thirty ➠ dylan on mission

4.5K 427 37
                                    

hi @zxrryspxrkles! keep shining on your writing. i support you <3 x

Daphne on multimedia :) 

Enjoy it, folks!

x

**

Dylan’s POV

Mungkin Tuhan memiliki sebuah maksud dibalik semua kejadian ini. Memang, aku yang pada akhirnya mengambil keputusan untuk mengikuti Theo untuk pindah ke Irlandia. Memang aku yang membiarkan adikku tinggal bersama tante dan om nya dibandingkan tinggal dengan ayah dan ibunya. Memang kalian bisa menyebut aku bodoh dan serakah, namun semua ini kulakukan hanya semata-mata untuk menyelesaikan masalah. Namun, masalah itu tidak terselesaikan, bahkan sedikitpun.

Ayah dan ibu tetap berpisah, walaupun secara akte menikah memang mereka tidak berpisah. Ayah dan ibu tak pernah mau menyelesaikan masalahnya secara terang-terangan. Jika kupikir-pikir, mereka masih sama-sama saling mencintai sehingga mereka tidak bisa menatap wajah satu sama lain dan menyelesaikan masalah itu. Dan mungkin sekaranglah waktu yang tepat. Aku menggendong Daphne yang sudah menginjak 4 tahun dan menyusuri belalai pesawat. Yap, aku dan adikku kembali ke London, tanpa sepengetahuan siapapun. Oh tentu Theo, Uncle Greg, dan Aunt Denise mengetahui seluruh detail rencanaku. Bahkan kakekku, Bobby mendukungku sepenuh hati. Ia bilang, ia tidak ingin pernikahan anak keduanya gagal seperti ia gagal mempertahankan pernikahannya dengan Maura.

“Dylan, di pesawat itu lama atau enggak?” ucap Daphne sambil memelukku kencang. Aku yang menggendongnya pun hanya bisa terkekeh mendengar ucapannya yang lucu itu.

“Tidak begitu lama kok, kamu nggak usah takut ya, aku kan bersamamu,” ucapku. Ia tersenyum dalam pelukanku.

“Nanti kita akan bertemu daddy?” tanyanya lagi.

“Tentu saja, kamu pasti kangen dengannya kan? Nanti kita juga akan bertemu dengan Luke, Zac, Avee, Ian, dan Sky.”

“Mereka itu siapa?”

“Teman-temanku, dan mereka akan menjadi teman-temanmu juga,” ucapku. Ia tersenyum senang sambil menatapku.

“Theo kenapa nggak ikut?”

“Theo ada kuliah, Daphne.”

Aku pun mencari row 28A dan 28B. Itu tempat dudukku dan Daphne. Setelah menaruh tasku dan tas adikku di cabin, aku membiarkan Daphne duduk di dekat jendela. Ia pasti senang melihat pemandangan di langit.

“Dylan, kau tidak akan meninggalkanku kan?”

“No, I will not, sist.”

 Ia memeluk tangan kiriku dan memejamkan matanya perlahan. Aku mengusap kepalanya lembut lalu membisikkan beberapa kata sebelum ia masuk kedalam alam tidurnya. “Sweet dream, sist.”

**

Forever & Always ⇨ malik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang