4

753 69 8
                                    


Yoongi mengumpat saat Namjoon memberhentikan mobilnya mendadak.

"Enggak! Aku gak setuju," ujar Namjoon berupaya tegas.

"Gak usah sampai ngerem mendadak juga dong! Untung kita gak celaka."

"Ya, kamu ada-ada aja," jawab Namjoon, menyalahkan dengan suara yang tak kalah tinggi. Dia merasa menyesal telah meminta Yoongi bercerita. Kalau tahu ujungnya bakal jadi begini, Namjoon memilih untuk tutup telinga.

Tapi jika dipikir ulang, ada baiknya juga dia tahu langsung dari mulut Yoongi, sebelum semuanya terlambat. Namjoon semakin jadi kesal.

Dia mendesah berat. "Pokoknya aku gak setuju, ya. Lagian kita 'kan udah buat perjanjian juga dari awal."

"Tapi..."

"Gi, udahan deh manjain Jungkooknya. Jadi semena-mena 'kan dia minta ini itu sama kamu?"

Yoongi ikut mendesah. Pergantian topik yang akan dia pilih dia yakini sebagai pelarian agar Namjoon tidak terlalu serius. Namun nyatanya hanya jadi sia-sia. Kini dia bisa melihat Namjoon kesal setengah mati karena permintaan izinnya untuk membelikan Jungkook, adik Namjoon, PC baru.

"Gak ada yang manjain, Joon. Mau gimana lagi aku udah terlanjur janji juga," elak Yoongi.

"Gara-gara tuh game ya, Mama udah suntuk banget marahin dia hari-hari buat kelarin kuliahnya."

"Jadi gimana dong? Kalau bukan karena bantuan dia, mana mungkin aku dapat bonus kayak kemarin. Kamu sih diminta tolong cariin speaker gak bisa."

Dari pada menjawab, Namjoon memilih untuk berpikir keras guna membatalkan semua keinginan Yoongi. Dia kenal benar siapa Yoongi ini, yang bakal mati-matian membela adiknya dan menyiapkan semua keperluan si bungsu. Dan Jungkook, Namjoon paham banget kalau adiknya memang sedang memanfaatkan kebaikan Yoongi. Entah sejak kapan juga mereka jadi begitu akrab, pikir Namjoon berulang kali.

"Ya, kalau memang karena status Jungkook adik ipar aku terus jadi langgar peraturan yang udah kita buat, ya udah. Hadiah ini bukan karena dia adik iparku, tapi dia partner kerja," saran Yoongi yang membuat Namjoon mengelengkan kepalanya cepat.

"Enggak kalau kamu tetap mau kasih PC. Ganti hadiahnya."

"Ganti apa?"

"Kamu bisa ganti hadiahnya dengan buku atau apapun yang lebih bermanfaat."

Yoongi mengusap wajahnya, frustrasi. "Ya Tuhan, Joon. Dia bukan kamu yang kutu buku. Dia mintanya PC, ya kasih PC dong, masa buku. Yang ada aku ditimpuk nanti."

"Enak aja. Berani dia nimpuk istri gue."

"Ih! Canda kali," ujar Yoongi dengan wajah yang perlahan menjadi merah. Mengutuki dirinya yang bisa-bisanya melayang hanya karena kalimat remeh begitu.

"Rela kamu aku dikatain tukang tipu?" sambung Yoongi lagi, bersih kukuh ingin memberikan Jungkook hadiah.

"Tukang tipu gimana?"

"Ya jadinya tukang tipu dong. Janjinya 'kan beliin apa yang dia mau, tapi malah gak jadi."

"Oke, boleh." Akhirnya  Namjoon menyerah. Namun bukan Namjoon namanya kalau tidak punya segudang jalan alternatif lain. "Tapi ini yang terakhir ya. Jangan lagi-lagi dan kamu juga langsung bilang ke dia. Terus biayanya kita bagi dua." 

Senyum Yoongi tadinya merekah kini layu tiba-tiba. 

"Enggak!"

"Iya! Harga PC gak murah. Aku gak mau kamu sampai harus habisin tabungan kamu."

Tak ada jawabanan yang keluar dari mulut kecil Yoongi sehingga Namjoon menambahkan, "Setuju atau enggak ngasih sama sekali."

"Ok. Ok," ujar Yoongi dengan suara tinggi. Kesal, walau diizinkan tetap saja baginya membelikan hadiah dengan uangnya sendiri lebih melegakan hatinya. 

"Terus kalau udah dikasih ijin kamu harus lakuin apa?"

"Lakuin apa?"

"Eh! Kamu udah ngelanggar peraturan loh." Sebelah alis Namjoon terangkat dan dia tersenyum picik. 

Mata Yoongi memutar, jenggah. "Thanks, ya."

"Gak nerima kata thanks, nerimanya ciuman," kata Namjoon tanpa malu yang dibalas teriakan histeris dan pukulan dari istrinya.

"APAAN?!"

"Aku yang cium, apa kamu nih?"

"NAMJOON!"

"Cepet! Gak jalan nih mobilnya," ancam Namjoon sambil senyam senyum. Ya Tuhan. Ingin sekali rasanya Yoongi turun dan jalan kaki hingga sampai rumah, tapi melihat perjalanan yang begitu jauh Yoongi mengurungkan. Naik taksi pun terasa mustahil karena malam sudah begitu larut.

Mau tidak mau, Yoongi mendekatkan dirinya. Sambil berdoa agar Namjoon tak mendengar detak jantungnya yang bertalu-talu, Yoongi menempel bibirnya pada pipi Namjoon yang dingin dan setelahnya segera menarik badan dengan cepat.

"Ya, udah tuh. Buruan pulang." Yoongi membuang wajahnya kearah jendela. Menyandarkan tubuhnya kembali dan menarik nafas dalam-dalam. Yoongi sungguh tak tahu kenapa dia berlagak seperti anak ABG yang polos di depan seorang Namjoon.

"Denger lagu ya kita," ajak Namjoon sambil menyetel musik dari ponselnya. Saat  musik mulai terdengar, pria dengan lesung pipi itu tak mau menyianyiakan momen. Dia ikut bernyanyi walau lirik bahkan nada jauh berbeda.

"Apaan, sih Joon?" tanya Yoongi, sedikit tersenyum. Tergelitik tingkah laku suaminya yang tak tahu malu. Namjoon tak menjawab dan malah meninggikan suaranya hingga Yoongi tak tahan untuk tidak tertawa lepas.

Tawa keras Yoongi dan suara Namjoon memenuhi ruang mobil.

Yoongi tau pasti hari ini dia bahagia. 

Yoongi tau pasti dia selalu bahagia bersama Namjoon. Namun dia tidak tau pasti apakah kebahagiannya sama besar dengan milik Namjoon selama ini.

...

Pagi dikediaman Namjoon dan Yoongi tidak pernah mengenal tenang. 

Hari ini mereka telat bangun setelah menyempatkan diri untuk bercinta di ranjang saat subuh menjelang. Salahkan Namjoon dan semua hasratnya, itu pikir Yoongi.

"Joon cepet dong!" teriak Yoongi sambil menggedor-gedor pintu kamar agar suaminya itu keluar dari sana. Namjoon segera menampakkan dirinya dan ikut bergerak terburu-buru. Bergerak ke arah sofa mengambil tas kantornya, dia berkata, "Sarapan dulu ya kita."

"Enggak! Sarapan gimana? Udah telat gini aku! Gara-gara kamu nih," sewot Yoongi sambil memperbaiki dasi Namjoon yang miring.

"Loh kok jadi nyalahin aku sih. Kamu sendiri mau juga."

"Ya kalau aku nolak emang kamu bakal mau?"

Namjoon jadi diam, memikirkan bagaiman jika Yoongi menolak keinginannya saat gairahnya sedang membuncah. Oh, itu akan jadi mimpi paling buruk buat Namjoon. Pria jangkung itu mengelengkan kepalanya kuat untuk mengusir semua bayangan yang bisa-bisanya menghampiri dia akibat celoteh--tak berperasaan--Yoongi.

"Ya udah yuk. Cabut," ajak Yoongi buru-buru sambil menarik tangan Namjoon yang baru saja tersadar hingga keluar rumah. Namun langkah mereka harus berhenti tiba-tiba karena sebuah badan tinggi menghalangi tepat di depan pintu.

"Morning!" Teriak pemilik badan ketika berbalik.

Mata Namjoon dan Yoongi kompak membelalak.

Sepertinya memang tidak akan ada pagi yang tenang dikediaman rumah Kim.


l a n d e d // namgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang