6. At a same bed

538 25 0
                                    

Setelah kedua perempuan itu selesai berbincang, mami mengajak kami makan siang bersama. Aku tidak bisa menolak, ini seolah perintah dari mami.

Azarya? Tentu saja ia menolak pada awalnya, tapi berkat kegigihan mami, kami berhasil duduk di meja yang sama di salah satu restoran yang letaknya tak jauh dari kantor. Sejak tadi Azarya seolah enggan menatapku, ia hanya menatap mami, setelahnya melempar pandangannya ke luar.

Apa aku seburuk itu, untuk di aggurin sia-sia? Apa ia tidak tahu berapa banyak perempuan di luar sana yang tidak menolak untuk menatap atau hanya sekedar berdekatan denganku?

Mami terus mengajak perempuan itu berbincang, sedangkan aku hanya menyimak, menjawab jika mami ikut melemparkan pertanyaan padaku.

"Jadi kamu karyawan di kantor juga?" Tanya mami, setelah kami sudah selesai dengan acara makan siang. Perempuan itu tidak langsung menjawab pertanyaan mami, melalui ekor mataku aku dapat melihat, ia melirikku sebentar.

"Hmm... saya udah resign tante," Ujarnya pelan "Tiga minggu yang lalu saya udah serahin surat pengunduran diri saya ke HRD." Lanjutnya.

"Emang HRD ada yang ACC permintaan resign kamu? Kamunya aja yang langsung berhenti kerja, ah...bukan berhenti sih, lebih tepatnya bersembunyi. Iya kan?" Tanyaku menatapnya, yang beberapa detik kemudian mami sudah menepuk lenganku sedikit kencang yang berhasil membuatku mengaduh.

"Loh, jadi kamu udah resign apa kamu cuman nyerahin surat pengunduran diri aja? Za, kalo HRD belum ACC sama permintaan kamu, kamu ga boleh keluar gitu aja, itu sama aja kamu cuti tanpa ijin." Jelas mami, sedangkan Azarya hanya diam mendengarkan.

"Atau kamu mau setelah menikah kamu ga usah kerja? Mami sih lebih setujunya begitu." Ucap mama mengelus pundaknya pelan. Tapi ucapan mami barusan berhasil membuat kami berdua sama-sama membelalakkan mata.

Apa kata mami? Nikah? Dari keterkejutan perempuan itu saja aku bisa menyimpulkan jika ia juga tidak sudi menikah denganku.

"Maaf tante, nikah? Maksud tante saya sama pak Lukas menikah?" Tanyanya yang menyuarakan lebih dulu hal yang ingin aku tanyakan juga. Mama jelas mengangguk menatap kami bergantian.

"Saya ga akan menikah sama pak Lukas tante, kami tidak saling mencintai." Ujarnya tegas, mempertegas seolah memang ia tidak pernah tertarik pada atasannya ini.

"Tante tahu, sekarang memang kalian ga saling cinta, cinta itu ada karna terbiasa, melakukan hal yang sama, bahkan hanya karna terbiasa bersama. Dan suatu saat nanti tante yakin kalian akan saling jatuh cinta."

Tanpa aku membantah ucapan mami, mami tau sendiri aku tidak cinta perempuan ini, jangankan cinta, tertarik saja tidak. Ia bukan tipe perempuan idaman yang masuk di list ku. Bahkan jauh, lalu bagaimana bisa kami menikah hanya karna ada bayi yang bertumbuh di rahim perempuan itu?

"Juga anak kamu layak mendapatkan orangtua lengkap, kebutuhan, dan masih banyak lagi Za, kamu mau nanti pas anak kamu lahir, anak kamu di cap jadi aib, tante gamau cucu tante dianggap aib." Jelas mami, yang setelahnya ijin duluan pergi.

Mami sudah di jemput supir, untuk menghadiri pernikahan  anak dari salah satu dari kerabat papi. Yamg yang artinya meninggalkan aku dan Azarya masih di meja yang sama.

Kami sama-sama diam, aku sibuk memperhatikan bagaimana ia diam saja, melalui ekor mataku, sedangkan dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Perutnya masih rata, aku masih penasaran apa benar, di sana, ada mahkluk yang sedang bertumbuh?

"Saya pulang duluan!" Ujarnya tiba-tiba yang berhasil membuyarkan lamunanku.

"Saya antar." Aku sudah berdiri terlebih dahulu. Aku tahu jika menunggu jawabannya, sudah pasti ia akan menolak. Meski dengan raut datar, ia tetap masuk ke mobil. Aku segera melajukan mobil ke arah apartemen yang selama ini ia tempati.

Stuck In You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang