5

710 62 8
                                    

"Eh udah pada mau ke kantor ya?" tanya Jungkook santai, mengabaikan ekspresi bengong di hadapannya. Bukannya dia tidak lihat, tapi mereka hanya terlalu overreacted, itu pikir Jungkook. Apalagi si pipi berlubang itu.

"Ngapain lo ke sini? Dapat uang dari mana lo?" sergah Namjoon cepat. Jungkook hanya bisa menghela nafas singkat karena bosan dengan celotehan kakaknya yang itu-itu aja. Entah kenapa Namjoon selalu berteriak setiap kali bertemu dengannya. 

"Dari Kak Yoongi."

"Gi?" Spontan Namjoon melirik Yoongi yang berdiri tepat di sebelah kanannya yang otomatis membuat Yoongi gagap menjawab.

"J-jangan salah paham dulu. Gini. Kemarin 'kan kamu bilang jangan kasih PC, eh kebetulan dia minta tiket pulang pergi Jepang-Seoul ya udah aku kasih," jelasnya.

"Ya terus kuliahnya?"

Jungkook memutar bola matanya, jengah. "Gue lagi liburan, Bang. Tenang aja deh."

"Untuk MAHASISWA ABADI mah setiap hari itu hari libur! Balik sana lo ke Jepang. Kalau Mama tau bisa digoreng lo!" marah Namjoon. 

"Tega banget sih lo." Jungkook melemparkan wajahnya ke arah Yoongi karena pada Namjoon terlihat tak ada harapan. 

"Kak Gi, tau kan aku ke sini tuh karena kangen mama, pingin ketemu mama sama makan makanan mama," rayu Jungkook.

Dia tahu Yoongi sayang banget sama dia. Sama kayak sayangnya dia ke Yoongi.

Mendapatkan Yoongi dikeluarganya itu bagaikan mendapatkan vitamin C dijejeran obat-obat pahit di kala sakit. Manisnya paling ditunggu. Seneng banget Jungkook ketika tahu kini dia punya temen yang bisa dia ajak jadi partner in crimenya. Dia jujur tentang semua kalimatnya. Dia memang merindukan mamanya namun tak punya keberanian yang cukup untuk menunjukkan diri. Bener kata Namjoon. Bisa saja ibunya mengoreng dia karena skripsinya lagi-lagi belum kelar.

"Gak usah marah-marah bisa Joon?"

"Gi, tadi kamu bilang udah telat loh. Pergi yuk, tinggalin aja nih bocah di sini," kata Namjoon mengalihkan pembicaraan. Dia capek harus marah-marah. Takut mood nya makin down di saat dia harus jadi profesional di kantor nanti. Peduli setan sama adiknya, Namjoon tak ingin lagi membuang energi.

"Kak Gi, bantuin aku please." Kini kedua telapak tangan Jungkook melekat dan dia memohon, terlihat sedih seperti anak anjing yang baru kena guyur hujan. Yoongi lemah banget sama hal-hal kayak begini.

"Bantu apa?"

"Temenin aku ke rumah mama. Aku yakin kalau pergi ke sana bareng kakak, mama gak bakal marah. Please, please..."

"Gak bisa. Yoongi udah telat. Biar aja lo dimarahin mama," potong Namjoon cepat, sama cepatnya dengan tangannya yang sudah menggandeng tangan Yoongi.

"Apa sih, gue ngomong sama Kak Yoongi ya!"

"Udah gak apa Joon aku temenin Jungkook aja." 

"Nanti kamu telat, Gi," kata Namjoon. 

"Aku izin gak masuk aja hari ini."

"Gi?!" Namjoon melotot tak percaya. Sampai segininya Yoongi sama adik dia?

"Kasian Joon." Namjoon melihat wajah Yoongi yang berharap penuh padanya. Baru kali ini dia lihat Yoongi memohon. Well, kalau untuk urusan Jungkook memang Yoongi tidak pernah tidak memohon. Lagi-lagi Namjoon pusing karena tingkah mereka berdua. 

"Gak apa, ya? Kita bisa pergi pakai bus kok. Kamu berangkat kerja aja sekarang," lanjutnya. Dengan pelan Yoongi melepas genggaman tangan Namjoon yang perlahan melemah.

l a n d e d // namgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang