akulah orang yang membunuhnya?"

"Kau sahabatnya dan dia tahu jelas bahwa kau bisa membantunya untuk menyelesaikan orang itu. Dia tidak akan tenang jika pembunuh itu masih hidup. Kau tahu apa yang kumaksud."

"Apa? Aku bukanlah pembunuh berdarah dingin."

Dia berdiri, "Tidak ada yang menyuruhmu untuk membantunya membunuh orang itu." Suaranya meninggi.

"Jadi apa yang harus kulakukan?"

Dia membawa kedua tangannya ke belakang lalu mondar-mandir di hadapanku. Dia menatapku sejenak, namun beberapa menit selanjutnya dia tidak mengatakan sepercik kata pun. Dia melirk ke arahku lalu berkata, "Bagaimana jika pacarmu memang akan mengalami kecelakaan motor nantinya?"

Apa? Aku menganga mendengar perkataannya, rahangku jatuh ke bawah. Desiran jantungku semakin cepat ketika dia berkata demikian. "Bagaimana bisa pacarku akan meninggal?"

"Aku tidak berkata begitu."

"Lalu?"

"Kau tidak ingin makan mala terlebih dahulu disini? Lama rasanya kita tidak menghabiskan waktu bersama."

Dia mengalihkan pembicaraan.

+

[2]Exist ➸ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang