Chapter 6-Part II

510 10 4
                                    

Hari sudah mulai sangat terik ketika Mine dan Ichi memarkirkan motornya di depan sebuah pemakaman di daerah hizun. Pemakaman ini dikhususkan buat anak-anak usia 17 tahun kebawah. Jadi tak heran jika tempat-tempat pemakaman itu memiliki ukuran yang kecil-kecil dan sangat sederhana namun terawat. Pemakaman di daerah hizun ini sangat terawat. Ichi mengunci stang motornya dan meletakkan helm yang baru dilepasnya dari kepalanya.

Mine turun dari motor dan langsung menatap gerbang pemakaman dengan pandangan menerawang. Ntah apa yang dipikirkannya. Mata mine terasa hampa dengan bibir yang digigitnya. Rambut hitam panjangnya tergerai dan terayun ayun karena angin yang sedari tadi memainkan helai rambutnya. Mine meremas kedua tangannya dan sesekali menenangkan hempasan-hempasan rambutnya yang diusik oleh hembusan angin.

ICHI POV

Mine.. gadis yang sangat disayang oleh mendiang kak Kyu. Aku melihatnya sedang memandang gerbang itu dengan ragu-ragu. Pasti dy sangat merasa bersalah saat ini. Aku tahu itu. Rambutnya tergerai dan sesekali terayun membuatnya tetap indah bagai lukisan dimataku. Aku ingin melihatnya seperti ini lebih lama lagi. Aku ingin melindunginya, berada disisinya ketika sedih, selamanya. Menatapnya dari jarak seperti ini membuatku ingin memeluknya. Sakurada Mine.. mengapa rasanya aku ingin mencium mu..

“uuhhmm.. Ichi” tiba-tiba Mine sudah berada disampingku sambil menyentuh punggungku dengan matanya yang besar dan indah. “ada apa?” tanyanya lagi menatapku lembut.

Aku pun terkejut dan tak kusangka ternyata aq melamun. Huh.. membuatku malu saja!!

“Ha..Ha..” aku mengaruk-garuk.

Mine menatapku bingung. Tak kusangka tiba-tiba dy menangis.

“maap Ichi.. aku sangat merepotkanmu.. selalu.. sejak kita kenal dlu.. ak..uu.. selalu harus bergantung padamu.. pada kak Rine.. dan pada Kak Kyu” Air mata mine sudah mengalir dari kedua bola matanya yang indah. Jujur saja, aku tak sanggup melihatnya begini.

Kutarik tangannya dengan paksa memasuki gerbang pemakaman.

“Ichi...” Mine bertanya dengan sedikit terisak. Mungkin air matanya sudah tak keluar lagi. Aku sedikit lega.

Aku tak ingin menjawab apa-apa. Melihat air matanya membuatku merasa blank. Kuhentikan langkahku di sebuah makam, yaitu makam kak Kyu. Kulihat Mine dibelakangku dan kulihat pandangan shock dan ketakutan. Dy menatapku dengan mata sayu.

“inikah makam kak Kyu itu?” matanya sembab menahan gejolak jiwanya selama ini.

Aku menganggukkan kepalaku “Asaoka Kyu. Seorang bocah lelaki tangguh dan paling berani” aku tersenyum menatap makam kakak. Aku hanya tidak frustasi atau menangis lagi karena aku sudah terbiasa menahan sedih. Berbeda dengan Mine. Yang baru mengetahui kebenaran beberapa jam yang lalu. Aku bisa merasakan isi kepedihannya.

“Kak Kyu” Mine menangis sambil memeluk kedua telapak tangan yg digenggamnya itu ke dadanya. Mine berjalan melewati ku dan berlutut disamping makam kakak.

“kak Kyu... kakak...” Mine terisak. “Maapkan Mine kak... Mine baru datang.. Mine baru bisa kesini.. maap kak..” tangisan Mine semakin menjadi-jadi.

Jujur .. aku tak tahan melihatnya.

“Mine.. jangan menangis.. Kak Kyu pasti sedih jika melihatmu begini” aku berjongkok disamping Mine dan membelai rambutnya.

“kenapaa... kenapa bukan aku saja yang mati!! Kenapa kak Kyu.. kebanggaan semua orang. Aku hanya pembawa masalah.. aku hanya bisa bergantung.. kenapa kak Kyu harus mati...” Mine semakin menjadi-jadi dan memukuli tangannya ke makam kak Kyu.

Aku membelak tak percaya. Mine bisa menjadi berperilaku ekstrim seperti saat ini. Ku peluk dy dan kubenamkan wajahnya di dadaku. Agar dy merasakan kehangatan dan merasa tak sendiri. Kurasakan air matanya yang terjatuh ke pundakku.Ku belai rambutnya dan sesekali kutepuk-tepuk punggungnya.

Watashi Wa Ikimasu (Aku Akan Pergi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang