Part 14

55 11 0
                                    

Bau obat-obatan sangat mendominasi tempat yang saat ini tengah ia kunjungi. Dengan langkah beratnya, Sea berjalan melalui koridor rumah sakit. Meneliti tiap angka yang terpasang di setiap pintu ruang rawat yang ia lalui, sampai langkah kakinya perlahan melambat ketika menemukan ruang rawat bernomor 125.

Ruangan tersebut tertutup rapat, hanya menyisakan kaca kecil pada pintu yang transparan. Dari luar, orang-orang bisa melihat keadaan di dalam sana dari kaca pintu itu.

Sea yang ingin memastikan keberadaan sosok di dalam sana memutuskan untuk mengintip dari kaca. Matanya memanas melihat seorang pria tengah terbaring lemah di dalam ruangan tersebut. Dalam hati, dia sangat bersyukur bisa menemukan sosok yang selama ini ia rindukan.

Dewi fortuna sepertinya sedang berbaik hati padanya, sampai mau mempertemukan dirinya dengan teman kecil yang selalu membuat ia merasakan penyesalan yang teramat dalam. Senyuman tipis terpancar dari wajah berseri Sea, perlahan ia membuka pintu ruangan tersebut.

Kedua mata bulatnya bergetar hebat menahan desakan air mata yang memaksa keluar dari mata pingpongnya. Sementara di depan sana, si penghuni ruangan mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang dibuka oleh seseorang.

Kerutan bingung di keningnya semakin bertambah ketika mendapati keberadaan seorang gadis di ambang pintu ruang rawat miliknya. Terasa asing karena tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya.

"Kau siapa? Sedang apa kau berdiri di situ?" tanyanya seakan tak suka dengan keberadaan Sea di sana.

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut sang teman membuat hati Sea tersentil. Sedih rasanya ketika menjadi sosok yang terlupakan. Namun dia kembali pada kenyataan saat ini, dan memilih bungkam tentang dirinya yang sebenarnya.

"Kau Hwang Yeonji, kan? Aku Sea Luciano, donatur baru di rumah sakit ini," jawab Sea diselingi senyuman manis yang sangat jarang ia tunjukan.

Senyumnya? Apa aku pernah melihat senyuman itu sebelumnya, kenapa melihatnya membuat perasaanku jadi menghangat, batin Yeonji menatap Sea dalam diam.

Sea menempatkan diri pada kursi kosong di samping bankar yang Yeonji tempati. Yang perlu dia lakukan untuk sekarang ini adalah mendapatkan hati Yeonji agar tidak menganggap dirinya sebagai sosok asing. Sedikit demi sedikit celotehan, Sea lontarkan hingga akhirnya Yeonji merasakan kenyamanan saat berinteraksi dengannya.

Meski harus menyelipkan beberapa kebohongan tiap kali mulut kecilnya mengeluarkan rangkaian kata. Kebohongan yang Sea katakan pada Yeonji mampu memancing pikirannya mengenai siapa sosok Sea yang dengan tiba-tiba datang berkunjung ke kamar rawatnya.

Ruangan di sana kini dipenuhi oleh canda tawa yang tercipta dari tingkah polah si gadis. Tiap jarum jam berdenting, lelucon terkonyol terlintas di pikiran Sea sampai pada akhirnya mengundang gelak tawa dari si pendengar.

Bukan. Bukan karena lelucon yang ia ciptakan terkesan lucu bagi Yeonji, tetapi wajah Sea yang seperti tertekan melakukan hal itu. Semuanya garing, entah memang karena tidak pernah melakukannya atau masih canggung bertemu dengan Hwang Yeonji.

"Sudahlah noona, kau tidak berbakat dalam membuat lelucon," ledek Yeonji membuat Sea menghela nafas.

Tatapan Sea terlihat sangat tulus, Yeonji sadar akan hal itu. Tapi jika dibilang percaya seratus persen pada sosok yang baru ia kenal, dia menyangkal keras. Bagaimanapun juga, Sea adalah gadis asing yang entah dari mana datangnya. Dan, dengan tiba-tiba gadis itu memberikan kebaikan yang tidak mungkin dilakukan oleh orang asing di luaran sana.

"Yeonji aku akan menyempatkan diri untuk mengunjungimu di sini setiap harinya. Bukan sebagai donatur di rumah sakit ini, tetapi sebagai temanmu. Mulai hari ini, bolehkan?" Pertanyaan Sea membuat Yeonji tersentak.

Dark World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang