Day 11 [c]

3.2K 597 48
                                    

[ l i l y ]

10.45 pm

Perempuan itu meringis kesakitan ketika pisau yang di pegang oleh lelaki itu memotong jemarinya. Aku sontak merinding hebat dan menutup mulutku atas kejadian itu. Perempuan itu lalu menjerit kesakitan dan berkata, "Bajingan kau!"

Dan aku tahu betul suara siapa itu. Itu adalah suara Emma.

"Diam kau, jalang murahan!" suara itu terdengar sedikit familiar bagiku. Namun aku tidak tahu jelas itu adalah suara siapa karena jarak mereka lumayan denganku sehingga suara lelaki itu terdengar samar dan tidak terlalu jelas.

"Kau breng-" kalimat Emma terputus ketika lelaki itu menancapkan pisau itu ke tangannya.

Hatiku semakin penasaran karena itu, aku memutuskan untuk semakin mendekat ke arah mereka berdua. Dan ketika aku melihat ke arah mobil yang di turuni oleh Emma dan lelaki itu, aku melihat Harry sedang berada disana. Sial, betapa brengseknya dia? Emma bahkan adalah bagian dari sahabatnya, namun mengapa ia menonton dengan serius pertunjukan sialan itu?

Aku tidak memperdulikan Harry, yang ku pedulikan hanyalah Emma. Aku harus tahu mengapa ia bisa meninggal, aku harus.

Gadis itu kembali menangis dengan kencang, aku kembali meringis ketika melihat dua jemarinya yang sudah tidak sempurna lagi dan berselimutkan oleh darah. Pandanganku mengabur ketika melihat lelaki yang memegang pisau itu, namun pandangan itu semakin lama semakin menajam dan mambuatku bisa benar-benar melihat wujud lelaki itu.

Aku menjerit histeris dan menangis sekencang-kencangnya ketika melihat siapa lelaki yang memegang pisau itu. "Hentikan! Kau brengsek! Untuk apa kau menyakitinya, Zayn?! Untuk apa!" Aku berteriak, berusaha untuk memukulnya. Namun hasilnya tidak bisa, aku tidak bisa menyentuh keparat itu.

Ketika aku masih menangis dan memeluk kedua kakiku, aku melihat Harry turun dari mobil lalu berkata pada Zayn, "Kita harus membunuhnya sekarang."

"Untuk apa kalian membunuhku?"

"Bisakah kau diam, Emma?! Kami tidak mungkin membiarkanmu hidup lalu memberikan video itu kepada pihak polisi, aku dan kawananku akan di penjara kau tahu!"

"Aku tidak akan memberikannya ke polisi!"

Namun Zayn menggeleng, "Tidak. Kau akan menyebarkan video itu. Kami berlima sudah sepakat untuk membunuhmu."

Harry mengambil pisau lipat yang berada di dalam sakunya lalu mendekatkan ujungnya yang tajam itu di bawah dagu Emma. "Aku tidak mungkin membiarkanmu memberikan video itu kepada Lily, karena mana mungkin aku membiarkan hubungan sahabatku hancur karena hal itu

"Aku tidak akan membiarkan semua yang kau dengar itu kau bocorkan dengan Lily. Aku mengerti bahwa Zayn sangatlah mencintai Lily saat ini dan kau tidak berhak untuk menghancurkan hubungan mereka hanya karena kau menginginkan Zayn lebih dari seorang teman.

"Aku tahu masa lalu Zayn memang sangatlah kelam, dia pernah masuk ke dalam penjara akibat kasus narkoba, dan bahkan ia menjadikan Lily sebagai bahan taruhan untuk pertandingan motornya. Dan tadi, dia juga ikut dengan kami untuk bermain denganmu. Kau kira aku akan membiarkan hubungan Zayn dengan Lily hancur hanya karena seorang gadis sepertimu yang mau menghancurkan hubungan mereka,
hah?"

Mulutku terkatup rapat, aku menggigit bibirku berusaha agar tidak kembali menangis setelah mendengar semuanya. Rasa sakit itu kemudian menghujam hatiku dan rasanya berkali-kali lipat daripada sebelumnya.

"Hentikan! Cukup!" aku berteriak walaupun aku tahu itu sia-sia. Mereka tak akan bisa mendengarku.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu itu, hah? Kau yakin kasus pembunuhan yang kau lakukan adalah sebuah tindakan legal, Styles? Kau bersama lima kawananmu itu tidaklah lebih dari sekelompot keparat yang membunuh saingannya hanya untuk mendapatkan kemenangan dan kau bahkan membunuh, Cam - kekeasihku - kalian keparat! Kau bisa saja lolos saat itu karena kau pintar memalsukan barang bukti. Tetapi aku yakin kau akan secepatnya membusuk di penjara atau bahkan mati karena itu. Jika aku mati, maka aku akan meminta bantuan Lily agar kalian bisa mendapatkan balasannya, secepatnya."

Harry mengambil pisau lipat yang berada di dalam sakunya lalu menancapkan ujung pisaunya yang tajam itu ke dada Emma. Gadis itu menjerit untuk beberapa saat, namun sesaat setelahnya jeritan itu menghilang bak di telan bumi. Semuanya hening.

"Kita tidak punya pilihan lain, kau jelas tahu itu, Zayn."

Dan seketika, aku kembali berada di depan rumah kecil itu. Dengan ragu, aku membuka knop pintu dan sialnya itu terkunci. Aku harus mencari cara agar dapat masuk, harus. Aku melemparkan sebuah batu yang berada di depan rumah itu ke kaca jendela. Terdengar suara dentuman yang nyaring akibat pecahan kaca itu menghujam tanah.

Kaca jendela itu pecah, lalu aku membuka tirai yang menutupi pengelihatanku. Dan di saat itu pula indra penciumanku mencium bau darah bercampur bau busuk yang sangat menyengat. Aku melihat mayat Emma terbaring - dan juga mayat seorang lelaki yang kuduga adalah Cam - .

Aku tidak membuang-buang waktu untuk itu, jadi aku menghubungi pihak polisi untuk ini. Masa bodoh dengan Zayn adalah kekasihku dan Harry adalah sahabatku, mereka adalah seorang kriminal dan aku tidak mau bergaul dengan orang kriminal seperti mereka.

"Jangan menghubungi polisi!" Dan aku kenal jelas siapa suara ini.

+
a/n
ASTAGFIRULAAH ASTAGFIRULAH ASTAGFIRULAHHHH!!!!! BESOK OTRAT I CANT CALM THE FUCKING DOWN OMF!!!! BUNUH HAYATI BUNUHHHH HAYATI TAK SANGGUP MELIHAT UPDATES AKUN YANG AKAN MENGIRIMKAN FOTO KONSER DARI NIALL LOUIS HARRY LIAM DIRIKU TAK SANGGUP UNTUK MENERIMA KENYATAAN BAHWA MEREKA BESOK AKAN KONSER BERASA MIMPI

[2]Exist ➸ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang