Kantin ramai seperti biasanya. Raib, Seli, dan Ali juga sedang tengah menikmati bakso. Perut mereka keroncongan setelah pelajaran matematika barusan.
"Eh, kalian sudah dengar belum?"
Raib melirik Seli di sebelahnya, "Dengar apa, Seli?"
Ali ikut melirik Seli, ingin tahu.
"Tapi kamu jangan marah, Ali," Seli balas menatap Ali.
"Memangnya ini tentang apa?"
"Ini ada hubungannya dengan April."
Aduh, tiba-tiba Raib berhenti mengunyah baksonya. Kenapa pula mereka harus membahas 'teman lama Ali' di tengah makan yang nyaman ini.
"Ada apa dengan April?"
Seli menarik kurisnya mendekat, "April baru saja masuk ruang BK. Dia dan dua temannya ketahuan mencontek saat Ujian Akhir Semester kemarin."
Raib menutup mulutnya, kaget. Kalau dilihat dari penampilannya, April terlihat seperti murid baik yang tidak akan pernah melanggar aturan. "Itu betulan, Sel?"
"Iya," Seli mengangguk tegas. "Aku mendengarnya sendiri dari salah satu teman sekelas April. Mereka bertiga selalu dapat nilai bagus. Bahkan mereka dapat ranking lima besar di ranking paralel sekolah."
"Lalu apa hubungannya dengan kalian, heh?" Ali melambaikan tangan, tidak peduli.
"Itu tindakan curang, Ali. Kamu tahu sendiri aku dan Seli rela begadang agar dapat nilai memuaskan tanpa mencontek, tapi mereka malah mendapat nilai bagus tanpa berusaha sendiri."
Ali menghembuskan nafasnya kuat, "Tapi tidak ada hubungannya dengan kalian."
"Ada. Kalau mereka tidak mencontek, eh, mungkin saja nilai mereka tidak begitu bagus. Jadi, ranking kita bisa naik. Ranking itu berpengaruh karena akan menentukan siapa yang bisa mendaftar SNMPTN, Ali."
Raib mengangguk setuju. Posisinya saat ini tidak begitu aman. Dia ranking dua puluh, sedangkan Seli ranking delapan dari semua siswa kelas 12.
"Yang penting guru BK sudah menangani ini, masalah selesai." Ali tetap santai mengaduk baksonya.
"Puh, kalau murid lain yang mencontek kamu pasti akan bilang kalau tindakan itu tidak benar, tapi karena ini April, kamu jadi membelanya," Raib berkata pelan.
Eh? Seli mengatupkan mulutnya, menatap Ali yang kini mendongak menatap Raib, "Apa maksudmu, Ra?"
Raib mengangkat bahunya, "Begitu kenyataannya, kan? Bahkan saat teman sekelas kita menyalin tugas di kelas kamu berbisik padaku kalau mereka itu generasi copy-paste. Tapi sekarang kamu berkata berkata seolah tindakan mencontek itu tidak penting, tidak ada hubungannya dengan kami."
"Aku tidak membelanya--"
"Eh, aku tidak bilang kamu membelanya, lho. Kenapa kamu tiba-tiba bilang begitu?"
Seli mengatupkan mulut. Perang akan meletus sebentar lagi, dan itu semua gara-gara dia. Aduh, sekarang Seli mengeluh, kenapa dia harus menggosip tentang itu pada Raib dan Ali?
"Aku memang tidak membelanya, kok!"
"Iya, kamu membelanya. Ngomong saja kalau kamu nggak suka teman terbaikmu dijadikan bahan gosip!"
"Apa maksudmu sih, Ra? Kalau kamu atau Seli dijadikan bahan gosip orang lain aku juga tidak akan suka."
"Bohong! Aku tahu kemarin siang kamu dan teman basketmu menggosip tentang aku! Kamu pikir aku tidak dengar, Ali? Kemarin kamu bilang ke mereka kalau aku suka kentut sembarangan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
bumi series | oneshot [2]
Fanfiction꒰ oneshot tentang kehidupan raib ali seli kalau lagi ga ada misi <3 ꒱ - sebagian besar karakter milik Tere Liye ©alisseuuu