Abigail's POV
Aku memasuki rumahku yang sudah kutinggal beberapa hari ini. Rumah ini tampak berantakan sekali.
"Maaf babe rumah kita berantakan, aku sangat depresi mencarimu, sungguh aku akan membereskannya," ucap Zayn sambil menyeret koperku. Aku tersenyum kecil lalu mengangguk.
"Sepertinya anak-anak sedang di rumah utama, ya, kamu tau lah, bermain bersama," ucap Zayn lagi. Aku mengikutinya menuju kamar kami, tidak lupa menaruh Haagen Dazs di kulkas.
Aku dan Zayn duduk di pinggiran kasur. Aku menatapnya dalam. Sesungguhnya aku begitu rindu dengan semuanya; matanya yang coklat, rambutnya yang hitam, tubuhnya yang kekar, bahkan aku merindukan wangi tubuhnya; boss orange.
"Aku tahu, sebenarnya yang tadi bukan cara terbaik kita untuk damai. I know I should've done better," ucapnya sambil menundukkan kepalanya.
"It feels weird to me. Because I do not apologize to you in appropriate way. And that is absolutely not the way I treat a girl; especially a girl like you."
Ucapannya membuat hatiku berdesir. Ia mengatakannya dengan tulus, dan lancar layaknya ia telah latihan sebelumnya. Aku menangkup kedua pipinya dan membiarkan sepasang mata hazel itu menatapku.
"I really don't mind the way you apologize to me. Tapi, yang aku pedulikan adalah, bagaimana proses kamu berubah dan belajar setelah suatu kejadian buruk menimpa kita, dan kita akan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik untuk membesarkan anak-anak kita," ucapku.
And for the first time in these days, he kissed my lips; this kiss was different than any kiss we ever had. He kissed me full of love and I know where home is, right after a smile between our kiss.
"Thank you Ab, simply for teaching me to be a better Zayn," ucapnya lalu membawa diriku kedalam dekapannya.
"Terima kasih juga karena kamu telah mengajari aku untuk berdiri tegap dengan kuat menghadapi cobaan apapun yang terjadi," ucapku.
And from that moment, I decided to believe him once more.
"Aku akan memanggil anak-anak ya? Aku tahu kamu merindukan mereka." Aku yang hendak berkata-kata pun terdiam karena ia berkata beberapa patah kata lagi.
"Kamu diam saja disini, biarkan aku yang memanggilnya. Aku tau kamu capek, perjalanan panjang," ucapnya lalu mencium pipiku dan beranjak pergi. Bisa kurasakan pipiku memerah sekarang.
Kapan terakhir kali kita bisa bercengkrama melakukan pembicaraan semanis ini?
Yang kuingat hanyalah perlakuan kasarnya padaku waktu itu.
Maafkan aku Z.
Tapi aku akan berusaha seperti kamu berusaha untuk membuatku mempercayaimu.
Aku akan melupakan kejadian itu, dan membuka lembaran baru.
"MUM?" Teriak kedua anak kecil lalu berhamburan kearahku.
"Where have you been mum? I missed you a lot!" Ucap Avee lalu memelukku.
"Mum tidak menghubungi kami sama sekali," ucap Zac. Ia juga memelukku. Aku yang memeluk kedua anakku pun tersenyum geli.
"We love you mum!" Ucap kedua anak itu kompak.
"Hello kids. Kemarin-kemarin mum hanya bermain ke grandma's home. I hope that's alright for you guys. Alasan aku tidak mengajak kalian adalah karena kalian harus sekolah. Tapi mum membawakan kalian two buckets of ice cream. Ada di kulkas, kalian bisa minta tolong dad untuk mengambilnya. And yes, I love you kiddos, more than I love myself." Anak-anak yang terhipnotis mendengar kata ice cream pun langsung menyerbu ayahnya yang sedari tadi memandangi kami bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever & Always ⇨ malik.
FanfictionAbigail yang sukses mendapat restu dari kakaknya, Louis Tomlinson kini telah menjadi istri dari seorang penyanyi terkenal bernama Zayn Malik. Memiliki anak-anak lucu yang nakalnya minta ampun dan suami yang 'perfect' seperti Zayn membuat Abigail mer...