BAB 3

3.5K 307 25
                                    

Pagi ini Grizel seperti biasa, menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Sebenarnya dia bisa lebih pagi masuknya, jam sepuluh saat jam istirahat sekolah sedang dimulai. Namun pagi ini dirinya terpaksa masuk sebelum jam tujuh, itu berkat kegigihan Nathan yang memaksanya untuk sekolah.

Memang Grizel menginap di apartemen Nathan, dikarenakan di mansion miliknya sangat sepi. Kakak pertamanya kerja, dan kedua orang tuanya sedang sibuk di Inggris karena urusan pekerjaan.

"Nath bikinin gue sereal!" teriak Grizel kepada Nathan, dirinya sibuk menyisir rambutnya yang sudah tertata rapih.

"Nih udah, buruan makan," kata Nathan menyiapkan sereal milik Grizel, lalu dihabiskan dengan penuh suka cita olehnya.

Setelah habis mereka bersiap-siap untuk mengantarkan Grizel sekolah dan Nathan pergi ke kampusnya untuk bimbingan tugas akhir miliknya.

Akhirnya mereka sampai di depan gerbang sekolah yang megah milik Grizel.

"Kalau udah pulang minta jemput supir, gue nanti telepon. Asal jangan naik taksi atau angkutan umum lainnya," peringat Nathan, karena baginya cukup kejadian itu terulang lagi.

Dirinya tidak ingin adik perempuannya ini terluka gara-gara kelalaian dirinya yang bodoh tidak bisa menjaga Grizel. Gadis itu menganggukkan kepalanya, dia mengerti karena Nathan sibuk dengan urusan kuliahnya.

"Yaudah sana pergi, bilang ke gue kalau ada yang ganggu lo di sekolah," kata Nathan serius dengan mengusap rambut adik tengilnya.

"Iya, yaudah sana pergi lo ke kampus, telat ngulang tahun depan lo," celetuk Grizel tidak berperasaan.

"Amit-amit," kata Nathan langsung menancapkan pedal gas meninggalkan Grizel yang terkekeh melihat kelakuan Nathan.

Dirinya masuk ke dalam sekolah dengan tatapan yang santainya, padahal banyak sekali orang memandang dirinya tidak suka atau berbagai macam membuat seseorang tidak nyaman.

Berbeda dengan Grizel tipikal orang yang tidak peduli dengan ucapan orang lain dan cemoohan orang kepada dirinya, baginya hidup dia terlalu singkat dan penting ketimbang mengurus mulut meraka yang seenak jidat.

Tatapan Grizel kini beralih ke Imanuel, kedua pandangan mereka bertubrukan. Grizel yang memandangnya penuh ejekan dan senyuman sinis, sedangkan cowok tersebut memandangnya penuh dengki dan dendam yang terpendam.

Grizel sangat puas melihat keadaan Imanuel bahkan pagi ini tidak ada ocehan cowok beban sekolah itu, mungkin sudah lelah membalas ucapan pedasnya.

Kini tatapannya sekilas memang Darius yang masih terpaku akan kedatangannya, Grizel tidak peduli sama sekali dengan cowok tersebut. Mengaku mencintainya dan ingin menjadi kekasih dirinya, tetapi dia sendiri yang melukainya bahkan ikut membuli bersama Imanuel dan anak bawahannya. Sungguh sialan kelakuan Darius membuat Grizel muak.

Oh  dirinya sudah  tidak tahan, semoga waktu berjalan cepat dan dirinya lulus. Melihat wajah-wajah di sekolahnya membuat Grizel ingin muntah.


🦋🦋🦋

"Laksanakan perintah gue, awasi dan perhatikan gerakkan cewek ini," kata Arka menunjukkan foto seseorang yang diambil di apartemen sahabatnya, siapa lagi jika bukan Grizel.

Mulai saat ini gadis itu tidak akan aman karena sudah mempermainkan dirinya, lihatlah dia akan buat gadis tersebut menyesal dan menjadi pendiam karena bermain dengan lawan yang salah. Arka tidak peduli gender yang menganggu dirinya, mau dia wanita atau pria, dirinya akan memberikan pelajaran.

"Baik bos." Anak buahnya langsung pergi menjalankan tugas yang diperintahkan Arka, senyuman licik dan mengerikan muncul di wajah tampannya.

Mengingat Grizel membuat Arka sedikit tertarik dengan gadis itu, bukannya terpesona dan menatapnya takjub. Grizel justru sebaliknya, dia menatap Arka tidak suka dan berkata kasar secara terang-terangan.

KAZELLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang