"Bi, maaf ya kayaknya hari ini kita gak jadi ke pasar malam. Soalnya aku harus nemenin Zia check up." ucap Aji.
Biola tersenyum, lebih tepatnya senyum miris. "Gapapa, kamu mau nemenin Zia check up, kan? Ke pasar malamnya lain kali aja. Check up Zia lebih penting."
Aji membalas senyum Biola, pria itu spontan memeluk tubuh mungil Biola. Ia mengelus rambut Biola dengan lembut. "Terimakasih, aku sungguh beruntung bisa memilikimu, Bio. Tetaplah disampingku sampai kapan pun," bisik Aji.
Biola tak menjawab, gadis itu hanya membalas pelukan hangat kekasihnya. Tanpa Aji ketahui, kini Biola tengah menahan tangisnya.
Maaf Ji, tapi aku tak bisa berjanji dengan hal itu.
***
Kini Biola tengah berada dipasar malam seorang diri. Ya, seorang diri, awalnya ia ingin meminta ditemani kepada Leo, abangnya yang berbeda satu tahun. Tapi ia merasa tak enak dan takut membuang sia-sia waktu abangnya.
Lebih tepatnya duduk disalah satu bangku yang berada dipasar malam itu. Ia tengah beristirahat karena sudah bermain permainan yang berada dipasar malam ini selama satu jam penuh.
Biola tersenyum, me time seperti ini sungguh menyenangkan. Tetapi senyumnya seketika meluntur kala netranya tak sengaja melihat dua sejolu remaja yang tengah tertawa. Dadanya terasa sesak saat melihat tangan pria itu merangkul pinggang sigadis dengan posesif.
Ia menghela napas, kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kedua sejoli tadi. Dengan senyum ceria diwajahnya, ia menyapa keduanya. "Hai kalian."
Bisa Biola lihat, wajah pria yang ia sapa terkejut, tapi Biola tak peduli. Ia menatap gadis disamping pria itu yang membalas senyumannya.
"Hai juga La," sapa balik gadis itu.
"Kalian sudah selesai check up- nya? Bagaimana sekarang kondisimu Zia?" Ya, kedua sejoli itu adalah Zia dan Aji.
Senyum Zia semakin lebar. "Ya, tadi dokter bilang tubuhku mulai stabil dan aku bisa sembuh dari penyakitku," ucapnya semangat.
"Wah, selamat Zia. Aku harap kau benar-benar sembuh secepatnya, Zi," ucap Biola.
"Terimakasih, La."
Biola mengangguk. "Aku duluan ya, sudah malam aku takut abangku khawatir," pamit Biola.
Tanpa menunggu jawaban keduanya, Biola melangkah pergi. Namun baru saja ia melangkah, suara berat Aji memberhentikannya.
"Biar ku antar," ucap Aji.
Biola diam, ia tak menjawab apapun. Setelah beberapa detik berdiam diri gadis itu pun melenggang pergi tanpa mengindahkan ajakan ataupun panggilan dari Aji.
***
Sesampainya dirumah Biola langsung memasuki kamar Leo dan menangis dengan histerisnya. Leo yang melihat adiknya tiba-tiba menangis tentu saja khawatir.
"Kamu kenapa, dek?" tanya Leo seraya merengkuh tubuh Biola.
Biola membalas pelukan Leo dengan begitu erat, ia menenggelamkan wajahnya didada sang abang.
"T-tadi A-aj... " Biola tak melanjutkan ucapannya, ia tak sanggup untuk berbicara karena dadanya begitu terasa sesak saat mengingat kejadian tadi.
Walaupun ia tahu jika Zia dan Aji hanyalah sepasang sahabat. Tapi tetap saja ia merasa sakit dan merasa dikhianati saat tadi ia melihat Aji merangkul pinggang Zia dengan begitu posesif nya.
Walaupun sebenarnya ia tak percaya jika mereka hanya sebtas sahabat, mengingat mereka berdua selalu melakukan skinship berlebihan layaknya sepasang kekasih.