Gio berdecak saat melihat ada sebuah surat yang berada dilokernya. Ini sudah dua bulan Gio selalu mendapatkan surat seperti ini dan yang pastinya selalu pria itu buang tanpa dibaca terlebih dahulu.
Gio tidak tahu siapa yang menyimpan surat dilokernya, tapi yang Gio tahu adalah yang menyimpan surat dilokernya adalah seseorang yang sangat kekanakan dan kuno.
Tapi entah kenapa rasa penasarannya menyeruak begitu saja, daripada mati penasaran, dengan berat hati Gio membuka dan mulai membaca surat itu.
Hi, Gi.
Ini udah yang ke 60 surat yang aku tulis buat kamu. 60 surat yang artinya 2 bulan aku udah selalu kasih surat ini buat kamu.
Surat ini mungkin dibuang lagi kayak surat yang 59 lainnya?
Tapi aku gak peduli, yang terpenting aku tetep nulis ini dan bisa curhatin semua isi hati aku.
Sama seperti isi surat-surat sebelumnya, aku cuman mau bilang aku suka, ah, cinta sama kamu.
Maaf kalo lancang udah cinta sama kamu haha.
Tenang, aku udah sadar diri kok kalo aku gak pantes buat kamu, tapi, izinin aku buat tetep cinta sama kamu ya?
Oh iya, kalo surat kali ini kamu baca, aku banyak berterimakasih karena udah baca.
Aku seneng kalo kamu beneran baca surat ini. Aku udah ada firasat sih surat kali ini bakalan dibaca.
Bukannya terlalu percaya diri, tapi ... kamu pasti penasaran 'kan sama surat yang selalu aku simpen diloker kamu?
Eum, ini bukan surat terakhir yang aku tulis dan kasih kekamu, maaf kalo kamu risih.
Masih ada 10 surat lainnya.
See u disurat selanjutnya tuan pemilik hatiku.
— D, 25 Jul 2020
Entah kenapa, tanpa dikomando kedua ujung bibir Gio tertarik membentuk sebuah senyuman yang jarang sekali orang lain lihat.
Tiba-tiba rasa menyesalnya menyeruak didalam diri Gio, kenapa kemarin ia membuang surat-surat yang ia yakini berisi kata-kata yang menggemaskan seperti kali ini.
Tapi, tak apalah. Masih ada sepuluh surat yang akan gadis itu simpan dilokernya, dan ia akan selalu menunggunya.
Tanpa Gio sadari, ada seorang gadis yang melihat itu dengan senyum yang mengembang manis.
Dia, gadis yang menyimpan surat-surat diloker Gio.
***
Bel berbunyi dengan nyaringnya membuat Gio senang bukan main. Senang bukan karena akan terbebas beberapa saat dari pelajaran, namun senang karena ia akan mendapatkan kembali surat yang ke 61.
Dengan semangat ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas menuju lokernya. Sedangkan kedua sahabatnya yang melihat itu mengerutkan dahinya bingung.
"Si Gio kenapa tuh? Keliatannya kayak seneng gitu sampe ninggalin kita," ucap Ardi.
Manu mengidikkan bahunya tak tahu. "Mending kita ikutin aja kuy."
Sedangkan disisi lain, Gio tersenyum kala melihat sepucuk surat didalam lokernya. Tanpa pikir panjang, pria itu langsung membuka dan membaca suratnya.
Hi, Gio si tuan pemilik hatiku.
Ini surat ke 61 yang aku tulis. Aku gak akan pernah bosen nulis surat ini buat kamu.
Ah iya, sebelumnya aku pengen ngucapin kalo aku cinta kamu.
Kegiataan membacanya tertunda kala indra pendengarannya mendengar suara gelak tawa. Dengan perasaan kesal ia menoleh kearah sumber suara dan mendapati kedua sahabatnya yang tengah tertawa lepas.
"Anjir Gio punya pengagum rahasia dong," ucap Ardi disela-sela tertawanya.
"Pake surat-suratan lagi, kuno banget HAHAHA," sambung Manu.
Gio berdecak, tanpa memperdulikan ejekan kedua sahabatnya, ia kembali memfokuskan dirinya membaca isi surat tadi.
Gio, sebenernya aku pengen ngucapin itu secara langsung, tapi aku gak punya keberanian sebesar itu.
Awal ngirim surat kayak gini aja aku harus mikir tiga hari tiga malem hehe.
Tahu gak sih? Aku selalu berdo'a sama Tuhan dan minta supaya kamu itu jadi jodoh aku. Jadi pemilik hati aku sampai akhir nanti.
Tapi aku selalu tertampar sama kenyataan. Aku gak pantes sama kamu. Kasta kita beda, Gi.
Kalo kata orang mah, aku darah rendah sedangkan kamu darah biru HAHA.
Eum, udah dulu ya? Tangan aku pegel, soalnya aku baru aja nyelesain tugas terus langsung nulis ini.
Masih ada sembilan surat yang bakalan ngisi loker kamu.
Maaf kalo kamu risih dan see u disurat berikutnya tuan pemilik hatiku.
— D, 26 Jul 2020.
Gio tersenyum lebar. Ah, dirinya semakin penasaran siapa penulis surat menggemaskan ini. Apa penulisnya juga semenggemaskan tulisannya?
Gio menoleh keaarah dua sahabatnya yang memang sedang menatapnya aneh. Ia menyeringai, lalu menghampiri keduanya.
"Cari tahu siapa yang nyimpen surat ini diloker gue."
TBC
Awalnya aku mau nyelesain short story ini disatu chap. Tapi kayaknya kepanjangan kalo di satu chap-in and bisa bikin kalian bosen.
Jangan lupa vote+comen ya! 💗
See u darling ≥3≤