꒰ Taman Bermain 🎠꒱

2K 145 24
                                    



"Raib, bando itu lucu sekali!" Seli mengambil bando dengan hiasan telinga kelinci, memasangkannya di kepala Raib.

Mereka sedang berada di sebuah toko aksesoris dalam taman hiburan. Ily ikut dengan mereka (sebenarnya Seli yang ngotot mengajak Ily) sekalian dia ingin tahu tentang Klan Bumi.

"Aduh, Sel, mau berapa lama lagi kamu memutari toko ini?" Ali mengeluh.

"Sabar, dong!" Seli berseru ketus. Dia sebal karena masih banyak barang lucu yang belum dilihatnya.

"Ali benar, Seli. Taman hiburan ini luas sekali. Sudah hampir setengah jam kamu disini," Raib melepas bando telinga kelinci, kembali meletakkanya dalam jejeran bando lainnya.

"Nah," Ali nyengir, "Ayo, Raib. Kamu mau naik wahana apa?"

Raib mengangkat bahu, menarik tangan Seli keluar dari toko aksesoris.

"Kamu mau naik apa, Seli?" tanya Raib.

"Tidak tahu, Ra. Kamu ingin naik apa, Ily?"

Ily mengangkat bahu, "Terserah. Aku akan mengikuti kalian."

"Aduh!" Ali mendengus kesal, "Mau naik roller coaster saja?"

Seli menggeleng, "Ini masih pagi, kita naik yang biasa saja, jangan langsung roller coaster."

"Kamu takut, Seli?" Raib menoleh, meledek.

Seli menggeleng. Dia tidak takut, tapi dia mudah sekali muntah. Bahkan dalam kapsul ILY, saat kapsul tersebut melakukan manuver atau gerakan berbahaya lainnya, yang paling sering muntah adalah Seli.

"Ya sudah, kita masuk rumah hantu saja dulu. Bagaimana?" Ali menawarkan.

Raib mengangguk setuju, "Boleh saja."

Lagi-lagi, Seli hendak menggeleng. Namun melihat wajah antusias Ily, Seli jadi mengangguk. Dasar bucin.

Mereka berempat segera masuk dalam rumah hantu setelah mengantre beberapa saat. Ali dan Raib berjalan di depan, mereka tidak takut.

Seli berkali-kali menarik baju Raib, takut dengan suara-suara dalam rumah hantu tersebut.

Sampai kemudian, patung hantu perempuan bergelayut di atas mereka, rambut panjang patung tersebut mengenai muka empat anak tersebut.

"AAAAA!!!!" Seli berteriak keras, menarik baju Raib.

"SELIIII! BAJUKU JADI MELAR!!!!"

Aduh, untung saja rumah hantu tersebut gelap. Karena tarikan Seli yang kuat, lengan baju Raib jadi terjatuh. Pundaknya sempat terlihat. Raib memelotot kesal. Untung saja baju Raib tidak robek.

Ily tertawa, merengkuh pundak Seli, "Tidak apa-apa, Seli. Kamu pegangan aku saja. Kasihan Raib bajunya kamu tarik terus."

Raib dan Ali berjalan tidak peduli. Sebenarnya Ily juga tidak takut, tapi karena dia sedang menuntun Seli yang memejamkan mata, jalannya jadi melambat.

Wajah Seli yang pucat terlihat jelas setelah mereka keluar dari rumah hantu. Raib tertawa, meledek Seli.

"Kamu jahat, Ra. Kamu meninggalkanku." Seli cemberut sambil menerima air minum dari Raib.

"Iya. Kamu seharusnya tidak tertawa, Raib. Tadi saat ada hantu menyentuh pundakmu, kamu langsung bersembunyi di punggungku," Ali nyengir, menaikkan alisnya pada Raib.

"Kapan sih? Aku lupa."

Sebelum Raib dan Ali kembali bertengkar, Ily mengajak mereka naik boom boom car. Tiga remaja itu mengangguk setuju. Permainan itu seru.

bumi series | oneshot [2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang