10

628 52 13
                                    

Keraguan yang ia rawat membuat Yoongi masih terjaga hingga malam ini.

Pertengkaran mereka kemarin benar-benar membuka mata Yoongi, membuatnya mengerti bagaimana dia benar-benar egois dalam hubungan mereka, persis seperti yang ibunya katakan.

Semula niat Yoongi membuat kontrak itu hanya untuk melindungi dirinya dan mungkin saja juga dapat melindungi Namjoon dan hatinya yang terlalu baik. Mereka menikah tanpa cinta dan tak ada jaminan jika mereka tidak akan terluka di masa mendatang.

Yoongi hanya ingin mereka tidak terluka. Hanya itu.

Namun sejak Namjoon mengatakan permintaan maafnya pertama kali, kemudian ada yang kedua kali, dan kali kali selanjutnya padahal dia tak pernah salah. Hingga pada pertengkaran kemarin pun dia masih mencoba untuk menerimanya, Yoongi sadar kontrak itu telah berubah jadi duri dan kini sedang menusuk mereka secara pelan-pelan.

Suaminya selalu minta maaf dan dia akan menangis. Menangis karena rasa bersalah. Salah sebab dia tak dapat menjadi orang yang mengerti Namjoon.

Pada akhirnya luka itu tak bisa ia luputkan.

Dia selalu cari celah bahwa dia butuh waktu. Dia selalu menyalahkan perceraian orangtuanya. 

Dan Dia selalu menutupi fakta bahwa dia takut.

Dia takut jadi sendiri.

Dia takut jatuh hati pada Namjoon dan bagaimana nanti jika Namjoon malah meninggalkannya suatu hari nanti?

 Persis seperti orangtuanya yang meninggalkan dia.

 Yoongi pelan menyisir rambut Namjoon yang sedang terlelap dihadapannya. Lebih dari 30 menit Namjoon telah tertidur di sampingnya sementara dia masih terjaga karena kepalanya yang penuh suara.

Dia memantap pada wajah lelah Namjoon, membiarkan detak jantung abnormalnya yang selalu ia sembunyikan berirama selaras deru nafasnya. Yoongi coba menghitung sudah berapa banyak dia menyakiti prianya selama ini, mendengarkan setiap kata maaf, dan aku coba mengerti selama ini.

Dia menghela nafasnya pelan sementara Namjoon jadi terbangun.

"Kamu gak tidur?" matanya menatap sendu mata Yoongi yang sediki memerah.

"Belum ngantuk."

"Kamu mikirin apa?"

"Banyak," kata Yoongi, kemudian dia tersenyum tipis.

Namjoon mengulurkan tangannya dan menepuk pelan kepala Yoongi penuh kasih sayang. Tak cukup, pria besar itu membawa tubuh kekasihnya dalam pelukan dia. Dia mengelus  punggungnya pelan sementara wajahnya berakhir pada ceruk leher Yoongi, menghirup aroma tubuhnya, memberikan afeksi yang buat kupu-kupu dalam perut Yoongi mengepakkan sayapnya.

"Joon, aku mau bicara."

"Ya?" Pelukan mereka akhirnya terlepas. Sesaat ada kehampaan, Yoongi telah terbiasa dipeluk oleh suaminya untuk membuatnya bahagia.

Dia kini bangkit dari tidurnya, menjadi duduk dan Namjoon pun mengikuti. Yoongi memeluk lututnya yang ditutupi selimut. Tampak hangat dan menggemaskan di mata Namjoon. Kulit putihnya cerah tersiram lampu kamar yang temaram.

"Tentang kontrak kita, aku minta maaf. Aku baru sadar kalau kamu jadi banyak berkorban demi permintaanku."

"It's okay. Kita jadi banyak belajar karena kontrak itu, kan? Karena aku sebenarnya jadi banyak belajar tentang mengerti kamu."

Yoongi mengangguk, mendengarkan. "Kalau kita hapus kontraknya gimana?"

"Maksudnya?"

"Gak ada lagi kontrak pernikahan diantara kita. Aku mau hilangin."

"Ada atau gak ada kontrak, aku baik-baik aja, sebenarnya. Aku cuma gak mau ada rahasia, dinding atau apapun diantara kita karena, entah kenapa, aku masih merasa belum bisa mengapai kamu..." Namjoon diam, melanjutkan kalimatnya dengan hati-hati, "Yang aku mau, kamu percaya sama aku."

Yoongi tersenyum tipis. Dia bingung menjawab sebab dia masih belum yakin.

Rasa percaya Yoongi sendiri sudah ia anggap hancur bersamaan perceraian kedua orangtuanya 1o tahun lalu. 

"Kalau kamu?" Yoongi bertanya, "Kamu percaya sama aku?"

"Aku percaya..." tutur Namjoon yakin. Dia mengenggam tangan Yoongi dan meramasnya pelan seakan-akan ada keyakinan. Yoongi tersenyum karena ikut seakan dikuatkan untuk keputusannya kali ini.

Kini dia yakin duri itu bisa ia cabut dari antara mereka.

"Joon, aku tau tentang kamu dan ... Aleea."

"Dia.." Namjoon diam karena tak tau harus bilang apa.

"Kamu masih ada hubungan dengan dia?"

...

Sore setelah pertengkaran hari itu

Jungkook datang ke hadapan Yoongi setelah dikabari ingin bertemu. Dia tersenyum senang, tapi kakaknya tidak.

"Kakak mau nanya, tapi kamu harus jawab jujur, ya?" Ada aura-aura tak familiar yang buat Jungkook jadi menegakkan punggungnya dan sedikit memajukan wajahnya.

"Nanya apa nih? Kok serius banget?"

"Dia siapa?" Tak ada jawaban dari Jungkook ketika melihat sebuah foto yang Yoongi tunjukkan. Foto yang tak sengaja ia temui saat mencari dokumen yang Namjoon minta 3 hari lalu. 

Diam itu jelas membuat Yoongi kembali bersuara, "Dia tunang-"

"Mantan," kata Jungkook, memotong. "Dia masa lalu, Kak."

"Tapi dia hampir nikah sama Namjoon." Kalimat itu terlontar mudah namun meninggalkan luka dalam hatinya. 

"Dia ninggalin bang Namjoon seminggu sebelum nikah, jadi dia gak layak buat diingat lagi. Lagian Bang Namjoon udah nikah sama kakak. Kalian punya hidup baru yang gak ada hubungannya sama dia."

"He never tells me about her."

"What for?"

Yoongi menghela napasnya pelan. Jungkook tidak mengerti, begitu pikirnya, dan menjelaskan semuanya pun terasa percuma.

Jungkook menghela napasnya singkat. "Aleea udah nyakitin bang Namjoon. She doesn't deserve to be mentioned."

"Siapa? Namanya Aleea?"

Jungkook mengangguk.

"Tapi kemarin..." Yoongi tak melanjutkan kalimatnya karena dadanya terlalu sesak.Tatapannya mengabur. Dia hanya bisa mengingat, mengingat dengan begitu jelas bahwa kemarin Aleea meminta Namjoon untuk menjemputnya.

l a n d e d // namgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang