Kita Berbeda

28 4 0
                                    


Nagisa,

Aku menyadari satu hal. Kepercayaan kita berbeda. Tapi, apakah itu membuatku menyerah? Tidak, dulu, Nagisa. Selama tiap tanggal 26 aku masih melihatmu, aku akan melihatmu dengan penuh dan genap.

Ketahuilah, kamu adalah yang membuka dan menyadarkan hatiku. Kamu menyebarkan merah muda, dan aku senang dengan hal itu.

Nagisa, tiap waktu antara siang dan malam, yang pertama kuingat adalah senyummu dan aromamu ...

Nyata dalam maya. Seperti sebuah fatamorgana. Ah, pengalaman ini membuatku akan jauh lebih tahu dan penasaran dengan kisah-kisah lain yang menungguku.

Zen.

***

Aku menggigit ujung pena, sambil membuka halaman buku Biologi. Aku tak pernah melupakan kejadian malam itu. Kupikir itu pengalaman supranatural, sebab yang kulihat sosok kemarin jelas tidak lagi eksis di sini.

Kemudian, aku melihat foto saat acara amal itu berakhir. Lihat, Nagisa berdiri di sampingku, tersenyum riang seolah semua sakit di tubuhnya tidak terasa.

Aku berjalan keluar kamar saat melihat seorang anak lelaki berbaju merah datang berjalan pelan ke arah rumah. Aku tahu itu Haruka, dan yang dia pegang adalah surat balasan dari Nagisa.

Sebelum Haruka mengetuk, aku sudah membuka duluan. Aku mengajaknya untuk masuk.

Dia menyimpan amplop itu di atas meja.

"Sendiri di rumah?"

Aku mengangguk, menuang teh dalam cangkir hijau dan membuka tutup toples kue nastar sisa lebaran.

"Kenapa gak bicara?"

Cepat aku menulis di atas note.

Aku tunawicara.

"Ah, maaf."

Haruka setelah menghabiskan setengah teh dan tiga butir nastar, dia pamit pulang sebab ada kegiatan di ekskulnya. Aku mengantar dia sampai depan.

Setelahnya, aku membaca surat balasan dari Nagisa.

***

Zen

Hanya selama aku di sini. Aku menyukaimu, pernah dengar, kan?

Ah, Zen, lama untuk menunggu tubuhku penuh dan terlihat macam orang normal.

Zen, waktuku tinggal sepuluh hari lagi. Berarti, tanggal 26 bulan ini adalah yang terakhir ...

Ya, aku tahu kita berbeda.

Shoko Nagisa.

***

Tangan Zen bergetar dan napas dia mendadak lemah. Sepuluh hari? Zen bergumam, dia meremas kertas itu dan menangis kembali. Mengais sisa-sisa aroma yang mungkin tertinggal dalam lekuk tubuhnya.

***

Hampir end ....

Larik Terakhir [End] [Lengkap] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang