11. Hi baby boy

495 22 0
                                    

Lupa upload, padahal udah ada di draft beberapa bulan lalu. Efek sibuk di dunia perkuliahan yang kenyataannya jauh kayak cerita watpad. kwkwkwk happy reading btw



Tak banyak yang berubah diantara kami, masih melakukan aktifitas yang sama. Masih makan malam bersama, sesekali memanggilnya untuk ke ruanganku hanya sekedar makan siang. Sekali seminggu kami akan menginap di rumah mami, dan hanya disana kami akan tidur di kamar yang sama. 

Tentu saja aku di bawah, dan Azarya di ranjang. Bukan tidak mau tidur bersama, hanya saja ia terlihat tidak nyaman, jadilah aku yang mengalah, toh bukan setiap hari kan. Dan jika kalian bertanya, apa kami sudah berhubungan lagi, maksudku melakukan hal yang lumrah suami istri lakukan, jawabannya tentu saja tidak.

Wah...jujur saja aku merasa hebat setelah menikah dengan Azarya, aku bahkan nyaris tidak menyentuh alkohol sama sekali, menghindari rokok, bahkan wanita. Astaga, aku bahkan lupa kapan terakhir aku tidur dengan wanita lain. Yang pasti itu jauh sebelum aksiden aku dan Azarya terjadi. 

Aku cukup bangga dengan diriku sendiri, eh tapi bukan. Jika bukan karna Azarya, belum tentu aku akan berubah sepesat ini. Bahkan Axel dan Daniel tak jarang mengejek yang tujuannya untuk memujiku bagaimana bisa aku yang brengsek bisa di pertemukan dengan perempuan sebaik Azarya. 

Aku sedang menyeduh kopi untukku sendiri, sedangkan Azarya dan Dinda sedang berbincang di ruang tengah, entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, Azarya disana tersenyum, sesekali aku dapat mendengarkan bagaimana ia tertawa lepas. 

Jadi sebulan lalu Dinda mencari Azarya dengan tampang panik itu, hanya ingin berbincang dengan Azarya. Yang lebih di kenal dengan girls time. Ada-ada saja, saat itu Dinda harus keluar kota, entah urusan apa, yang jelas membuat mereka menunda acara rumpi mereka. 

Sejak jam delapan tadi Dinda sudah nangkring disini, bahkan ini lebih cepat dari jam masuk kantor. Dinda juga tau kami yang hingga hari ini masih pisah kamar, lebih tepatnya ia tau semua bagaimana sejak awal. 

Dinda bahkan hanya bersikap segan di kantor denganku, jika di luar kantor ia akan menganggapku temannya sendiri. Bukannya risih, aku malah senang dengan sikapnya itu. 

Tak ingin mengganggu acara mereka bebas bercerita, aku mengambil tempat di balkon apartemen, lengkap dengan laptop juga kopi yang tadi kuseduh. Aku masih mampu mendengar obrolan yang mereka bicarakan. Sengaja pintu aku biarkan terbuka. Juga mereka tidak ada niat untuk menutupnya karena obrolan mereka yang terlalu privacy atau sensitif. 

Dari bahasan kantor, hingga bahasan mereka throwback, yang berhasil membuat mereka tertawa kencang bahkan saling diam. 

Tepukan pelan di pipiku berhasil membuatku membuka mata, sekitar jam dua belas kurang Azarya menepuk pipiku pelan, bukan maksudya membangunkanku yang entah kapan tertidur. Bahkan laptop yang kupangku tadi juga sudah berpindah ke meja di depanku. 

"Kamu tidur di dalam." Ucapnya pelan, saat aku sudah mendudukkan diri. "Dinda sudah pulang." Sambungnya. 

Sebenarnya aku rada bingung dengan hubungan kami, kami memang tidak sekompak pasutri lainnya, tapi kami senang melakukan hal yang sama secara bersamaan. Layaknya sekarang ini kami makan siang bersama. 

Mungkin kami sama-sama memiliki love language yang sama quality time. Dan aku sama sekali tidak merasa risih dengan hal-hal yang kami lakukan yang sekarang sudah menjadi kebiasaan. 

Biasanya weekend seperti sekarang kami selalu ke rumah mami atau mami yang kerumah kami, itu pilihannya. Dan jelas kami lebih memilih kami yag menginap disana, karena jujur saja terlalu repot jika kami harus menggeser semua barang yang ada di kamar tamu ke kamar utama, dan jika seperti itu pasti akan ketauan sama mami jika selama ini kami tidur secara terpisah, dengan status kami suami istri sah. 

Stuck In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang