Meski aku tahu rasa mual belum benar-benar hilang, aku harus ke kantor. Beberapa rapat harus kuhadiri hari ini. Sebelumnya juga Daniel sudah mencegah agar aku istirahat saja, namun jelas tiga hari ini bahkan ia menjadi sasaran empuk semua pekerjaan.
Bahkan saat keluar ruangan rapat, aku segera ke kamar mandi lagi. Benar-benar semua ini menyiksaku, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi penjelasan dokter, aku tidak sakit apapun. Apalagi saat ia mendengar aku belum menikah.
Namun kali ini, kabar yang Axel bawakan berhasil membuatku sedikit marah.
Perempuan itu mengajukan permintaan resign secara mendadak. Axel memang sedang dekat dengan Rita, perempuan yang menduduki HRD di kantor ini. Sudah pasti, ia memberitahu kabar tersebut, karena akhir-akhir ini bahkan Axel juga cerita dengan perempuan itu, tentang Azarya.
"Dua hari yang lalu, ia ngajuin resign, dan itu semua secara tiba-tiba sih Kas," ujar Axel saat memasuki ruanganku, "kata Rita, kerjanya bagus juga teliti, makanya rada curiga juga kenapa tiba-tiba minta resign, alasannya juga ga jelas." terangnya.
"Masa dia hamil sih?" gumamku yang ternyata didengar Axel. "Tapi kalo beneran hamil kenapa lari?" Axel tak menjawab lagi, ia sama bingungnya denganku. Bukannya perempuan lebih ingin pertanggungjawaban ya? atau setidaknya minta ganti rugi?
Ketukan yang berasal dari luar berhasil membuyarkan fokusku pada lembar laporan, aku segera meminta masuk kepada tamu yang mengetuk pintu kaca tersebut.
Aku sedikit kaget dengan tamu kali ini, ia hanya menunduk sebentar guna menyapaku. "Kata pak Axel, bapak manggil saya?" Ia menjawab kebingunganku, aku segera mengangguk, ulah Axel ternyata. Aku bahkan tidak tahu pertanyaan seperti apa yang harus aku lontarkan.
"Kamu ingat saya kan?" tanyaku memulai obrolan yang kini sudah duduk di depannya. Di sofa yang sengaja untuk para tamu, seperti saat ini.
"Maksud bapak? tujuan bapak manggil saya, terkait dengan hasil kerja saya yang kurang baik?" Tanyanya lagi. Jelas ia bingung dengan pertanyaan yang aku lontarkan. Pertanyaan macam apa itu, jelas saja ia mengingatku, selaku aku adalah boss di tempat ia bekerja.
Selagi aku mencoba menjawab pertanyaannya barusan, mual kembali lagi menggerogoti, aku segera berlari ke toilet yang berada di ruanganku. Setelah sedikit lega, aku kembali menghampirinya, ia masih duduk disana.
"Kamu hamil?" pertanyaanku jelas membuat ia kaget, namun beberapa detik kemudian raut kagetnya berhasil ia kontrol.
"Apa pertanyaan yang bapak tanyakan termasuk urusan pekerjaan? jika bukan, boleh saya kembali sekarang?" tanyanya.
"Alasan kamu resign apa?" tanyaku tak mau kalah.
Meski ia kesal dengan pertanyaan yang aku balas dengan pertanyaan juga, ia hanya menarik nafas kasar, tipe-tipe perempuan keras kepala ternyata juga jutek. "Saya ingin mencari pengalaman yang baru pak."
Aku tertawa menanggapi jawaban leluconnya barusan, di usianya yang sekarang? mencari pengalaman? yang benar saja.
"Saya akan ijinkan kamu sekarang resign, asal kamu beri saya alasan yang tepat dan masuk akal." Ujarku menatap manik matanya yang di tatap tanpa takut juga dengan perempuan itu.
Aku tau dia mulai kesal dengan argumen yang tidak masuk akal ini, tapi aku harus tau informasi yang sebenarnya.
"Maaf pak, pekerjaan saya masih banyak, sebaiknya saya kembali ke ruangan saya, permisi." Tanpa menunggu jawabanku ia sudah meloloskan diri.
Axel segera masuk ke ruanganku, saat ia tahu perempuan itu sudah berlalu. Kami sama-sama bingung, bagaimana membuatnya mengaku jika ia benar-benar hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In You (COMPLETED)
RomanceA marriage without love in it can it last long? I'm also not sure I'll like her, she's not my type. We marry only to account for the mistakes we made. But all of it's wrong, I'm fall and stuck in her. Start publish: 25 January 2022 Finish: 27 Marc...