"Selamat tinggal, maaf karena sudah membuatmu menjadi terbelenggu dalam kesedihan. Tapi perlu kamu ketahui, disini pun aku merasa sedih dan sakit, bahkan lebih ... "
***
"Lo baik-baik aja 'kan, Ja?" tanya Winter. Gadis itu menatap Senja yang sedari tadi melamun.
Tak seperti biasanya, batin Winter.
Senja menghela napas, kepalanya menggeleng menjawab pertanyaan Winter. Tapi Senja tetap saja melamun, tatapannya terlihat sangat kosong tak seperti biasnya yang selalu menatap sekitar hangat ataupun binar.
Kini netra itu benar-benar meredup, membuat siapapun yang melihat pasti langsung peka jika Senja menyimpan segala pikiran yang berat, bahkan bisa jadi kesedihan yang mendominasi yang menjadi penyebab netra itu meredup.
Senja memejamkan matanya sesaat, saat ia kembali membuka, netra yang tadinya kosong kini menatap sendu dan berkaca-kaca sekitarnya. Dan hal itu membuat Winter menjadi semakin bingung.
Winter bangkit dan mendudukkan dirinya disamping Senja. Ia merangkul sahabatnya hangat mencoba untuk berbagi ketenangan untuk sang sahabat.
"Win, kenapa gue gak bisa bahagia dijangka waktu yang lama? Setiap gue ngerasa bahagia sedikit, pasti aja ada kesedihan yang begitu mendalam dikeesokan harinya yang bertahan lama," lirih Senja.
Tiba-tiba ia menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan yang ia taruh diatas meja. Bisa Winter lihat, bahu gadis itu bergetar yang artinya Senja tengah menangis.
Winter tak tahu apa yang terjadi kepada Senja, tapi hatinya merasa tercubit saat mendengar ucapan lirih Senja. Gadis itu memang selalu begini, menyimpan sesuatu seorang diri, saat benar-benar tak bisa menahannya, Senja berbagi dengan dirinya namun dengan cara pengungkapan yang membuat dirinya tak paham.
Winter menghela napas, ia membiarkan Senja tetep menangis. Hingga tak terasa, bel masuk sudah berbunyi, dan satu persatu murid-murid memasuki kelas dan memperhatikan bahu Senja yang bergetar.
Mereka semua yang berada disana menatap Senja sendu, walaupun mereka tak tahu apa yang terjadi, seperti Winter. Tapi mereka seperti mengerti apa yang dirasakan oleh Senja. Apalagi Senja adalah gadis yang terkenal sebagai gadis yang ceria, seluruh murid disekolah bahkan menyukai gadis itu karena sikapnya yang ramah dan ceria.
"Senja kenapa, Win?" tanya Ryujin, salah satu teman sekelas Senja dan Winter.
Winter menggeleng, ia menatap Ryujin sendu. "Gue juga gak tahu, dia tadi bilang yang, eum bikin hati gue sakit," ucap Winter.
Ryujin mendudukkan dirinya dimeja yang berada didepan Senja dan Winter. Ia mengelus bahu Senja dengan lembut.
"Gue gak tahu apa yang lo rasain, tapi lo harus inget. Disini masih ada gue, Winter dan temen-temen yang lain bakalan tetep dukung lo," ucap Ryujin yang masih dihiraukan oleh Senja.
Senja masih saja menangis, mendengar ucapan Ryujin, bukannya merasa sedikit tenang ataupun senang. Ia malah semakin merasa sakit, karena ia tahu yang dikatakan Ryujin itu semuanya adalah ...
Kebohongan.
***
Senja menghela napas menatap pintu didepannya. Kini ia tengah berada dirumahnya, eum atau mungkin ia sebut sebagai nerakanya? Oke, mungkin itu cocok untuk sebutan rumah didepannya ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/279219148-288-k880728.jpg)