13 END

959 57 9
                                    

Namjoon baru bisa mengunyah ramennya setelah berhasil menuangkan sisa bubuk yang terselamatkan (setengahnya sudah terbuang karena tak mahir merobek bungkusnya.)

Wajahnya berkerut saat kuah ramen itu ia cecap terasa seperti air cuci tangan. Namjoon berhenti makan. Mengambil ponselnya, ia memilih menggulirkan layar, menimbang apa yang sebaiknya ia pesan pagi ini. 

Setelah berhasil memilih, dia tetap fokus pada ponselnya, duduk di atas sofa sembari mengecek pekerjaannya. Tak lama terdengar pintunya digedor berkali-kali. Semula ia pikir kurir makanan sudah tiba, namun ragu karena pukulannya makin lama makin terdengar kencang.

Kalau Ia tak reflek menghindar, mungkin saja pukulan Jungkook sudah mendarat pada wajah bantalnya.

"Lo kenapa sih, Kook?"

"An--berisik lo. Pergi kemana Kak Yoongi?"

"Sopan dikit, Bro. Ini rumah gue. Dan ini masih pagi!"

"Sopan, sopin--" Jungkook terdiam, merasa awas dengan tatapan Namjoon yang seolah bisa menusuk jantungnya. Nyalinya menciut pelan. Sejujurnya Jungkook memang tak seberani itu pada sang kakak. 

"Lo mau masuk atau gue usir?"

Jungkook menurunkan pandangannya. "Masuk."

Namjoon langsung membukakan pintunya lebih lebar dan membiarkan adiknya masuk.

"Gue gak terima kalo kak Yoongi pergi gitu aja. Kok bisa lo biarin dia pergi sih? Orang sebaik itu. Lo..."

"Gak terima Yoongi pergi?" Namjoon mengulang kalimat Jungkook. "Emangnya lo siapa dia?"

"Jujur ya! Gue lebih sayang Kak Yoongi dari pada lo, tau gak?! Gue sedih kalo dia pergi! Dan bahkan mungkin gak kembali!" Jungkook masih ingin marah. Mau melontarkan semua kata-kata yang sudah ia pendam tentang betapa kakaknya sangat bodoh.

"Lo tau dari mana dia mau pergi?"

"IG nya! Subuh-subuh dia update lagi di terminal bilang "This is the end. I hope we'll be fine. Thank you for everything." Sementara Jungkook hampir menangis karena merapalkan caption Yoongi yang entah kenapa begitu membekas dipikirannya 

"Hapal banget lo captionnya. Encer juga tuh otak. Skripsi lo udah kelar belum?

"Berisik lo. Jawab gue!"

"Jawab apa sih? Dia pergi karena mau ketemu bokapnya. Ya, gue bisa apa? Masa iya mau ngelarang?"

"Pergi liat papanya?"

"Iya! Makanya kalo gak tau urusan rumah tangga orang, gak usah nimbrung tiba-tiba. Pake acara ngegas lagi."

"Dia pergi tadi subuh supaya bisa pulang sore ini. Jadi gak kemalaman."

"Jadi kalian fine fine aja? Dia gak pergi kan?"

"Kita fine."

"Terus lo kenapa gak kerja? Berantakan lagi nih rumah, udah kayak orang depresi lo."

"Suka-suka gue dong. Gue kan bos."

...

Bak baru disetrika, kini wajah Namjoon tampak lebih licin dan cerah. Ia tersenyum sampai lesung pipinya tergali dalam.

Yoongi di hadapannya makin lama makin mendekat, dan tangannya pun melebar tak sabar merangkul.

"Oh my God, I miss you so much," katanya saat tubuh itu sepenuhnya jatuh dalam pelukannya.

Yoongi menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Kita gak ketemu baru 10 jam."

"Oh, ya? Kupikir udah 1000 tahun." Namjoon terkekeh dan meringis dalam waktu yang bersamaan. Perutnya baru saja dicubit pelan Yoongi. Tapi karena ia rindu, maka Ia kembali melempar senyum.

"How are you?"

"OK." Yoongi tersenyum singkat. "So much better, sebenarnya." Ia meraih tangan Namjoon yang ingin menautkan tangan mereka. Dan pada punggung tangganya Namjoon mendaratkan kecupan lembut.

"Aku bangga sama kamu."

"Bangga?"

"Kamu berani melangkah sejauh ini dan melawan semua rasa takutmu. Dan karena kamu bersedia menerima aku."

"Joon, jika tidak ada kamu yang mendukung, aku... kita... tidak akan ada di sini. Terima kasih karena sudah mau menunggu."

"Terima kasih karena sudah berusaha." 

Namjoon memeluk erat tubuh Yoongi. Tak peduli pada pandangan orang yang berlalu lalang di terminal, ia mengecup kening Yoongi dan pipinya, merasa rindu yang kelewat batas.

"Tapi masih ada yang mau aku bicarain..." 

Jantung Namjoon berdetak mulai tak normal. Merasa awas pada pandangan Yoongi yang menatapnya penuh harap. Tak bohong, ada sedikit rasa trauma setiap kali Yoongi ingin mengajaknya berdiskusi. 

"Soal?"

"Rencana kita untuk punya anak."

Namjoon kembali tersenyum lebar dan menularkannya pada Yoongi. Mereka kembali berpelukan dengan Namjoon yang meneteskan air matanya karena terlalu bahagia.

"Terima kasih."

Yoongi ikut menangis, bersyukur. Rasa takut yang memeluknya kini jadi kenyataan indah. Karena ia sudah memilih untuk jadi berani.

Berani menerima.

Berani memaafkan.

Dan berani kembali mencintai.

...





24/06/2022

So, here's the end page. It takes a lot of time, and I'm sorry for that.

Terima kasih semua buat yang udah vote, comment, and support. Thank you. Thank you.

l a n d e d // namgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang