Aku Milikmu Malam Ini

1.5K 156 2
                                    

Wei Wuxian mengalihkan tumpuan di kakinya tiap 5 detik sekali. Aaa~ Bosannya.  Gedung kampus sore ini tidak terlalu sepi. Akan tetapi, ruangan kelas di belakangnya seakan tak menunjukan tanda-tanda kehidupan. Kecuali, suara dosen-pacarnya yang tengah mengajar. Kalau bukan demi dia, Wei Wuxian tidak mau pergi meninggalkan tempat tidur tercintanya di musim gugur yang dingin ini.

"... Kau mau kemana setelah ini?"

"Aaah~ have a nice weekend!"

"Baby, tunggu aku!"

Mahasiswa-mahasiswa itu keluar segera setelah Lan Wangji Laoshi menyelesaikan mata kuliahnya. Bagai terlepas dari penjara, mereka segera berhamburan menyambut libur panjang di depan mata.

Setelah agak sepi, Wei Wuxian melangkahkan kakinya ke dalam ruang kelas. Dilihatnya sang pacar tengah membereskan lembar-lembar tugas mahasiswanya.

"Wei Ying...," sambut Lan Wangji kala menyadari kehadiran pacar kecilnya.

Wei Wuxian segera menghambur ke pelukan Lan Wangji. "Mou, aku pegal menunggumu."

Wajah Lan Wangji melembut. Diangkatnya tubuh pemuda bermarga Wei itu kemudian mendudukkannya di mejanya.

Wei Wuxian menatapnya lembut, penuh cinta. Mengelus pipi Lan Wangji dengan kelembutan yang sama. Lan Wangji pun menatapnya sama. Dengan rasa cinta yang tak mungkin dia dapat jelaskan seberapa besarnya.

Wei Wuxian menarik lelaki di depannya, mengalungkan tangannya ke leher Lan Wangji. Memeluk sang kekasih dan menghidu harum bau tubuhnya. Sungguh nyaman, hingga Wei Wuxian ingin waktu berhenti dan membuat mereka seperti ini selamanya.

Lan Wangji merasa aneh dengan perilaku kekasih kecilnya. Dia... Terlalu tenang.

"Wei Ying," panggilnya.

Yang dipanggil hanya menggumam pelan.

"Wei Ying, ada apa?" tanya Lan Wangji kembali.

Wei Wuxian hanya menggeleng. Keheningan kembali.

Mereka terus saling memeluk seperti itu, tak peduli waktu terus bergilir dan matahari semakin tenggelam. Hingga kemudian, Wei Wuxian bersenandung.

"Dan aku milikmu malam ini," nyanyi Wei Wuxian, desah nafasnya di leher Lan Wangji.

"Kan memelukmu sampai pagi...."

Lan Wangji mengeratkan pelukannya. Menghidu bau tubuh Wei Wuxian yang setiap detik selalu ia rindukan.

"Tapi, bila nanti ku pergi, tunggu aku di sini...." Suara Wei Wuxian yang merdu menggema di ruangan itu. Lirik lagu yang dia nyanyikan terdengar sedih, ditambah suara halus Wei Wuxian semakin memperjelas makna lagunya.

"Wei Ying," panggil Lan Wangji. Dia tidak suka ini.

Wei Wuxian berhenti bernyanyi. Kemudian tertawa.

"Kau kenapa, Lan Zhan?" tanyanya sembari melepas pelukannya demi menatap wajah sang kekasih.

Lan Wangji menatapnya datar. Tapi, rasa khawatir terpancar dari mata cerahnya. Wei Wuxian menyentuh dagunya dengan jari telunjuk. Senyum jahil bermain di bibirnya.

"Kau yang kenapa, Wei Ying?" Lan Wangji membalikkan pertanyaan.

Wei Wuxian kembali tertawa. Kekehannya menggema ke sepenjuru ruangan. Lan Wangji memegangnya semakin erat. Khawatir kekasih kecilnya akan jatuh dari atas meja.

Setelah puas, Wei Wuxian kembali memeluk Lan Wangji dan berkata di telinganya.

"Aku sedang menggodamu, sayang," katanya mengirimkan getaran pada tubuh Lan Wangji, "ayo pulang! Ke rumahku dan memeluk dan memilikiku sampai pagi!" lanjutnya kemudian mengecup leher Lan Wangji.

