"Ketika kamu berjanji, selalu ingatlah bahwa ada langit dan bumi yang menjadi saksi."
-Lee Yuri
Ps: sebelumnya maaf untuk keterlambatan update, aku harap kalian tetap di sini untuk menikmati karyaku ^_^
.
.
.
Seorang anak kecil kira-kira berumur enam tahun dengan balutan seragam sekolah ber-balut jaket abu lengkap sepatu dan tas sekolah di punggungnya mendudukkan diri pada kursi di samping bangsal rumah sakit.
Anak kecil itu baru pulang sekolah lalu langsung melesat pergi ke rumah sakit bersama sang ibu. Menjenguk kakak tercinta yang sedang sakit.
"Hyung, apakah sakit?"
"Tidak kok,"
Park Jihoon sempat meringis ketika melihat selang yang terhubung dari tangan kakaknya menuju sebuah botol yang menggantung pada-dia tidak tahu namanya, intinya bentuknya mirip tiang dan Jihoon menyebutkan bahwa itu adalah tiang. Yasudah, suka-suka hati Jihoon saja.
"Lalu kenapa ada selang dari tangan Hyung?"
"Ini selang infus namanya," sang kakak menjawab.
"I-iya itu.. apakah benar tidak sakit?" Jihoon bertanya lagi.
"Iya, tidak sakit kok."
Sebenarnya agak lelah karena Jihoon terus-menerus bertanya akan selang infus tersebut. Tapi... ah sudahlah, kalian sendiri mungkin tahu bagaimana anak kecil.
"Kalau begitu aku juga mau di pakaikan selang begitu, Hyung." Kata Jihoon kecil yang berhasil membuat bola mata Jimin membulat. Beruntung ibunya sedang ke kantin rumah sakit, jika ibunya itu mendengar apa kata Jihoon tadi mungkin saja kini Jihoon sudah terkena jeweran di telinganya karena bocah itu asal bicara saja.
"Eh, jangan!" Jimin menyela cepat.
Sang adik mengerucutkan bibir, terlihat cemberut. "Lho? Kenapa? Kok tidak boleh?"
"Selang ini khusus orang sakit, Jihoonie." Dan saat itu Jimin sebisa mungkin untuk membuat Jihoon membatalkan keinginannya. Karena jika tidak begitu akan bahaya jadinya. Jihoon itu seperti anak kecil pada umumnya yang bisa merengek kapan saja ketika permintaannya tidak terpenuhi.
Tatapan polos kemudian di tunjukkan oleh Jihoon. "Eung.. iyakah? Jadi aku tidak boleh pakai?"
Lalu sang kakak mengangguk pelan beserta sudut bibirnya yang mulai memperlihatkan sebuah senyuman.
"Kamu tidak boleh sakit, ya? Cukup Hyung saja, kamu jangan." -Park Jimin.
Dia mulai melipat kedua tangannya di atas dinginnya makam. Menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangan tersebut, kemudian kembali menangis tanpa suara. Tangisannya terdengar parau, penuh akan kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine Euphoria
Teen Fiction[Stop Going On] "Untukmu, matahariku. Sampai jumpa di euforia selanjutnya." ... 미나 ©2021