Jiang Cheng segera mengganti lagu ketika 'If I Die Young' berputar berganti dengan suara mbak-mbak iklan spotify. Selamat... Kalau dosennya, ehem, yang merangkap suaminya tahu dia mendengarkan lagu gloomy seperti ini. Bisa habis dia.
Ketika iklan selesai, 'That Should be Me' berputar. Jiang Cheng, dengan temperamen sependek sumbu petasan segera mengamuk. Dengan begitu galaknya, si bungsu Jiang itu memarahi handphonenya.
"A-Yin, kenapa?" tanya Lan Xichen. Menyelamatkan iphone 13 yang hampir melayang ke luar jendela apartemen baru mereka.
Jiang Cheng tidak menjawab. Hanya menghentak-hentakkan kakinya tanda dia merajuk.
Lan Xichen dengan dengan penuh kesabaran kembali berkata, "aku daftarkan ke premium. Ok?"
Jiang Cheng masih cemberut, tapi, dia mengangguk kecil. Beberapa saat kemudian, Lan Xichen mengembalikan handphonenya. Sekarang spotifynya sudah premium! Jiang Cheng tersenyum begitu lebar, membuat Lan Xichen gemas.
Lagu berputar. Beatnya yang cepat segera menaikkan mood Jiang Cheng. Lan Xichen tersenyum. Dia mulai terkekeh saat melihat pemuda ungu itu mulai ikut bernyanyi. Merasakan moodnya ikut naik, Lan Xichen menarik tangan Jiang Cheng untuk bangkit dari sofa dan mulai bernyanyi.
*
Saat aku lanjut usia
Saat ragaku terasa tua
Tetaplah kau slalu di siniJiang Cheng menatap keluar jendelanya. Pengadilan memang berhasil menjebloskan wanita jalang itu ke penjara. Akan tetapi, Jiang Cheng ikut terbawa imbasnya. Dia didakwa atas pencemaran nama baik. Bukan, bukan keluarga Lan yang menuntutnya. Lan Qiren terlalu patah hati dengan kematian keponakan dan kasus menantunya. Kini lelaki tua itu hanya bisa terdiam. Tak sanggup mengatakan apapun.
Itu adalah keluarga Luo yang menuntutnya. Jiang Cheng tidak peduli. Saat dia menyelinap ke ruang siar, dia tahu akan begini. Dia sudah siap. Keluarganya tidak kaya, jadi, dia tidak mengapa jika harus di penjara bertahun-tahun. Namun, pengadilan malah menyatakan dia gangguan jiwa dan terbebas dari hukuman penjara. Hanya harus di rehabilitasi.
Jiang Cheng tersinggung. Dia tidak gila! Eh, apa benar? Dia sendiri bingung. Namun, melihat apa yang dia lakukan, sepertinya dia gila... Ah!! Jiang Cheng bingung!
"Kalau mau penjarakan saja aku! Kalau perlu hukum mati! Aku tidak peduli! Toh gegeku juga sudah mati!" katanya pada jaksa saat itu. Semua orang yang ada dalam ruangan itu hening. Kemudian berbisik, 'dia gila.' 'Ah... Kasian karena kakaknya mati dia sampai depresi begitu...' 'Demi kakaknya... Ah... Aku juga kalau saudaraku mati seperti itu, aku juga akan gila...'
Jiang Cheng planga-plongo. Dia memang gila ya?...
Prolonge grief disorder. Itu kata dokter. Ada tanda-tanda PTSD juga bipolar. Jiang Cheng menatap tidak percaya dokter di depannya.
"Aku tidak gila!" katanya membela diri. Dokter, kakak dan orang tuanya hanya menghela napas lelah. "Aku tidak setress!" katanya lagi.
Ibu Jiang Cheng, Yu Ziyian, menghela napas lagi entah ke berapa kali. "Baiklah. Ayo, pulang!" Dokter itu segera bangkit dan hampir berkata, Yu Ziyian hanya mengacungkan tangannya. "Dia bilang dia tidak gila. Jadi ayo pulang." Titik tidak ada bantahan.
Jiang Cheng segera bangkit dengan wajah pongah.
"Tapi, jika kau mulai menangis meraung-raung seperti kemarin. Jangan sampai aku yang menendangmu ke rumah sakit jiwa."
Malamnya Jiang Cheng diseret sang Ibu ke rumah sakit karena histeris.
Jadi disinilah Jiang Cheng. Memakai baju tidurnya di rumah sakit jiwa. Shijienya datang setiap hari dan mengingatkan, "A-Cheng tidak gila. Hanya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You (Wangxian Stories)
RomanceWei Wuxian, seorang mahasiswa Universitas Gusu, terjebak cinta terlarang dengan dosennya yang telah memiliki anak dan istri, Lan Wangji. Namun begitu, manisnya cinta yang telah mereka cecap, tak mampu begitu saja mereka tinggalkan. * * * SongFic den...