Lan Wangji tertegun. Dia menelan ludah dengan susah. Dilihatnya Wei Wuxian yang tengah menatapnya menggoda sembari memilin dasinya.

"Ayo pulang!" katanya, "pulang ke rumahmu."

Wei Wuxian tersenyum. Begitu lebar seolah dunia berada di tangannya.

*

"Ah!"

Lan Wangji menghentikan gerakannya, menatap kekasih di bawahnya kesakitan. Di lihatnya darah menetes. Panik segera menyergapnya.

"Wei Ying!"

"Ya, hadir," sahut Wei Wuxian asal. Matanya masih meratapi jarinya yang teriris pisau.

Lan Wangji menyingkirkan pisau dan wortel yang tadi Wei Wuxian iris. Kini mereka berada di apartemen kecil Wei Wuxian. Memasak makan malam. Lan Wangji tentu sangat telaten dalam urusan dapur, akan tetapi, pacar kecilnya yang ceroboh tetap ingin membantu. Merengek, dia mengambil wortel untuk dipotong kecil-kecil untuk bahan sup. Lan Wangji memperbolehkan, tidak tahu kalau pisau tumpul bisa menjadi senjata mematikan orang lain dan Wei Wuxian sendiri.

Berjongkok di depan Wei Wuxian, Lan Wangji segera menarik jari yang terluka itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Membuat Wei Wuxian terkejut dan merona. Lagu yang terputar dari handphonenya di ruang tengah terus menyenandungkan lagu lembut, berbanding terbalik dengan jantung Wei Wuxian dan Lan Wangji yang bertalu kencang.

Waktu kan berlalu
Tapi tidak dengan cintaku...

Aliran darah berhenti, Lan Wangji mengeluarkan jari Wei Wuxian. Benang saliva teruntai diantara jari itu dan bibir Lan Wangji.

Wei Wuxian menarik tangannya dan memeluknya di dada. Ia memalingkan wajahnya, merona.

"Mou, Laoshi, kau menggodaku atau apa?" katanya. Membuat Lan Wangji terkekeh.

"Kata orang yang menggoda dosennya di kelas," kata Lan Wangji membuat Wei Wuxian mengerucutkan bibirnya. Lan Wangji mengusak pucuk kepala Wei Wuxian gemas. Kemudian, dia mengambil pekerjaan Wei Wuxian dan melanjutkan agenda memasaknya.

Wei Wuxian menatapnya dari lantai. Tangannya menopang dagu dengan kaki bersila. Mengagumi tubuh tinggi tegap sang kekasih.

"Ayo bercinta!" ajaknya seringan mengajak jajan.

Lan Wangji sekejap tertegun, telinganya memerah. "Makan dulu," katanya.

"Iya, makan malamku, kan, Laoshi," ujar Wei Wuxian sembari mengalihkan tumpuannya. Dilihatnya Lan Wangji yang mulai salah tingkah.

"Makan malam dulu, kau belum makan dari pagi, kan?" Lan Wangji mencoba tetap tenang. Mulai mencuci wortel.

"Ya, ya. Tapi, aku ingin makan kubisku sekarang," rajuk Wei Wuxian, membuat Lan Wangji terkekeh dengan panggilan sayang pacar kecilnya untuknya.

Lan Wangji kembali berjongkok di depan Wei Wuxian. Menangkup pipi cabi Wei Wuxian, membuat bibir yang mengerucut itu semakin maju. Tak tahan, dikecupnya bibir merah itu.

"Kau akan dapat kubismu ini, kalau sudah makan supmu," katanya.

Wei Wuxian, "aku tidak mau wortel. Aku mau terong. Terongmu."

Semburat merah kembali muncul di telinga Lan Wangji. Dengan terbatas menahan gejolak di bawah sana, dia berkata, "n-nanti." Dia pun kembali bangkit dan menyiapkan makan malam. Agak terburu-buru.

Wei Wuxian terkekeh. Dia bangkit dan memeluk Lan Wangji dari belakang. Perbedaan tinggi tubuh mereka yang signifikan membuat Wei Wuxian hanya bisa bersandar di punggung lebar itu tanpa bisa melihat di baliknya. Wei Wuxian memejamkan matanya dan bersenandung mengikuti irama lagu yang terputar di spotifynya.

Aku milikmu malam ini
Kan memelukmu sampai pagi
Tapi nanti bila ku pergi
Tunggu aku di sini
*
TBC

Me And You (Wangxian Stories)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang