Affair

2.7K 59 3
                                    

"Hai sayang."

Aku tersenyum saat Kaisar datang menghampiriku dan langsung mengecup pucuk kepalaku. Uh, manisnya kekasihku ini.

"Hai juga, Kai. Udah latihan band nya?" tanyaku yang diangguki oleh Kaisar.

Aku memang menunggu Kaisar yang tadi sedang latihan band karena sebentar lagi dia dan team nya akan mengikuti lomba antar sekolah.

Aku bangkit dari tempat dudukku, kemudian menggenggam tangan hangat milik Kaisar. Kita berjalan menuju parkiran sekolah dengan tangan yang terus bertaut hingga membuat murid-murid yang belum pulang menatap kami iri.

Kaisar memberikan helm yang selalu ku pakai saat kita sudah berada didekat motor kesayangannya. Saat sudah memakainya dengan benar, aku mendudukkan diriku dijok belakang dan langsung memeluk perut Kaisar dengan erat.

"Sudah siap sayang?" tanya Kaisar seraya menatapku lewat kaca spionnya.

"Sudah dong," jawabku riang.

Kaisar terkekeh. "Let's go."

***

Kini aku tengah duduk diatas ranjangku. Aku tersenyum menatap potret diriku dan Kaisar saat kami merayakan anniversary yang ke dua tahun. Jika kalian bertanya apa aku bahagia memiliki kekasih seperti Kaisar, jawabannya adalah 'ya'.

Aku bahkan sangat bahagia sampai-sampai tidak bisa mendeskripsi 'kan rasa bahagiaku. Selain bahagia, aku pun beruntung bisa memiliki kekasih seperti Kaisar. Sudah tampan, pinter main alat musik, manis, eum ... ah, intinya Kaisar itu sempurna dimataku.

Tapi terkadang aku selalu overthinking karena banyak orang diluar sana yang mengatakan jika aku tak pantas bersanding dengan Kaisar. Tapi, walaupun begitu ada kalimat yang lebih membuatku overthinking.

Contohnya.

"Lo seharusnya sadar, Kaisar pasti cuman jadiin lo mainan. Kaisar ga mungkin mau pacaran sama lo. Bisa jadi aja lo yang kedua."

Aish, kalimat menyebalkan itu selalu saja memenuhi pikiranku setiap malam. Aku selalu menegaskan kepada diriku sendiri bahwa Kaisar pasti bukan menjadikanku hanya sebuah 'mainan' atau pun lainnya.

Tapi ... bisa saja 'kan itu kenyataan?

***

Sekarang aku sedang berada disalah satu mini market yang berada didepan komplek perumahanku. Aku sendiri ke sini dengan berjalan kaki, awalnya Ayah ingin mengantarkan ku, takut jika anak gadis sematawayang nya ini kenapa-napa katanya. Tapi aku menolak dengan halus karena ingin menikamati dinginnya angin malam sendirian.

Saat sudah selesai memilih dan membayar camilan yang memang tujuan utamaku, aku pulang dengan berjalan kaki seperti tadi saat pergi ke super market.

Aku mendongkak, tersenyum menatap langit malam yang entah lebih sangat indah dari hari-hari biasanya. Bulan yang bersinar terang dan bintang yang banyak yang bertaburan  menghiasi langit malam.

Tapi atensiku beralih kepada dua sejoli yang aku yakini sedang bercumbu. Entahlah, karena ini malam dan jadinya jalan menjadi remang-remang. Aku bergidik jijik, apa mereka tak punya malu berumbu dijalan seperti ini?

Aku berjalan dengan santai seolah tak melihat dua sejoli itu. Namun, saat aku akan melewati mereka mataku sontak membulat karena pria dari dua sejoli itu adalah pria yang sangat aku kenali.

Kaisar, kekasihku.

Ya, aku yakin itu, walaupun ditempat yang pencahayaannya remang-remang, aku yakin jika pria yang aku lihat itu Kaisar.

Tiba-tiba dadaku merasa seperti dihimpit oleh dua batu besar, sakit dan sesak.

Aku menghela napas, sebelum menghampiri dua sejoli itu aku harus tenang. Aku harus bisa memperlihatkan jika aku itu gadis kuat.

Setelah memperkuat pertahanan diri, dengan pelan aku melangkah menghampiri dua sejoli yang sedang melakukan hal menjijikan.

Saat sudah dihadapan mereka aku berdem keras hingga membuat mereka memberhentikan kegiatannya dan menoleh kearahku.

Aku tersenyum. "Hai, kalian ga punya uang buat pesan hotel, ya?" tanyaku dengan lugas.

Bisa aku lihat jika wajah Kaisar telihat sangat terkejut. Sedangkan gadis yang tadi bercumbu dengan Kaisar tersenyum kikuk kepadaku.

"M-maaf ya, tadi kita mau ke super market tapi dia malah ... eum, you know lah," ucap gadis itu.

Aku tertawa sinis dengan pelan. Saat aku ingin kembali berujar Kaisar dengan cepat menyela.

"Ini gak kayak yang kamu lihat sayang," ucapnya cepat.

Gadis disamping Kaisar menyerngit heran. "Sayang?" monolognya.

"Lo ngomong sama gue?" tanyaku.

Percayalah, ini pertama kalinya aku menggunakan kata lo-gue. Uh, sangat tidak enak.

Wajah Kaisar terlihat semakin terkejut. Ia berusaha menggapai lengannya yang tentu saja aku tepis dengan cepat.

"Lo jangan macem-macem." Aku menatap Kaisar tajam. "Gue ga kenal lo. Lagian lo 'kan punya pacar, seharusnya jangan sentuh gue!"

Kaisar dan gadis itu terkejut dengan seruanku, tapi aku tak peduli. Kini aku sangat kesal karena dadaku rasanya sangat sakit dan sesak.

Gadis itu tersenyum maklum. "Maaf ya, tunangan gue pegang-pegang lo gitu aja. Dia emang rasa gak waras," ucapnya disertai kekehan.

Jika tadi mereka yang terkejut, kini aku terkejut. T-tunangan? Sial, berarti orang-orang diluar sana benar, aku yang kedua. Garis bahawi, KEDUA. Aku tak menyangka jika kekasihku yang manis dan lembut bisa mempermainkan ku seperti ini.

Aku tidak menyalahkan gadis itu, disini gadis itu korban, sama sepertiku.

Aku kembali menatap keduanya datar. "Gue pergi dulu, kalo kalian mau ngelakuin hal menjijikan jangan ditempat umum kayak gini. Sikap kalian mencerminkan sampah masyarakat tau ga."

"Bisa aja gue laporin kalian karena kegiatan kalian tadi meresahkan masyrakat," lanjutku.

"Maafin kita ya, jangan dilaporin. Bentar lagi kita nikah, masa gue sama tunagan gue ini dipenjara? Kan ga lucu," ucap gadis itu yang lagi-lagi membuatku terkejut.

Jadi selama ini dengan tidak langsung aku menjadi orang ketiga dihubungan kedua sejoli ini? Wah, sungguh permainan yang bagus.

Aku berdehen, aku lebih mendekat kearah keduanya. Aku menyunggingkan senyum miringku, menatap wajah Kaisar yang terlihat sangat gugup.

"Kita putus, kamu bener-bener bajingan, Kai," kataku tanpa suara kearah Kaisar.

Setelah itu aku berbalik badan dan berlalu begitu saja meninggalkan keduanya. Aku mengusap kasar air mata yang dengan tidak sopannya keluar. Bisa aku pastikan nanti dirumah aku akan menangis.

Aku tertawa sinis, jadi ini akhir kisahku dan sibajingan itu? Sungguh miris.

— End —

Jangan lupa vote+comen ya pren >•<

Lapak request buat short story atau one shoot selanjutnya.

See u pren! 💗

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang