"Na, lihat tuh. Laki lo selingkuh lagi," ucap Vian, salah satu teman sekelas Gina menunjuk Jaehyun, pacarnya yang tengah bermesraan dengan seorang gadis lain.
Gina tersenyum manis, tapi Vian yang melihat itu meringis. Karena pria itu tahu, jika senyum itu, senyum miris. Senyum penuh luka dan duka.
Vian mengelus bahu Gina. "Sabar, Gin. Gue, bahkan satu sekolah pun tahu, kalo lo itu gadis kuat," ucap Vian tulus.
"Lagian kenapa lo gak putusin aja tuh si brengsek? Masih banyak yang sayang tulus sama lo, Na," lanjut Vian.
Gina kembali tersenyum. "Termasuk lo, kan?""Eh?"
***
Gina menatap sekitarnya dengan berbinar apalagi saat menatap langit siang ini yang begitu cerah matanya semakin berbinar bahagia. Selain menyukai coklat, gina juga suka menatap langit, entah itu langit pagi, siang, sore maupun malam. Ia tetap suka.
Tapi senyumnya seketika luntur saat seorang pria menghadang jalannya membuat Gina terpaksa memberhentikan langkahnya. Ia menatap pria didepannya dengan malas.
"Awas, jangan halangin jalan gue," sinis Gina.
Bukannya menjawab, pria didepannya malah memeluknya membuat Gina memberontak. Ia menggeram marah saat pelukan pria itu tak bisa ia lepas. Tentu saja, ia wanita, sedangkan yang memeluknya adalah pria. Sekuat apapun wanita, pasti tidak akan sekuat pria. Benar?
"Sialan ni cowok." Gina mengumpat dalam hati.
Gina menghela napas, ia membiarkan pria didepannya memeluknya walaupun dalam hati ia gedeg dan risih dengan posisi ini. Setelah beberapa menit, akhirnya Gina terlepas dari pelukan yang menyesakkan raga dan batin.
Gina menatap pria didepannya datar, kemudian melenggang pergi meninggalkan pria tadi setelah menubruk bahu sang empu lumayan kasar.
"Sayang." Suara lirih itu terdengar ditelinga Gina, namun tak membuat gadis itu menghentikkan langkahnya. Yang ada ia malah mempercepat langkahnya.
Sial. Sial. Sial. Beberapa kali Gina mengumpat karena hatinya merasa sakit saat pria tadi memanggilnya 'sayang'.
"Perasaan sialan," gumam Gina mengumpat lagi.
***
Malam ini terasa begitu lebih dingin dari malam-malam biasanya karena rintik hujan diluar sana mengguyur bumi dengan derasnya.
Semesta seolah paham dan turut sedih dengan keadaan Gina yang jauh dari kata 'baik'. Selepas tadi dari pelukan pria yang begitu haram ia sebut namanya, ia langsung menangis ketika memasuki kamarnya.
Bunda dan Adiknya yang memanggilnya pun ia hiraukan. Ia seolah benar-benar sedih dan mengurung diri dari siapapun. Sebenarnya ia tak tahu kenapa ia seperti ini, biasanya ia akan bersikap biasa saja saat memergoki lelaki yang merangkap sebagai kekasihnya berselingkuh didepan matanya sendiri.
Atau mungkin karena ia lelah? Mungkin.
Siapa yang tak lelah selama dua tahun berpacaran dengan pria brengsek yang selalu terang-terangan berselingkuh didepan matanya sendiri. Mungkin jika semua orang didunia tahu, ia akan mendapatkan penghargaan wanita tersabar sedunia.
"Brengsek," gumam Gina kesekian kalinya dengan suara serak karena sehabis menangis.
Ia sedih, tapi bukan sedih karena lelaki tadi. Ia sedih karena perasaannya yang tetap ada untuk pria brengsek yang sama sekali tak pantas mendapatkan perasaan ini.
Ia selalu bertanya-tanya, kapan perasaannya untuk pria itu punah? Ia sungguh sangat lelah merasakan sakit yang luar biasa ketikan melihat orang yang ia cintai bersama wanita lain.
Sungguh, sangat menyesakkan.
Gina menatap lekat ponsel yang berada digenggamannya. Setelah berperang dengan hati dan egonya, ia dengan tergesa membuka aplikasi pesan dan mengetikkan pesan dengan dada yang terasa sesak.
Jung brengsek Jaehyun
Kita selesai, Jae.
Selamat bersenang-senang
dengen kebebasan yang sesungguhnya.
Send— end —
Balik lagi sama oneshoot aku.
Kalo di inget-inget, aku seringnya bikin yang sad end ya? Huhu, maafin ya.
Sebenernya aku itu #sadendingphobic, tapi gak tahu kenapa suka banget nulis yang namanya sad ending 😭
Jangan lupa vote+comen, jangan jadi siders, gak baik.
Oke, see u changi! 💗