Happy reading 🤍❤️Saat aku menikmati serapan yang mami bawa juga pereda mabuk yang mungkin sudah mami duga aku membutuhkannya, atau Axel yang memberi tahu mami sebelumnya, entahlah. Aku hanya harus segera menghabiskannya.
Mami sedang menata isi kulkas dari apa yang ia bawa sebelumnya. Juga disertai dengan nasihat yang rutin aku dengarkan, tentang bersyukur.
"Kamu sama abang kamu sebenarnya udah pantas menikah, tapi gatau anak mami yang kurang cakep apa gimana," ujarnya saat aku membersihkan mangkok yang tadi aku gunakan. "Mami tuh pengen gendong cucu, tapi anak mami gatau kapan mau nikahnya?" lanjutnya lagi.
"Mami yakin mau punya cucu?" tanyaku yang langsung diangguki mami, "Boleh cucunya duluan ga? nikahnya kapan-kapan mi?" tanyaku dengan bercanda yang langsung dihadiahi pukulan dari mami.
"Ngomong yang bener, tapi kalo dengan cucu duluan mantu nyusul sih mami oke-oke aja." lanjut mami dengan senyum bahagianya.
Benar kata Axel, masih banyak cewek di luar sana, yang jika boleh aku sombong kan, aku hanya perlu memilih wanita seperti apa yang aku mau. Bahkan dengan tampang, status sosial bahkan keluarga, siapapun pasti mau bertekuk lutut untukku.
Meski tidak mudah, aku akan mencoba, bukan mencoba tapi harus, lebih tepatnya. Dua minggu setelah percakapan ku dengan Syera, ia seolah benar-benar menghilang dari jangkauanku. Bahkan ia tak meminta apapun lagi padaku.
Nyatanya, lewat cara apapun perpisahan itu, entah dengan cara baik-baik saja atau tidak, putus cinta tetap saja se-menyakitkan itu. Bukan juga tergantung umur, dewasa atau tidak, segala yang berurusan dengan usainya sebuah kisah tetap saja menjadi hal paling dibenci semua orang.
Ajakan Daniel yang merupakan salah satu orang kepercayaan ku di sini sekaligus sahabatku, harus kutolak mentah kali ini. Ia juga Axel mengajakku ke salah satu kafe yang baru buka, yang katanya sedang viral juga di dunia maya. Daniel memang selalu begitu, mengikuti hal yang sedang tren.
Meski sedikit kecewa karna penolakanku, pada akhirnya mereka harus pergi berdua saja. Aku segera bergegas ke rumah orang tua ku. Ajakan makan malam dadakan dari mami harus aku iyakan. Berhubung ada hal penting yang harus kami bicarakan. Juga karena kepulangan kakak lelakiku satu-satunya.
Ternyata lelaki itu semakin keren saja, dengan tubuh atletis yang aku yakin ia rawat sepenuhnya. Bahkan pola makannya tetap seperti dulu, sehat.
Setelah berbincang sebentar dengannya juga papi di ruang tamu, panggilan mami agar kami bergabung di ruang makan, berhasil menghentikan acara bincang kami. Disana, sudah tersedia berbagai jenis makanan. Benar-benar seolah menyambut kepulangan si sulung.
Papi maupun mami sangat berbinar sejak tadi, ternyata siang tadi bang Niko sampai di Indonesia. Iya, sejak ia lulus dari salah satu universitas ternama di ibu kota, ia melanjutkan studinya di USA. Ia menolak mentah saat papi menawarkannya untuk melanjutkan perusahaan yang ia bangun bersama kakek dulu.
Jadilah aku satu-satunya yang harus melanjutkan perusahaan. Sedangkan bang Niko, ia lebih memilih membangun usaha dari nol, hasilnya sekarang, kami bangga padanya. Sebenarnya aku bisa saja menolak permintaan papi, dan melanjutkan cita-citaku sebagai dokter. Tapi aku sadar, aku bahkan tidak pernah membuat papi juga mami bangga padaku. Mungkin, melanjutkan perusahaan berhasil membuat papi bangga padaku. Mami mengakuinya juga.
"Jadi selain karena kepulangan Niko, malam ini juga papi mau Niko menikah." Ucap papa tegas seperti biasa, yang tidak butuh penolakan.
"Tapi kan papi tahu, Niko ga punya pacar, apalagi nikah?" tanya Niko dengan tawa kecilnya. Kami sama-sama memgangguk menanggapi pernyataan yang bang Niko ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In You (COMPLETED)
RomanceA marriage without love in it can it last long? I'm also not sure I'll like her, she's not my type. We marry only to account for the mistakes we made. But all of it's wrong, I'm fall and stuck in her. Start publish: 25 January 2022 Finish: 27 Marc...