Day 8

3.5K 642 53
                                    

"Zayn."

Yang di panggil menoleh, "Ada apa?" dia menjawab dengan nada dinginnya.

Mulutku kembali tertutup saat melihat dia. Dia Emma, kembali menghantuiku lagi. Dia berada dihadapanku saat ini, kondisinya sama seperti yang lalu-lalu. Paru-paruku berhenti mengisi udara ketika melihat sosoknya yang kembali ingin berkomunikasi denganku. Aku memejamkan mataku beberapa saat untuk menenangkan pikiranku. Pergi, pergi! Batinku menjerit, namun ketika aku kembali membuka mataku, sosoknya masih berada dihadapanku. Aku menggeleng.

"Lily?"

Aku mendongkak ketika mendengar Zayn memanggil namaku, "Maaf. Apakah hari ini kau memiliki rencana?"

"Aku memiliki urusan lagi dengan Liam. Selain itu, ada balap liar yang akan diselenggarakan, jadi aku harus menyiapkan motorku dan mengganti olinya. Apa kau akan ikut?"

"Kurasa ya, namun aku akan menyusul. Aku akan berkendara sendiri."

"Kurasa itu bukan hal yang baik, Lily. Aku akan pergi ke rumahmu seusai urusanku dengan Liam. Dapat dipastikan bahwa urusanku ini tidak terlalu larut."

"Dan kurasa tidak, aku akan tetap berkendara sendiri. Aku juga akan pergi ke Downtown untuk melihat pertandinganmu."

+

Aku melupakan jam tangan dan ponselku, sehingga aku tidak tahu pukul berapa saat ini.

Dengan ragu, aku membawa tanganku untuk mengetuk pintu yang berada di hadapanku saat ini. Aku masih belum mengetuknya, tanganku masih berada di dalam posisi yang sama. Aku kurang yakin dengan ideku untuk mengunjungi rumah Emma - lebih tepatnya rumah ibunya.

Berpikir panjang dan akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintunya. Beberapa saat kemudian, tidak ada yang membuka pintu atau bahkan memberikan jawaban. Kemudian, aku mengetuk pintunya lagi, dan untuk memastikan aku berkata, "Permisi?"

Aku menunggu untuk beberapa menit disini dan tidak ada jawaban sama sekali. Apakah keluarganya sudah pindah? Mengapa Emma bahkan tidak memberikan informasi sama sekali? Apa benar ia meninggal dan ada seorang bajingan yang membunuhnya?

Pertanyaan demi pertanyaan mulai melintas di dalam benakku. Merasa tidak ada yang merespon, aku pun berjalan dengan hati yang masih penasaran menuju mobilku terparkir. Aku terdiam dalam setiap langkahan. Ketika membuka pintu, aku kembali melihat rumah kediaman keluarga Emma dan tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Maksudku rumah itu terang, namun seperti tidak ada aktivitas yang dilakukan disana.

Dengan terpaksa, aku merangkak memasuki mobil dan duduk di kursi pengemudi. Aku menancap gasnya setelah aku melepaskan remnya. Mobilku melintas laju dengan hatiku yang gelisah dan penuh dengan pertanyaan.

Sepanjang perjalanan, hatiku masih sangatlah gelisah, aku benar-benar tidak percaya bahwa arwah yang kulihat adalah arwah Emma. Apa aku harus benar-benar percaya dengan semua ini? Cerita apa yang harus ia selesaikan disini sehingga ia akan pergi dengan tenang? Aku harus membantunya. Namun detik selanjutnya, hatiku meringis mengingat aku tidak mengetahui apa-apa soal kematian Emma. Bagaimana bisa aku mengetahui siapa pembunuhnya dan membantu Emma untuk menyelesaikannya? Apa sebenarnya yang ia inginkan? Apakah ia menginginkan pembunuh itu untuk mendekam di penjara atau,

Aku mendengar suara perempuan meringis dan sejauh mataku memandang aku sedang tidak berada di dalam mobil lagi. Sialan, ini jelas tidak boleh terjadi. Aku bisa menabrak. Perempuan itu meringis kesakitan ketika pisau yang di pegang oleh lelaki itu memotong jemarinya. Aku sontak merinding hebat dan menutup mulutku atas kejadian itu. Perempuan itu lalu menjerit kesakitan dan berkata, "Bajingan kau!"

Dan aku tahu betul suara siapa itu. Itu adalah suara Emma.

Ketika semuanya kembali normal, aku menginjak rem dengan mendadak ketika mobilku hampir saja menabrak mobil yang sedang berhenti di depan lampu merah. Aku kehilangan konsentrasiku.

+

[2]Exist ➸ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang