Part 08

83 11 1
                                    

Malam yang indah ditemani sinar rembulan dari luar sana membuat Sea berdecak kagum. Suasana di sana sangat menenangkan, sangat berbeda dengan suasana di kediaman Luciano yang tiap malamnya hanya terdengar suara tembakan dari halaman belakang. Sangat berisik sampai membuat Sea tidak bisa tidur tanpa menutup telinga.

"Huff ... saatnya menjalankan misi malam, Yi Sea," gumamnya pada diri sendiri.

Sea mengganti pakaiannya menjadi pakaian ala mafia dari negeri penghasil anggur terbesar di dunia. Seperti biasa, pakaian hitam selalu menjadi simbol dari tindakan kriminal yang gadis Luciano itu lakukan.

Tapi kali ini, dia tidak sendiri. Jay ikut menjalankan misinya untuk mencari seorang mafia yang sedang bersembunyi menghindari kejaran orang-orang dari keluarga Duke.

Dengan berbekal pistol dan pisau lipat yang mereka sembunyikan di balik baju, Sea dan Jay berjalan menyusuri gang sempit di permukiman penduduk lokal.

Rumah-rumah di sana terlihat sangat sepi, tidak ada orang yang berkeliaran di luar rumah. Mungkin karena hari sudah malam, jadi suasana terasa sunyi tanpa adanya aktifitas dari orang-orang.

Dari sana mereka melihat ada sebuah bangunan konstruksi yang belum selesai digarap, dan tidak jauh dari bangunan tersebut ada sebuah perkebunan luas yang harus mereka telusuri.

Sebuah sumur tua menjadi jalan pengantar untuk keduanya agar bisa bertemu dengan Tn. Denise. Sumur tua tersebut berada di perkebunan yang ditutupi oleh pepohonan dan rumput liar setinggi dada, jadi sangat sulit untuk dilihat ataupun ditemukan orang.

"Kau yakin dia bersembunyi di bawah sana?" tanya Jay agak ragu pada sumur kering di depannya.

Sea mengangguk yakin, dia menyuruh Jay meraba-raba dinding sumur itu untuk menemukan tangga besi yang bisa membawa mereka turun ke dasar sumur.

"Aku menemukannya!" teriak Jay ketika tangannya merasakan benda padat panjang yang ia yakini itu adalah tangga besi yang sedang mereka cari.

Sea menghampiri Jay, dia melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang lain yang mengetahui keberadaan mereka di sana. "Jay kau turunlah dulu, aku akan menyusul setelah memastikan tidak ada anak buah keluarga Duke di sekitar sini," titah Sea.

Jay mengangguk setuju, dia menuruni anak tangga satu persatu hingga di kedalaman sembilan meter, dasar sumur sudah dapat dia rasakan. Dia menyalakan senter dari ponselnya.

"Huh? Tidak ada sinyal. Bagaimana aku memberitahu Sea di dalam sumur ini ada dua lorong," ujarnya bingung.

Di sela-sela kebingungan yang Jay rasakan, tiba-tiba lorong sebelah kiri bercahaya. Cahaya minim dari lampu yang dipasang dengan jarak lumayan jauh antara lampu satu dengan lampu yang lain, membuat Jay terkejut.

Bersamaan dengan lampu yang menyala, Sea turun ke bawah dengan napas tersengal-sengal. Jay yang melihat Sea dalam keadaan berantakanpun cepat-cepat menghampiri adik sepupunya dan bertanya. "Ada apa Sea? Apa ada yang menyerangmu di atas?!" tanyanya memburu.

Mata Sea menajam, tatapan mematikan Sea seakan menjadi jawaban dari pertanyaan yang Jay lontarkan. "Anak buah keluarga Duke. Mereka disini?" tanyanya lagi.

Tanpa menjawab pertanyaan Jay, Sea langsung menarik kasar pergelangan tangan Jay. Sea membawa Jay lari memasuki lorong yang bercahaya minim, dia belum bisa menjelaskan apa yang terjadi di luar sana. Jay yang mengerti hanya bisa pasrah mengikuti langkah cepat Sea.

Keduanya terus berlari, tidak peduli tenaga dalam tubuh mereka yang semakin lama berlari semakin menipis. "Ukhhh ... kita harus masuk ke ruangan di ujung lorong, cepat!" Sarkas Sea. Mereka terus berlari tanpa henti, sampai akhirnya sebuah pintu tebal mulai terlihat di ujung lorong.

BRUK

Pintu yang terbuat dari baja berlapis ditutup begitu keras oleh jemari lentik Sea. Pintu itu terkunci secara otomatis karena menggunakan PIN digital, yang mengharuskan seseorang memasukan beberapa angka agar bisa masuk ke dalam.

"Sea ... apa anak buah keluarga Duke ada di luar?" tanya Jay masih merasa penasaran. Sea yang sedang fokus mengatur pernafasannya melirik sekilas ke arah pria itu.

"Kita sudah terjebak. Di luar ada puluhan anak buah keluarga Duke, kita terkepung dari luar," jawab Sea dingin. Jay bahkan sampai dibuat mematung, keahlian Jay tentang mafia belum sebanding dengan Sea. Apa misi mereka bisa selesai sebelum hari esok?

"Sudahlah Jay, kita pikirkan nanti saja. Sekarang yang harus kita lakukan adalah mencari Tn. Denise. Ayo," ajaknya.

Jay mengangguk, mereka berjalan menyusuri ruang bawah tanah yang bisa dibilang cukup luas. Dalam pencarian yang sedang mereka lakukan, tiba-tiba ada seorang pria yang muncul dari belakang mereka.

"Kalian mencariku, Luciano?" Sea dan Jay tersentak kaget, mereka berbalik badan dan melihat kehadiran seorang pria dengan bekas luka sayatan yang sudah mengering di dahinya.

* * * * *                           

Di ruangan yang terang bak rumah minimalis yang tersembunyi di dalam tanah, tiga manusia bergelarkan mafia sedang menyusun rencana agar bisa keluar dari dalam sana. Tidak. Tidak semua, karena hanya Tn. Denise dan Jay saja yang mengeluarkan suara dan unek-unek mereka. Sementara Sea, gadis itu menatap tiap sudut ruangan yang bisa dibilang tidak layak pakai. Tetapi walau begitu, dia tetap mendengarkan rencana yang keduanya bahas.

Pandangan Sea tidak henti-hentinya meneliti semua barang-barang yang ada di sana, sangat berserakan, sampai akhirnya mata tajam Sea menangkap sesuatu di sudut ruangan dekat pintu. Seketika ujung bibirnya terangkat ke atas.

Otak jahatnya mulai bekerja kala melihat sebuah kardus berisikan botol-botol plastik yang mengandung zat berbahaya.

Tn. Denise menyadari apa yang sedang Sea lihat, dia beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati gadis dari keluarga Luciano itu.

"Di sini banyak serangga yang harus dibunuh menggunakan penyemprot serangga itu. Apa kau juga ingin membunuh seekor serangga, nona?" tanya Tn. Denise membuat Jay bingung tak mengerti apa yang sedang mereka berdua bicarakan.

"Hahaha ... kau benar Tn. Denise. Aku membutuhkan benda itu untuk membunuh serangga-serangga kecil yang menghalangi jalanku. Hm, sepertinya kita bisa menyingkirkan mereka tanpa harus melakukan peperangan terlebih dahulu," Sea berucap begitu santai, namun dapat dipahami oleh Tn. Denise.

Tn. Denise sedari tadi tidak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari Sea. Tatapan yang sangat sulit diartikan terlihat jelas dari sorot mata Tn. Denise, Sea menyadari itu. Tapi, sepertinya Sea memilih berpura-pura tidak tahu. Ketahuilah, hati Sea sedari tadi tidak henti-hentinya memberikan umpatan kepada Tn. Denise.

Dia ingin sekali meluapkan perasaan yang selama ini ia pendam. Tetapi, waktu dan situasi seperti ini tidak memungkinkan dirinya untuk mengungkap semua perasaan yang ia pendam.

Apa benar Sea Luciano dan Yi Sea adalah orang yang sama, sekilas wajah mereka memang mirip, tapi karakter mereka sangat bertolak belakang, batin Tn. Denise.

To be continued....

(Hai semua, akhirnya bisa up juga hari ini. Yang mau beropini yuk ke kolom komentar, pasti aku respon. See u)

Dark World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang