Ah lagi, kenapa aku terus-menerus berada di tempat yang sama?
Sebuah kabut yang entah datang dari mana kini menjadi pusat pandangan bagi Jimin, jauh di depannya kini muncullah sebuah kabut tebal. Kabut yang terkadang selalu muncul di dalam mimpinya saat ia tengah tertidur pulas.
Baiklah, siapa kali ini yang ada di balik kabut itu?
Jari-jemari tangan milik Jimin mengucak-ngucak kedua matanya saat dibalik kabut tebal yang muncul di depannya ternyata terdapat sosok seseorang yang selama ini ia rindukan, walaupun penglihatannya tidak terlalu jelas karena tertutupi kabut tebal tersebut, tidak membuat keyakinannya runtuh akan sosok orang itu.
Langkah kaki yang terdengar disertai dengan kabut yang perlahan menghilang membuat mata Jimin menyipit, untuk memastikan sosok di balik kabut tebal itu, Jimin sedikit memajukan tubuhnya, ia berusaha mendekat disaat langkah kaki yang terdengar itu juga semakin dekat dengannya. Tapi ternyata, ia tidak bisa.
Apa benar itu Ibu? Tanya Jimin di dalam hatinya, pikirannya tidak yakin bahwa itu benar Ibunya, dan entah kenapa hati kecilnya mengatakan bahwa yang tengah berjalan di balik kabut itu adalah Ibunya.
Perlahan tapi pasti kabut itu mulai menghilang bersamaan dengan munculnya sosok wanita cantik dibalut gaun putih juga dengan senyuman yang merekah di bibirnya. Ya Tuhan, dia benar Ibuku!
Mata Jimin memanas, ingin rasanya ia berlari menghampiri dan kemudian memeluk erat tubuh Ibunya, tetapi kakinya seolah terasa berat bahkan untuk sekedar berjalan.
Tuhan, biarkan aku memeluknya untuk sejenak.
Dengan jarak yang tercipta di antara keduanya benar-benar membuat Jimin tidak tahan. Sementara itu di depan sang anak, Nyonya Park tersenyum manis, dan jangan lupakan wajahnya yang terlihat lebih muda dan juga cantik.
Senyuman simpul terbentuk oleh bibir Jimin, dengan batin yang mulai berbicara juga tatapan sendu di lakukan oleh Jimin saat ini.
Ibu, Jimin lelah...
Lagi, Nyonya Park hanya bisa tersenyum manis pada sang anak. Senyuman itu begitu penuh arti, seolah-olah ia mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tapi, baru saja ia melihat sosok Ibunya, kini kabut tebal yang semua sudah menghilang kini kembali hadir. Kabut itu kembali menutupi tubuh Nyonya Park, bahkan dengan cepat kabut tebal itu membawa Nyonya Park kembali ke surga.
Mata yang semula hanya memanas kini mulai mengeluarkan air mata saat sang Ibu kembali di tutupi oleh kabut tebal. Untuk kesekian kalinya pertemuan itu terasa sangat menyakitkan.
Kenapa harus ada sebuah pertemuan jika itu berujung menyakitkan?
---oOo---
"Hei Jim, bangun!"
Sebuah tepukan di dapatkan oleh Jimin pada pipinya, matanya terbuka dengan kepala yang ia dongakkan berusaha menatap kearah orang yang sudah menepuk pipinya. Disana sudah ada Taehyung yang berdiri tepat di samping mejanya, dengan menenteng ransel birunya juga di sertai dengan senyuman jahil yang tertampang jelas diwajahnya.
"Bagaimana rasanya tertidur di saat jam pelajaran, hm?"
"Apa?"
"Ah benar, aku jadi ingat wajah menyebalkan milik Pak Kwon saat melihat kau tidur tadi."
Jimin terdiam sejenak, ia masih mencoba mencerna perkataan Taehyung barusan. Pak Kwon? Aku tertidur? Batinnya mencoba menebak-nebak arah pembicaraan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine Euphoria
Teen Fiction[Stop Going On] "Untukmu, matahariku. Sampai jumpa di euforia selanjutnya." ... 미나 ©2021