Setahun berlalu semenjak meninggalnya Wei Ying. Lan Wangji kembali mengajar di Universitas Gusu. Seperti dulu. Seakan tidak terjadi apapun. Sang Dosen Killer tetaplah killer. Dingin, tidak berperasaan.
Namun, di mata orang yang telah mengenalnya lama, Lan Wangji telah mati setahun yang lalu. Jiwanya ikut mati bersama cintanya yang kini terkubur di dalam tanah.
"Tuan Muda Lan, ini... A-Ying menitipkan ini untukmu."
Lan Wangji membuka kertas yang terlipat itu begitu hati-hati. Kertas itu rapuh. Penuh noda dan remasan. Di bagian atasnya tertulis sebuah judul. Wangxian.
"Lan Zhan, Lan Zhan! Aku akan menuliskan liriknya untukmu!"
Lan Wangji mengusap lembut kertas itu, merapihkannya dan menyimpannya di music desk dan mulai memainkan guqin. Wei Ying suka saat Lan Zhannya memainkan guqin.
"Bagaimana ya mengatakannya? Kau terlihat begitu tidak nyata, seperti dewa! Sangat tampan pokoknya!"
Lan Wangji mulai menarik senarnya memainkan nada sendu. Kemudian tak lama dia mulai bernyanyi. Suaranya menggema di ruangan yang kosong.
Kelopak bunga beterbangan di langit biru, mengingatkanku akan kenangan masa muda kita.
Gusu kembali menyambut musim semi.
Puncak gunung nan jauh tersembunyi di balik awan.
Tanpa henti mendambakan kebenaran.
Kala kau pergi, hatiku membeku tak dapat mencair.
Kelopak bunga loquot terbang dan masuk melalui jendela. Udara berbau manis, salju mulai mencair. Riuh suara bising kehidupan di luar sana tersegel di balik pintu. Meninggalkan Lan Wangji dengan dunianya. Dunia tanpa kekasihnya.
"Lan Zhan, kau mau buah loquot? Cobalah! Ini manis sekali!"
Wei Yingnya sangat suka buah loquot, setiap musim berbuahnya Lan Zhannya akan membelikan sekeranjang penuh untuknya.
Hujan telah reda, pohon loquot bertumbuh.
Ku dengan riang bermain air menggunakan batang bambu.
Siapa yang sebaiknya kujahili?
Kini ku mengingat segala pahit dan manis kenangan sembari tersenyum.
Untuk pertama kalinya, senyum itu kembali muncul. Kenangannya kembali pada Wei Yingnya. Bermain di riak genangan air hujan.
"Wei Ying, hati-hati."
"Ayo, Lan Zhan! Cepat kemari! Hahaha!"
Tawa itu, senyum manis itu...
Inilah cinta pertamaku seutuhnya untukmu.
Bagaimana mungkin diriku menolak hasrat yang membara ini.
Bersamamu, aku menyanyikan lagu suka cita dan penyesalan.
Melewati ribuan badai, kepolosanmu masih tetap sama.
"Ahahahaha! Sepertinya aku memang sudah gila! Aku sudah gila karena mencintai dosenku yang sudah punya anak istri, hahahah!"
"Lan Zhan! Lan Wangji! Saat itu, a-aku benar-benar ingin tidur denganmu!"
"Aku menyukaimu, aku mencintaimu, aku menginginkanmu, aku tidak bisa meninggalkanmu, aku apapun kamu!"
'Aku juga menyukaimu, aku juga mencintaimu, aku juga menginginkanmu, aku juga tidak bisa meninggalkanmu, aku juga apapun untukmu. Kau adalah nyawaku, Wei Ying...'
Mereka menyebutmu pembangkang dan berjiwa bebas.
Namun kau menyembunyikan kekalutan di dalam hatimu.
Mengarungi sungai berkabut nan jauh menggunakan perahu kecil.
Cahaya dari Yunping menandingi matahari.
Segera ku terbangun menyadari kenangan itu memudar.
'Wei Ying, apa sakit saat aku tak ada? Apa sakit saat kau disalah pahami oleh orang-orang itu?'
'Wei Ying, maafkan aku karena tidak cukup kuat untuk mempertahankanmu. Untuk memperjuangkanmu. Wei Ying, bila bertemu maukah kau memaafkanku? Kau tahu aku tidak sanggup kalau kau terus marah padaku...'
Tiga ribu peraturan di dunia yang fana ini tak sebanding dengan setengah kendi senyum kaisar,
Siapakah yang mabuk sekarang?
Senar Wangji berdenting tenang.
Namun perasaannya tetap sulit dipahami.
'Wei Ying, bila bertemu nanti, aku akan selalu membawakanmu arak kesukaanmu, makanan kesukaanmu. Semuanya!'
'Aku akan membawamu kemanapun kau mau. Kita tidak perlu bersembunyi. Tidak akan ada siapapun yang akan menghinamu. Aku akan melindungimu!'
Inilah butuh beberapa saat untuk berjumpa denganmu lagi.
Masa lalu mengapa mesti disimpan di dalam hati?
Bersamamu, anggurpun selalu terasa hangat.
Sehangat sepuluh tahun pengharapan, kini tak lagi kesepian.
Inilah cinta pertamaku seutuhnya untukmu.
Bagaimana mungkin diriku menolak hasrat yang membara ini.
Bersamamu aku menyanyikan lagu suka cita dan penyesalan.
Melewati ribuan badai, kepolosanmu masih tetap sama.
Ruangan langsung senyap saat Lan Wangji berhenti bernyanyi. Dia tidak menangis seperti kemarin, hanya ada senyum tipis penuh kerinduan.
"Lagu yang bagus, Laoshi," puji Jiang Cheng yang tanpa Lan Wangji sadari telah berdiri di ambang pintu. Lan Wangji tak berekspresi. Hanya mengangguk tanda terima kasih.
Jiang Cheng mendengus. Dia berjalan mendekat ke arah dosennya itu dan menyodorkan sebuah amplop. Lan Wangji membukanya dan membaca isinya. Tak lama, dia memasukkan kembali kertas itu dan mengembalikannya pada si pemuda Jiang.
"Kau...tak apa?" tanyanya.
Lan Wangji menggeleng. "Aku tak peduli."
Jiang Cheng tersenyum. Lan Wangji memang tidak akan peduli. Lagipula dia sudah mati.
Jiang Cheng kembali bertanya, "kau tidak keberatan?"
"Aku tidak peduli," tegas Lan Wangji.
Dengan itu dia bangkit berdiri dan melangkah pergi. Namun, sebelum menyentuh pintu, dia berbalik dan berkata, "anggap saja aku telah mati dan dia telah menjanda. Aku tidak peduli."
Jiang Cheng tertawa setelah kepergian Lan Wangji. "Bukannya kau memang sudah mati sesaat setelah dia mati?"
*
*
*
terima kasih buat @chalidaziah karena udah translate-in ost2nya the untamed ama mdzs jadi akunya tinggal nyontek😁
sok mangga menangis kembali, aku mau ngumpulin hati aku yang retak (┬┬﹏┬┬)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And You (Wangxian Stories)
RomanceWei Wuxian, seorang mahasiswa Universitas Gusu, terjebak cinta terlarang dengan dosennya yang telah memiliki anak dan istri, Lan Wangji. Namun begitu, manisnya cinta yang telah mereka cecap, tak mampu begitu saja mereka tinggalkan. * * * SongFic den...