BAB 16

1.2K 116 25
                                    

"I only love my baby, not you," gumamnya di depan perut Grizel, oke sekarang dia yang merasa percaya diri.

Grizel lupa bahwa dia mengandung anak dari Arka Javas Dixon, jika saja bukan anak darinya mungkin pria itu tidak perduli dengan apa yang dia lakukan sekarang.

Namun dalam lubuk hati seorang Grizel, ia sangat bersyukur. Setidaknya anak dalam perutnya ini memiliki ayah yang tulus.

"Kapan dia akan keluar?" tanya Arka melihat perut Grizel dengan gemas rasanya dia ingin menggigitnya.

Entah sejak kepulangannya dari markas dia langsung ke apartemen, itu semua dipengaruhi oleh mimpi seorang anak kecil yang mengatakan merindukannya untuk pulang.

Ajaibnya Arka langsung pulang dan tidak biasanya dia pulang dengan penuh rasa semangat, keinginan bertemu anaknya yang belum terbentuk di perut mungil ini sangat besar.

"I don't know, let's see. Entar juga keluar sendiri," celetuk Grizel dengan asal, dia tidak memperdulikan ucapan bodoh Arka yang mendadak berbeda di depan matanya.

Arka langsung berdiri dan pergi ke kamarnya begitu saja, hal itu mengundang pertanyaan yang dari tadi menimpa benak Grizel. Sebenarnya Arka kenapa tidak biasanya?

***

Hari ini adalah hari terakhir Grizel melaksanakan yang namanya try out di sekolah, hal tersebut mengharuskan dirinya belajar dengan lebih giat lagi. Dikarenakan kelulusan dari ujian ini mempengaruhi apakah dia layak mengikuti ujian nasional atau tidak.

Di dalam kelas sebelum ujian dilaksanakan, Grizel membaca beberapa materi yang ada dalam bukunya, semalam sudah dia rangkum dengan baik.

Walau nyatanya hari ini dia merasa tidak enak badan dan perutnya selalu mual tiap paginya. Grizel mencoba menahannya agar tidak terlalu kentara perubahan yang dirasakan, sehingga orang lain tidak ada yang curiga dengan kondisinya.

Nada dering membuat Grizel mengalihkan pandangannya ke arah ponsel boba miliknya, ada satu pesan dengan nomor tidak dikenal.

+628226666xxxx: Balik kasih tau, gue jemput.

Grizel tahu bahwa yang mengirimkan pesan tersebut adalah Arka, siapa lagi yang berani memerintahnya dengan tanda seru di setiap pesan dikirim pria itu. Grizel menekan kontak dari nomor tersebut dan menyimpannya dengan nama 'Arka', sial sekali kenapa harus pria it yang menjadi ayah dari bayi yang dia kandung.

"Pagi semua, handsome boy has come," ucap seseorang dengan senyuman bodoh yang terpampang di mukanya, siapa lagi jika bukan Darius.

Dengan santainya dia duduk di samping Grizel, tanpa menunjukkan tampang segan. Bahkan dia masih menatap Grizel tidak berkedip beberapa saat, lalu melihat aktivitas gadis di sampingnya yang sedang fokus membaca rangkuman materinya tanpa menggubris kehadirannya.

Mungkin memang tidak sepenting itu.

"Belajar terus sampe sukses, rajin banget lu," celetuk Darius sedikit berbisik.

"Don't get too close, we're not friends," ungkap Grizel membuat Darius bungkam dan mengusap tengkuknya salah tingkah, namun tidak menurunkan kadar kepercayaan dirinya di depan gadis galak ini.

"Okey, nanti istirahat kita temenan lagi," kata Darius, Grizel hanya menggumam tidak jelas.

Sampai bel berbunyi menandakan sudah saatnya masuk ke dalam kelas, terutama untuk anak duabelas yang sedang mempersiapkan diri untuk ujian try out.


***

Grizel menghela napas ketika ujian sudah berhasil dilewati, semoga hasil ujian tadi mendapatkan nilai yang memuaskan. Mengingat soal yang keluar sangatlah rumit, tapi setidaknya ada beberapa yang dapat dia semaksimal mungkin.

KAZELLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang