20. Thank you

1K 37 3
                                    

Seharian ini aku layaknya orang gila yang meminta semua orang untuk meyakinkanku jika semua ini bukan hanya mimpi tapi nyata. Aza bahkan sampai kesal saat aku bertanya ini bukan mimpi secara terus menerus. 

Aku menggendong Raga untuk pertama kalinya, ternyata rasanya lebih menakjubkan dari yang aku bayangkan. Aza memberi nama Raga Hartama sesuai dengan apa yang pernah kami perbincangkan. Aza, meski ia terlihat lebih kurus tapi tak mengurangi poin kecantikannya di mataku. 

Aku menyaksikannya bagaimana ia telaten memandikan Raga, memakaikannya popok, hingga memberinya asi. Lagi-lagi, pemandangan ini berhasil menyayat hatiku. Aku menunduk, malu jika sekarang aku meminta Aza untuk tetap di sampingku. 

"Kamu ga perlu merasa bersalah Kas, toh aku juga salah pergi gitu aja, aku buat kamu jauh sama anak kamu, aku bahkan lebih dengerin ego aku di banding minta penjelasan dari kamu, ternyata itu karna aku sayang sama kamu, cemburu lebih tepatnya Kas." 

"Aku terlalu jahat Za, dari awal." Ucapku. 

"Okey, kalo kamu ngerasa bersalah sama aku sama Raga, aku mau kamu ngelakuin permintaan aku tanpa penolakan." Ujarnya tegas. Ia masih menatapku, tajam, lebih tajam dari sebelumnya. Satu hal yang ia dapat setelah tinggal bersama oma. 

"Apapun aku akan lakukan Za..." Ucapku ragu, baru saja aku bahagia menemukan mereka tapi nyatanya harus pupus di hari yang sama. 

"Stay by our side till the end."

"Hah?" Aku kaget, bukan, maksudnya lebih ke syok, karena di bayanganku ia akan melemparkan tamparan kerasnya pada pipiku, tapi kini apa? Dia ingin aku di sampingnya? Harusnya aku yang memohon padanya untuk itu. 

Tanpa pikir panjang aku segera memeluknya, juga Raga yang masih di gendongannya. Harusnya sejak awal aku menemaninya, membentuk keluarga kecil dengannya. "Maaf ya biarin kamu lahiran tanpa ada aku di samping kamu," ujarku. 

"Hmm...untuk itu aku bersyukur ada Syera juga mami, dari awal aku pergi, Syera yang bantu aku, juga mami yang pengen aku kasih kamu pelajaran, jadi ga cuman aku yang kasian Kas, kamu juga. Mami bahkan kasian sama gimana frustasinya kamu, gimana hancurnya kamu." 

"Oiya, kok kamu bisa berakhir di rumah oma?" Tanyaku penasaran sejak menemukan ia disini dengan mami juga Syera.

"Jadi waktu itu, setelah aku pergi dari rumah mami, aku sempat beberapa hari tidur di kosan Dinda, tapi sampai dua hari kamu ga nyari sama sekali, aku bahkan pulang ke apartment tapi kamu juga ga pulang, aku makin mikir negatif soal kamu. Terus ketemu Syera pas rencananya aku bakal ambil tiket pesawat ke Jogja, disana ada kakaknya Dinda, sebelumnya udah setuju bakal tinggal di sana."

"Eh ketemu Syera, dia nanya sekaligus jelasin kesalahpahaman antara apa yang aku dengar, terus ia saranin satu ide, tapi itu bukan ide dia sendiri, di bantu sama mami, awalnya aku nolak dan pengen pulang aja ketemu kamu. Tapi mami ngelarang keras, katanya aku harus uji kamu. Terus mami saranin ke sini, katanya kamu ga akan ke sini lagi sekalipun kamu di paksa, soalnya kamu pernah  kehilangan hal yang kamu sayang di sini." 

"Awalnya aku ngerasa sedih saat kamu ga ada kabar, tapi apa yang papi kasih tau buat aku merasa bersalah juga senang, kamu segitu kekeuhnya buat nyari aku di segala penjuru yang kamu yakin ada kemungkinan aku ke sana. Dan benar kata mami, kamu ga akan nyari ke sini, mungkin kalo papi ga bawa kamu tengah malam ke sini, sampai hari ini kamu juga ga akan ketemu sama aku sama Raga." 

"Makasih ya Kas, sudah berusaha nyari kami, dari sana aku tau perasaanku selama ini ga sepihak. Karna itu aku berterima kasih sama mami, bantuan mami juga Syera yang buat aku tau sendiri perasaan kamu. Jadi kamu ga perlu merasa bersalah lagi ya." Ujarnya.

Stuck In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang