Ketika suara perut teman bobroknya menggema di kelas Tuan Lan pagi itu, Jiang Cheng melotot dan malu setengah mati. Padahal bukan dirinya yang mengusik kesunyian kelas Tuan Lan dengan suara perut, tapi, sebagai sahabat sekaligus saudara sepupu yang baik, wajahnya memerah mewakili rasa malu Wei Wuxian yang tidak punya malu itu.
"Ah hahaha... Maaf, maaf. Aku tidak sempat sarapan pagi ini," ucapnya sambil tertawa garing. Dosennya hanya menatapnya datar.
Kelas kembali berlanjut dengan tenang. Para mahasiswa itu kembali belajar dengan tenang. Kecuali saudara sepupu Jiang Cheng. Dari ekor matanya bisa dia lihat Wei Wuxian tengah bergerak gelisah. Sesekali mengaduh, menahan perutnya yang keroncongan.
Jiang Cheng mengambil tasnya, mencari barang kali ada biskuit atau sesuatu yang bisa dibuat ganjal perut pemuda di sampingnya. Bagai punya indra keenam, Wei Ying mendekat padanya dan bertanya, "punya makanan?"
Jiang Cheng hanya mengisyaratkan untuk diam. Kalau mereka ketahuan makan di kelas, bisa diusir mereka. Beberapa saat berlalu, Jiang Cheng sudah mengadu-aduk isi tasnya berkali-kali dan tetap tak menemukan barang satu makanan pun. Dia berbalik pada sepupunya itu dan tersenyum meminta maaf. Wei Wuxian cemberut. Menurunkan tubuhnya ke meja sembari mengerucutkan bibir.
Pelajaran berlanjut. Tuan Lan masih mengajar dengan muka datarnya. Dia mengajar sembari berjalan mengelilingi kelas. Beberapa kali sembari menegur mahasiswanya yang terkantuk-kantuk.
"Maafkan aku, Laoshi...," cicit Nie Huaisang yang ketahuan hampir mendengkur. Jiang Cheng hampir tertawa, tapi, segera dia tahan karena jarak Nie Huaisang dan dosennya itu tak lebih dari dua meja. Jiang Cheng menendang kaki Wei Wuxian agar pemuda itu memperbaiki cara duduknya ketika dosen killer itu berjalan ke arah mereka. Tetapi tentu saja, A-Xian jiejienya ini malah mengacuhkannya.
Hei! Bukan salahnya kan tidak membawa kue ke dalam kelas untuk membungkam perut sialannya itu???
Jiang Cheng mendecih, bodo amat.
Ketika dosen killer itu telah sampai di meja mereka, benar saja dia langsung memukul Wei Wuxian dengan buku yang dipegangnya. "Duduk dengan benar," katanya.
Dengan malas, Wei Wuxian bangun dari mejanya sembari tetap memonyongkan bibirnya. "Baik, Lan Laoshi," gumamnya.
"Mn."
Jiang Cheng melotot. Kali ini bola matanya bahkan terasa hampir keluar. Dia menyelidiki wajah dosennya. Ini... Benarkah Tuan Lan? Si dosen killer??? Si dosen yang akan mengeluarkanmu dari kelas kalau kau ketahuan tidur, makan atau melanggar aturan di kelasnya???
Lalu, kenapa Jiang Cheng melihat dosennya itu memberikan coklat diam-diam kepada saudaranya???
Ada apa ini??? Akan kiamat ya???
Jiang Cheng beralih menatap pemuda di sampingnya. "Terima kasih, Laoshi," gumamnya. Teramat pelan hingga seakan itu hanyalah gerakan bibirnya.
Tuan Lan tersenyum kecil. Kemudian, kembali mengajar seakan tidak terjadi apa-apa.
Jiang Cheng melotot. Pemandangan apa ini? Dia tidak sedang berhasulinasasi- berhalusianasi- ARG BER-HA-LU-SI-NA-SI. Astaga, otaknya tiba-tiba saja macet. Diliriknya lagi Wei Wuxian, mungkin saja benar dia hanya berhalusinasi. Tapi, coklat yang tengah dimakannya itu nyata. Berarti yang tadi juga nyata.
*
Ketika kelas bubar, Jiang Cheng hendak menangkap Wei Wuxian. Memintanya penjelasan. SEJAK KAPAN SAUDARA SEPUPUNYA ITU DEKAT DENGAN SI DOSEN KILLER???
"Oi, Wei Wuxian. Aku ingin bertanya!" panggil Jiang Cheng.
"Tidak bisa, lain kali saja. Aku sibuk!" jawab Wei Wuxian. Dengan terburu-buru dia memasukkan barangnya ke dalam tas dan kabur ke luar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You (Wangxian Stories)
RomanceWei Wuxian, seorang mahasiswa Universitas Gusu, terjebak cinta terlarang dengan dosennya yang telah memiliki anak dan istri, Lan Wangji. Namun begitu, manisnya cinta yang telah mereka cecap, tak mampu begitu saja mereka tinggalkan. * * * SongFic den...