thirty two ➠ niall slays

3.1K 415 85
                                    

Dylan's POV

Rumah mum yang ia tinggali sekarang sangat besar dan mewah. Aku memarkirkan mobil di depan rumah mum. Dad menggendong Daphne untuk turun. Setelah aku keluar dari mobil, aku menguncinya. It's time to reunite. Dad pasti bisa mempersatukan kita kembali.

Ding dong. Kutekan bel rumah mum dua kali. Lima menit kemudian, seorang bodyguard membukakan pagar untuk kami.

"Mr. Horan? Sudah lama tidak bertemu," ujar bodyguard itu.

"Hello, Sam. Ya, mungkin tiga tahun?" ujar dad.

"Mrs. Lovato ada di dalam," ujar Sam sambil mempersilahkan kami bertiga untuk masuk. Kami bertiga pun langsung masuk ke dalam rumah mum.

Rumah yang di dominasi warna broken white ini memiliki arsitektur yang indah. Aku bertaruh bahwa mum menyewa desainer ternama untuk mendesain rumahnya. Dad memberikanku kode agar duduk di ruang tamu bersama Daphne sementara ia akan mencari mum. Aku mengangguk dan memangku Daphne.

"Daphne, sebentar lagi kau akan bertemu mum," ujarku.

"Yay! Ia pasti cantik sepertiku," ujarnya bangga.

"Yup, kalian berdua memang cantik."

Sekitar sepuluh menit kemudian, dad kembali bersama mum. Wajah dad tampak berseri-seri, namun tidak dengan mum. Wajahnya kusut. Mungkin ia tidak menyukai kedatangan kami.

"Hi mum!" sapaku. "Daphne, say hi to your mother."

"Is... this.. real?" ujarnya tak percaya. "My mum is very beautiful!" seru Daphne. Ia segera berlari kearah mum dan memeluknya erat. "Hello mum! I'm Daphne," ujarnya.

"Hello, Daphne." Mum memeluk Daphne balik, lalu ia duduk di sofa dan memangku gadis kecilnya. "What is this about, Niall?"

"I want us back," ujar Dad. Mum memutar kedua bola matanya tanda tidak suka.

"Kau kenapa, Horan? Bukankah sudah tiga tahun berlalu? Mengapa kau baru menemui aku sekarang?"

"Sebenarnya, aku sudah hampir menyerah, Dem. Namun kedua buah hati kita yang memberikanku sedikit harapan. Dem, we always loved each other that bad. Is there any chance?"

"Mum, ini murni bukan ide dad. Ini adalah ideku. Aku muak mum. Aku muak mengetahui kondisi keluarga kita yang hancur. Aku juga tidak tahan lagi melihat Daphne yang sendiri di hari ibu, di hari ayah. Daphne hanya diberi kasih sayang oleh Uncle Greg dan Aunt Denise. Oke, mungkin semuanya akan berbeda jika mum and dad sudah meninggal. Tetapi mum and dad masih disini. Dan masih kuat serta mampu untuk membesarkannya. Aku tidak mau Daphne merasa sendiri mum. Aku mau Daphne juga merasakan kasih sayang mum dan dad sepertiku dulu."

Mum tertegun. Reaksi dad juga tidak berbeda jauh. Apakah aku terlalu sarkastik dan frontal? Seketika aku mereka ulang kata-kata yang kulontarkan barusan. Oops.

"I'm sorry, son. I don't know that this affected you so bad," ujar mum. Dad tampak berkaca-kaca.

"So can you please make this work? I came so far from Ireland. I hope that my arrival is worth it," ujarku.

**

Niall's POV

Dylan menyayangi adiknya dengan tulus. Ucapannya memang benar. Sedihnya, aku perlu diingatkan oleh anakku. Bukan memiliki kesadaran sendiri. Aku merasa sangat bersalah dan sangat egois.

Semoga ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan ini. Semoga Demi mau berbicara empat mata denganku. Semoga Daphne mendapat kesempatan yang sama seperti Dylan.

Forever & Always ⇨ malik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang