9

599 54 9
                                    


Hati Namjoon kini bagai dibolak balik. Gemes melihat ciptaan manis dihadapannya kini sedang menikmati eskrim yang ia beli tadi dengan antusias. Ingin Namjoon segera membawa tubuh Yoongi dalam pelukannya dan mencium seluruh wajahnya. Namun buru-buru ia sadar, jika dia lakukan itu, tamatlah riwayatnya.

"Mau?" Yoongi sengaja menawarkan es krim rasa mint-choco yang dia tau sangat amat dibenci suaminya. Dia risih Namjoon melihatnya tanpa kedip, persis seperti om-om genit yang melihat mangsa.

"Mau! Dari bibir kamu, tapi.." goda Namjoon sambil mendekatkan tubuhnya yang dengan sigap Yoongi dorong dengan sikunya.

"Jauh gak?" katanya dengan nada penuh ancaman yang malah dibalas tawa Namjoon. Untung saja tawa kencang itu berhasil menutupi debaran jantung Yoongi yang tak stabil.

"Kebiasan!" tutur Yoongi lagi.

Baru mau ngomel lebih panjang, ponsel pintar Namjoon keburu menghalangi. Ia mengambil jarak dari Yoongi dan mengangkat telpon malas. Terdengar suaranya penuh rasa kesal dan berseteru dengan orang di seberang sana, mengatakan dia baru saja tiba dan sangat capek untuk pergi lagi.

"Mau pergi lagi?" tanya Yoongi setelah telpon itu Namjoon lempar bagai tak ada harganya ke meja makan di sebelahnya. Kasihan juga, padahal si jangkung baru saja tiba dari dinas luar kotanya.

"Rese banget, kerjaan gak ada kelar-kelarnya." Baru kali ini Yoongi lihat Namjoon benar-benar kesal karena pekerjaan. Merasa iba, Yoongi segera mendekatinya dan memberikan pelukan lima detik.

"Aku siapin  baju kamu, ya." 

"Gi, kurang lama peluknya," rengek Namjoon saat Yoongi mau pergi.

"Nanti lagi kalau kamu udah pulang. Sekarang pergi mandi sana."

Selama 10 menit pasangan itu sibuk dengan urusan masing-masing, Namjoon dengan persiapannya ke kantor dan Yoongi dengan oleh-oleh cucian kotor yang dibawa si suami.

Saat sedang mengancing kemejanya, Yoongi mendatangi kamar mereka dan bertanya dengan cepat, "Ini apa, Joon? Kamu beli mesin cuci baru?" 

Yoongi menujukkan kertas bon yang ia temukan dari saku celana milik Namjoon.

"Itu.." Namjoon diam, bingung mau menceritakan dari mana. Terbesit keinganan untuk berbohong demi menghindari pertikaian, tapi ia memilih untuk bersikap lebih dewasa.

"Gini kemarin.." ada jeda. Namjoon menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Jadi mama bilang dia butuh mesin cuci baru-"

"Mamaku?" potong Yoongi. "Mamaku butuh mesin cuci baru, gitu?" tanya Yoongi lebih jelas.

"Iya. Maaf gak bilang kamu dulu kemarin. Jadi mama bilang dia butuh banget, kebetulan aku bisa bantu jadi langsung aku beliin," kata Namjoon. Dia masih ingin bercerita tentang keputusannya yang tiba-tiba karena keberadaannya di Busan kemarin dan tak sempat mengadakan diskusi dulu dengan Yoongi, namun keburu dipotong oleh pasangannya.

"Kamu ngerti gak sih konteks 'butuh'nya mama itu apa? Dia tinggal sendiri dan dia udah punya mesin cuci. Butuh dari mana?" nada bicara Yoongi jadi lebih tinggi. 

"Gi.. Aku mohon dulu kamu jangan marah--,"

Yoongi membuang mukanya, malas melihat tampang suaminya sendiri. "Kesal banget. Heran?! Apa sih susahnya bilang enggak ke dia?"

Meledak-ledak adalah keadaan dia saat ini. Jadi jika Namjoon kembali menjawab semua pernyataannya dan mencoba menjelaskan, dia rasa tidak mungkin dan tau kalau itu bakal memperkeruh suasana. Namjoon menarik napas singkat.

l a n d e d // namgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang