꒰ u+me 💕 ꒱

3.2K 199 26
                                    

❨ raib ali ❩

Sekarang waktunya pulang sekolah. Lima menit lalu, bel pulang telah berbunyi. Para murid berbondong-bondong keluar kelas. Termasuk Raib dan Ali.

"Ra, apa aku harus jadi novel dulu supaya kamu mau bersama denganku?" seru Ali sambil mengejar Raib yang mempercepat langkah.

Raib tidak menjawab.

"Atau aku harus mengubah rumahku menjadi perpustakaan atau toko buku supaya kamu mau berlama-lama di dalamnya?"

Para murid yang mendengarnya berseru tertahan. Mengeluh kenapa yamg digombali oleh Ali adalah Raib, bukan mereka.

Raib mendengus kesal. Kalau saja ada Seli, Ali tidak akan bertindak seperti ini. Sayang sekali sahabatnya itu sedang keluar kota, menjenguk neneknya yang sedang sakit.

"Ra!" Ali menahan tangan Raib.

"Apa sih Ali..." Raib berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Beberapa murid yang lewat menoleh, berusaha mendengar percakapan mereka. Lumayan untuk bahan gosip.

"Besok aku boleh ikut kamu ke toko buku, kan?" Ali bertanya.

Raib terlihat sedang berpikir.

"Oh, ayolah, Ra. Apa aku harus--"

"Iya, Ali!" Raib berseru. Sudah tidak tahan dengan segala omong kosong Ali, Raib menyela kalimatnya.

"Eh, iya apa, Ra?" Ali tersenyum usil.

"Iya. Kamu boleh ikut aku ke toko buku besok!"

Ali nyengir lebar, mengepalkan tangannya. Yes!!

"Kalau begitu, kamu juga mau nonton berdua denganku, Ra?" tanya Ali lagi.

"Tidak mau." Raib menggeleng, kembali berjalan menuju gerbang sekolah.

Ali mengikuti, "Lalu maunya kapan?"

"Kalau lagi mau."

"Iya. Kapan?"

Raib tersenyum, mengangkat bahunya, "Kalau kamu sedang beruntung."

Manisnya, Ali berseru dalam hati, ikut tersenyum melihat Raib. "Kalau begitu aku akan menanyaimu setiap saat."

"Terserah." Raib tertawa kecil. Entah apa yang membuatnya bahagia hari ini.

"Apa kamu mau nonton bioskop berdua denganku, Ra?" Ali tidak menyerah. Melihat Raib yang tiba-tiba merasa senang, mungkin ini adalah kesempatan baginya.

"Tentu," jawab Raib bersemangat.

Eh? Ali terbelalak. Semudah itu?

Namun, sedetik kemudian Raib menutup mulutnya sendiri dengan tangan. "Eh, keceplosan..."

***

Sore hari, Ali sudah berada di depan pintu rumah Raib. Mama Raib mempersilakannya masuk. "Ra sedang siap-siap. Dia sudah memilih baju sejak tadi siang."

Ali tertawa kecil. Dia bahkan sibuk memilih baju sejak kemarin malam. Belum lagi rambutnya yang susah diatur.

Tidak lama, Raib turun. Ikut bergabung dengan Ali dan Mama yang sedang berbincang di ruang tamu.

"Ehem, jangan pulang terlalu larut ya, Ra..." Mama mengedipkan satu matanya saat Raib sedang salim.

"Tidak akan kok, Tante. Raib tidak betah berada di dekat saya. Jadi, mungkin akan sebentar."

"Yakin tidak betah?" Mama menatap Raib, "Kalau tidak betah kenapa kemarin--"

"Mamaaaaa!" Raib menghentakkan kakinya, "Itu kan rahasia, Ma..."

Mama tertawa.

Sepuluh menit kemudian, Raib dan Ali sudah berangkat menuju mall dengan sepeda motor. Ali sendiri yang membawanya. Ingin tampak keren di depan Raib.

Sore itu, mall terlihat ramai. Maklum saja, nanti malam minggu.

"Mall-nya penuh dengan anak yang sedang kencan," seorang pegawai toko berbisik, memandang Ali dan Raib yang berjalan bersisian.

Wajah Raib mendadak merah padam.

"Eh, kamu mau beli buku apa, Ra?" tanya Ali basa-basi.

Raib menghembuskan nafasnya pelan sebelum menjawab, "Novel."

Eh? Ali menggaruk rambutnya yang kusut. Itu bukan jawaban yang diharapkan, "Maksudnya, novel apa? Kamu sudah tahu mau beli novel apa?"

Raib menggeleng. Dia memang tidak tahu mau beli novel apa. Kalau ada yang menarik perhatiannya, maka akan dia beli.

"Baiklah." Ali mengayunkan tangannya, kemudian tidak sengaja jemarinya bersentuhan dengan milik Raib. Wajah keduanya memerah.

"Kamu... kamu mau beli buku juga, Ali?" Raib menatap Ali.

Ali balas menatap, tersenyum, "Kalau ada yang menarik akan kubeli. Atau kamu mau kubelikan buku, Ra?"

"Tidak perlu, Ali," Raib menggeleng. "Kamu sudah sering membelikanku buku serial di Klan Bulan."

"Itu kan sogokan supaya kamu nggak marah karena aku membuka portal di Klan Bulan," Ali santai mengangkat bahunya. "Kalau yang sekarang akan berbeda."

"Berbeda gimana?"

"Yang sekarang, belinya pakai rasa sayang," Ali nyengir.

Sementara Raib menggaruk rambutnya, "Bukannya kamu beli pakai uang ya, Ali?"

━━━━━━━━━━━━━━━

huhuu maaf bgt jarang aktif,
tugas kuliah aku udah mulai
banyak :((((

btw kalian kalo ada ide
buat oneshotnya boleh komen
yaaa maaci <3

bumi series | oneshot [2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang