Chapter 2

27 8 2
                                    

"Eléa... ?"

Eléa masih terbujur kaku memandangi sosok Gale di depan nya. Wajahnya pucat pasi.

"Loh, kamu belum kenal ? Ini Eléa, penghuni baru yang kamarnya di depan kamar kamu. Dia udah seminggu pindah ke sini." jawab Oliv, "Dia juga junior kamu di kampus."

Eléa yang dapat merasakan kalau sekarang dia sedang ditatap Gale dengan tatapan yang tidak dapat diartikan, langsung berinisiatif memperkenalkan dirinya.

"Malam Kak Gale, perkenalkan nama saya Eléa penghuni baru di La Maison. Saya juga mahasiswi Teknik Industri baru di kampus." ujar Eléa sesopan dan seformal mungkin dengan kepala tertunduk. Tidak berani menatap ke arah Gale.

"Oh, saya Gale." kata Gale singkat.

"Udah gitu aja ? Kaku banget sih kalian." kata Keenan sambil terkekeh kecil.

"Gale, kamu jangan kejam-kejam ke Eléa. Bantu jagain Eléa juga selama Ospek ya. Gini-gini sekarang kita kan satu rumah." ujar Oliv.

"Nggak janji ya Kak. Semuanya tergantung mereka sendiri. Kalau mereka salah, ya tetap harus dapat hukuman." ujar Gale sambil menatap ke arah Eléa.

"Duh... kejam banget Bapak ini. Jangan dingin gitu dong." balas Oliv sambil menyuguhi potongan ayam ke Gale yang kini sudah duduk di sebelah Eléa.

"Oh iya Eléa, tadi kamu bilang Ospek jam 5.30 kan ? Jadi selama 2 hari ini, kamu berangkat Ospek nya gimana ?" tanya Keenan.

"Aku naik ojek online, Kak."

"Yaudah, kamu besok pagi ikut sama Gale aja." kata Keenan

"Kamu besok pagi pasti ke kampus buat Ospek kan ?" tanya Keenan pada Gale.

"Besok Eléa ikut kamu ya. Kasian juga kan kalau dia harus naik ojek online subuh-subuh. Mana gelap dan sepi di jalan." pinta Oliv, ikut menimpali.

Gale yang sedari tadi diam sekarang menatap ke arah Eléa. Diamatinya dengan seksama gadis yang masih duduk diam di sebelahnya dengan kepala tertunduk. Rambut sebahunya menutupi wajah nya.

"Eléa ?"

"Eh, iya Kak." jawab Eléa sedikit kaget.

"Besok jam 5 kurang kita berangkat dari sini. Karena aku harus sampai kampus lebih awal untuk persiapan Ospek."

"I-i...iya baik Kak." jawab Eléa dengan gugup.

Ya Tuhannn... Niat Kak Keenan sama Kak Oliv baik sih, tapi aku lebih mending berangkat naik ojek online deh dibandingkan berangkat bareng Kak Gale. Besok pagi pasti bakal super duper awkward !

***

Kriiinggggg.....

Eléa yang tadinya masih terlelap seketika terbangun mendengar suara alarm hp nya yang sebenarnya secara tidak sadar sudah di snooze nya 2 kali. Dilihatnya jam di layar handphone nya.

"Hoammmm... masih jam 4.15. Duh masih ngantuk." kata Eléa sambil mengucek-ngucek matanya.

Eléa yang teringat kalau hari ini dia akan berangkat dengan Gale pun mau-tidak mau memaksa dirinya bangkit dari kasur dan langsung berjalan keluar kamar menuju kamar mandi dengan mata yang masih setengah tertutup untuk segera bersiap-siap.

Setelah selesai mandi dan mempersiapkan semua keperluan Ospek, Eléa turun untuk membuat sarapan. 

Bagaimanapun juga dia harus tetap sarapan sebelum Ospek, kan ?

Karena Eléa melihat sekarang jam sudah menunjukkan waktu 4.45 dan dia harus segera berangkat sebelum pukul 5 dengan Gale, Eléa hanya memasak omelet seadanya yang ia taruh di dalam kotak bekal kecil lengkap dengan sendok dan garpu mini. Ia juga mempersiapkan 1 kotak bekal lainnya.

Tidak lama setelah itu, Gale turun dari tangga dan langsung berjalan keluar dari rumah.  

Eléa yang melihat Gale pun langsung bergegas menaruh kotak bekal ke dalam tas goni nya dan berlari ke luar rumah. 

Cuaca pagi ini lumayan dingin. Sepertinya hujan akan turun karena Eléa dapat merasakan kalau angin berhembus cukup kencang.

"Pagi Kak" sapa Eléa dengan sedikit terengah karena berusaha mengejar Gale. Ia tidak mau sampai dimarahi oleh senior nya itu karena telat.

"Pagi." jawab Gale.

Eléa merasakan kecanggungan luar biasa dan tidak tau harus berbicara apa lagi. Ia melihat Gale mengeluarkan helm dan menyodorinya kepada Eléa.

"Kita naik motor nggak masalah kan ?" tanya Gale sambil melirik ke arah Eléa yang berpenampilan khas anak Ospek lengkap dengan peralatan tempurnya.

"Iya nggak masalah Kak." jawab Eléa sambil memakai helm yang diberikan Gale.

Gale sudah berada di atas motor, begitu juga dengan Eléa yang sudah berpegangan erat ke belakang motor. 

Gale yang dari tadi melirik Eléa dari spion motor, tiba-tiba memutar tubuhnya dan menatap Eléa dengan tatapan yang membuat hati Eléa seketika berdesir.

Tiba-tiba Gale melepas jaket yang sedang ia pakai dan memberikannya kepada Eléa.

"Cuacanya dingin di luar. Dipakai dulu jaketnya." 

Eléa & GaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang