4. Tunjukkan padaku tubuhmu, Megumi

6.1K 418 24
                                    

Warn = 18+

===============

Megumi memberi perlawanan lebih sedikit daripada yang Gojou harapkan. Sulit untuk mengatakan apakah itu karena pria itu pasrah atau tertarik, tetapi Gojou menyenangi itu.

Megumi menanggalkan pakaiannya secara bertahap, dan ketika selesai, dia berjalan ke tempat tidur Gojou (yang sekarang menjadi tempat tidur mereka berdua) dan perlahan berbaring disana.

Untuk sesaat, yang Gojou lakukan hanya diam berdiri dan mengawasi pria manis itu di ranjangnya. Napasnya tertahan saking terpanannya. Dia berharap matanya masih ditutup penutup mata karena dia yakin sekarang Megumi bisa melihat kerinduan dan nafsu yang menggebu-nggebu di matanya. Megumi-nya masih langsing, tapi ototnya lebih kencang sekarang, terutama di paha dan lengannya. Muridnya itu terlihat kuat dan rapuh di saat bersamaan. Dia menyukainya.

"Sensei?" Megumi menyela pemikirannya dengan pertanyaan singkat walaupun dia tampak sedang menatap langit-langit.

Hm. Sepertinya Megumi-nya tidak suka diperhatikan.

Sangat buruk. Muridnya itu harus terbiasa.

Tanpa bersuara, dia duduk di tepi tempat tidur dekat paha Megumi. Dia meletakkan tangannya di bawah lutut pria itu dan melebarkan kaki mulusnya, membiarkan dia mempunyai pemandangan lebih jelas tentang apa yang ada di antara kedua kaki itu. Rasa kemenangan luar biasa memenuhi hatinya saat melihat itu. Dia memutar tubuhnya sedikit dan mendekatkan satu kakinya ke tempat tidur, menyembunyikan bukti menyakitkan dari gairahnya sendiri berupa tonjolan di celananya. Ini yang terbaik untuk saat ini. Tidak perlu menakut-nakuti Megumi sebelum mereka mulai.

Megumi sangat gugup. Gojou bisa tahu itu dari seberapa tegang jari-jari pria itu mencengkram seprainya dan bagaimana dia terus menatap langit-langit dengan penuh tekad. Setiap kali Gojou menyentuhnya bahkan sedikit saja, napas pria itu langsung terus terengah-engah.

Itu bukan yang Gojou inginkan; dia ingin Megumi santai dan patuh kepadanya secara sukarela. Dia menggigit bibirnya, memikirkan bagaimana harus melanjutkan momen ini.

"Tunjukkan padaku,Megumi" dia akhirnya berbicara, "apa yang kamu ingin lakukan." Dia melihat di antara kedua kaki pra itu. "Katamu kau sudah lama berimajinasi melakukannya denganku, kan?"

Kerutan di dahi Megumi semakin dalam dan pria itu mengangguk. Gojou bergerak mundur beberapa inci di kasur untuk memberi pria itu lebih banyak ruang privasi, meskipun jaraknya masih cukup dekat sehingga dia bisa melihat semuanya.

Secara perlahan tangan Megumi menuju tempat di antara pahanya sendiri, dan dengan ragu-ragu ia melebarkan lubang disana dalam gerakan yang terlatih, dimulai dengan bergerak melingkari tepi-tepinya.

"Aku berharap sensei tidak akan memperhatikanku begitu intensif," gumamnya, wajahnya sekarang memerah. "Ini memalukan."

Gojou tertawa, tidak terlalu peduli muridnya itu merasa malu. "Megumi-chan. Aku perlu tahu apa yang kamu suka."

Dia membiarkan Megumi melanjutkan sampai pria itu terengah-engah dan desahan mulai keluar dari mulutnya. Dia meraih dan memegang pergelangan tangan muridnya itu dengan kuat.

Megumi menggerakkan jari-jarinya dengan suara bingung dan frustrasi karena dihentikan. Napasnya masih terengah-engah. Kebingungannya meningkat ketika gurunya itu melepaskan pergelangan tangannya dan memberi isyarat padanya untuk memulai lagi, tapi dia menurut. Pinggulnya sekarang mulai bergerak ke atas bawah saat dia dengan jelas mulai mendekati klimaksnya. Penisnya tegak dan suara-suara kecil tertahan keluar dari tenggorokannya. Rambutnya mulai kusut dengan sendirinya saat tubuhnya menggeliat di atas ranjang. Seluruh tubuhnya terasa sangat panas sekarang.

Ketika Gojou menghentikannya lagi, suara kesal yang sangat jelas keluar dari mulut Megumi. Gurunya itu mengabaikannya lagi. Kali ini pria itu mengganti tangan Megumi dengan tangannya sendiri sebelum mengulangi gerakan yang sama.

Melihat reaksi Megumi, Gojou merasa dia melakukan ini dengan baik. Kerutan di wajah Megumi segera mereda dan dia menahan tubuhnya agar tidak gemetaran terlalu banyak. Napasnya terengah-engah dan dadanya naik turun, berusaha mengambil udara lebih banyak.

Dibutuhkan banyak pengendalian diri bagi Gojou untuk menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang. "Mulai sekarang, kau tidak akan melakukan ini sendiri, Megumi" katanya sambil memperhatikan bagaimana tumit Megumi mulai bolak-balik bergerak di tempat tidur, berusaha mendapat gesekan di antara kedua kakinya. Jari-jari kaki pria itu melengkung setiap momen itu terjadi.

Gojou memasuk-keluarkan jarinya lebih cepat untuk menghantam prostat Megumi. Dia membungkuk untuk memberikan ciuman di paha bagian dalam pria itu. "Kau bisa melakukannya hanya dengan izinku, dan hanya denganku." Dia bisa mencium gairah Megumi yang memabukkan dan kental di udara saat dia selesai berbicara.

Sudah dua kali dihentikan dari klimaksnya, penis Megumi terus berkedut dan semakin memerah. Dia terengah-engah dan mengeluarkan suara lembut "ah, ah, ah", ke udara. Hanya ketika Gojou menghentikan gerakannya, dia menggerakkan pinggulnya dengan sedikit panik "Sensei!".

Gojou menghadiahi usahanya dengan menggerakkan jarinya lagi, tetapi lebih lambat dan lebih keras dari sebelumnya, membuat Megumi kesal.

"Ulangi perkataanku tadi, Megumi."

Megumi terus menggeliat, mencoba menggerakkan tubuhnya sehingga jari-jari Gojou lebih tepat menghantam prostatnya. Tubunya gemetaran dan dadanya naik turun setiap dia melakukannya, membuat putingnya semakin menonjol dan terlihat.

Gojou tidak bisa berhenti menatap itu. Lain kali, dia akan menggigit puting itu sampai bagian itu memar dan Megumi memohon-mohon karenanya - penis Gojou berdenyut-denyut memikirkan tindakan itu di sex berikutnya.

"Aku tidak akan—" Megumi berbisik di sela-sela napasnya, "sentuh diriku, ah, tanpa izin—"

Setelah mendengar kata-kata itu, Gojou berhenti lagi, membuat Megumi mengeluarkan ratapan kecil putus asa. Tangan megumi secara cepat menuju ke bawah, tepat di antara kedua kakinya. Gojou meraih pergelangan tangannya sebelum dia bisa memasukkan jarinya dan menarik tangannya secara kilat ke atas kepalanya, menahannya disana.

"Apa yang aku baru katakan tadi, Megumi?"

Gojou mendesis ke arahnya dengan marah. Dia merasakan muridnya itu mencoba menarik lengannya bebas, tapi sayangnya dia tetap menahannya dengan kuat.

Suatu hari—benar-benar suatu hari nanti— Gojou memiliki rencana untuk mengikat Megumi, tetapi sebelum itu, dia ingin memperkenalkan pria itu pada hal-hal seperti itu dulu secara perlahan.

Setelah beberapa saat berjuang, gerakan Megumi melemah dan pria itu menatapnya dengan mata yang mulai terlihat berkaca-kaca. "Tolong sensei. Aku butuh— aku butuh—"

"Aku tahu," Gojou menyeringai sesaat sebelum membungkuk untuk memberikan ciuman di ujung hidung muridnya itu.

"Mari kita mulai, Megumi."


TBC or not ?

Silahkan Vote jika ingin dilanjut


Maaf jika chapter ini seperti dipotong. Saya engga kuat nulis smut banyak-banyak

Oh iya, izin promosi ff gojohime. Kali2 ada yang suka

 Kali2 ada yang suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Kontrak (18++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang