BAB 17

1.2K 81 25
                                    

Tandai jika terdapat typo, happy reading!

***

Arka masih mengingat bagaimana raut wajah Grizel yang meringis kesakitan akibat hantaman bola basket dengan dorongan kuat dari seorang pria. Namun anehnya Arka tidak langsung membalaskan dendamnya kepada pria itu, yang ada dipikirannya adalah kekalutan; bagaimana menyelamatkan dua nyawa dalam satu tubuh perempuan dalam dekapannya.

Untuk pertama kali, dia merasakan kegelisahan dan ketakutan yang menyelimuti dirinya, walau wajahnya menunjukkan gestur datar dan tidak berekspresi. Berbeda dengan jantungnya, berdebar dengan kencang.

Tangannya mengepal di atas lutut kakinya, tubuhnya duduk tegap tanpa bersandar kursi besi rumah sakit. Bahkan pandangannya menatap ke depan dengan tajam, seolah ada musuh yang sedang mengintai dan membahayakan nyawanya.

Auranya sangat gelap sehingga para pekerja medis bahkan dokter sekalipun yang sudah berada di hadapannya terdiam, bingung memulai percakapan karena sosok Arka yang begitu dominan.

"Permisi Pak, saya ingin menyampaikan keadaan Nona Grizel," ungkap dokternya, sehingga Arka langsung mengangkat tubuhnya sendiri untuk berdiri tepat di depan dokter, dengan tatapan tajamnya.

"Keadaan Nona baik-baik saja, ini pertama kali Nona mengalami pendarahan, dengan berat hati saya memberitahukan bahwa kondisi janin di dalam perut sang ibu lemah, namun kami sudah memberikan vitamin penguat janin.

Beberapa hari Nona butuh istirahat tidak melakukan aktivitas berat, dan pola makan harus dijaga."

"Anything else?" tanya Arka dengan pelan.

"Tidak ada lagi Pak, jika membutuhkan sesuatu bisa menghubungi petugas di depan," kata dokter itu pergi meninggalkan Arka yang langsung melangkahkan kakinya masuk ke ruangan Grizel terbaring.

Di depannya ada seorang perempuan dengan infus di tangan kecilnya, dan selang oksigen terpasang di hidungnya. Seketika Arka merasakan ada rasa kacau di dalam hatinya melihat keadaan Grizel.

Dia menarik kursi di depannya dan duduk di samping gadis itu, tanpa mengatakan sesuatu hanya ada keterdiaman, mengheningkan ruangan yang terasa semakin hampa. Berbeda dengan tubuhnya yang seolah tidak hidup dan tidak bergerak layaknya patung, matanya menyorot penuh wajah damai itu.

Berjaga-jaga dan memastikan bahwa gadis di depannya ini tidak merasa kesakitan, walaupun dia tidak tahu ketika sadar menjelang, apakah rasa sakitnya akan terasa atau tidak.

Arka lupa berkata kepada dokter, bagaimana menghilangkan atau menyalurkan rasa sakit yang akan terjadi, apakah bisa rasa sakitnya dialihkan kepadanya?

Matanya kini beralih ke perut Grizel, dia menatap khawatir walaupun sorot matanya tidak meneduh, tapi orang yang tidak menganalinya pun tahu kalau dirinya sedang gelisah. Perlahan tangan besar itu menyentuh tanpa menekan perut Grizel, sentuhan yang seringan kapas karena tidak ingin menyakiti gadis ini.

"Are you okay there?" lirih Arka mengusap perut yang terlihat mengembung itu, anaknya berada di sana. "You guys make me restless," lanjutnya menghela napas.

Beberapa detik kemudian dia teringat sesuatu, Arka memainkan ponselnya untuk menghubungi seseorang, yang pasti dia bukan Nathan. Bukan berarti Arka menyembunyikan hal ini kepada kakak kandungnya, urusan seperti ini akan terasa menjengkelkan jika Nathan ikut campur.

Arka akan menanganinya sendiri, terlebih mengurus pelaku yang menyebabkan Grizel terbaring lemah seperti ini. Mudah baginya melenyapkan tikus kecil itu.

***

Perlahan namun pasti, kelopak mata indah itu terbuka menyesuaikan cahaya di ruangan ini, dia merasakan tubuhnya remuk apalagi punggung belakangnya pegal sekali. Kepalanya lumayan berdenyut dan membuat dia meringis kesakitan sehingga desis suara keluar dari mulut kecilnya.

KAZELLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang