Chapter 10 : Bullying

49 45 12
                                    





SELAMAT MEMBACA


Maikela masuk kedalam bilik toilet, dirinya mulai membasuh kedua tangannya. Memperbaiki ikat rambutnya yang tampak mengendur.

"Oh, jadi ini cewek kegatelan yang sering godain Axel!" suara dari belakang mengejutkan Maikela.

Maikela menoleh menatap ke tiga cewek yang tengah berdiri di depannya, siapa lagi kalau bukan Mauren and the gang, terkenal sebagai geng pembully.

"Kalian mau apa di sini?" tanya Maikela.

"Kita mau apa? Ya mau ngasih pelajaran ke lo lah."

"May, gak perlu di kasih pelajaran lagi. May udah pinter soalnya." jawab Maikela seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Mauren.

"Wah! Berani banget lo ya." ucap Mauren.

Tangan Mauren tak tinggal diam, ia menjambak rambut Maikala Dengan kuat, membenturkan kepala Maikela ke dinding berulang kali.

Maikela meringis menahan sakit pada Kepala nya, darah mengalir dengan deras dari pelipis Maikela. Mengotori lantai dan seragam putih yang tengah Maikela kenakan.

"Akhhhh, sakit." pekik Maikela saat Mauren dengan kuat membenturkan kepala Maikela.

"Enak kan! Ini pelajaran buat cewek kayak lo berani-berani nya godain Axel."

"Ma_y, gak pernah godain Axel." ucap Maikela sedikit terbata.

"Masih gak mau ngaku hah?" seru Mauren sambil mencengkram dagu Maikela kuat membuat Maikela meringis sambil memejamkan mata menahan sakit.

"Ren cukup! lo udah keterlaluan tau gak." ucap Sisi salah satu teman Mauren.

"Tapi gw masih belum puas! Jalang ini harus di kasih pelajaran biar gak berani lagi godain Axel." balas Mauren menyeringai.

Pandangan Maikela mulai mengabur, hal yang terakhir Maikela lihat adalah Axel yang berlari kearahnya. Sebelum akhirnya Maikela jatuh tidak sadarkan diri.

"BANGSAT!! APA YANG KALIAN LAKUIN HAH?"

Teriakan Axel berhasil membuat Mauren terkejut, Mauren tak menyangka dirinya akan ketahuan seperti ini.

"Minggir!" sentak Axel kepada Mauren, berjalan menghampiri Maikela yang sudah tidak sadarkan diri.

Rahang Axel tampak mengeras, menandakan bahwa dirinya sedang menahan amarah yang siap meledak.

Axel berjongkok didepan Maikela, menyelipkan tangannya di bawah leher dan lipatan kaki Maikela kemudian mengendong Maikela, berjalan meninggalkan toilet.

"Res, lo urus masalah ini. Gw gak mau tau pokoknya mereka harus di hukum seberat-beratnya." perintah Axel kepada Restu tepat di depan toilet.

"Siap pak boss! serahkan semuanya sama gw."

Mauren yang melihat itu hanya menundukkan kepala, kakinya benar-benar lemas dan badan nya mulai gemetar ketakutan.

"Ikut gw kalian." seru Restu seraya menarik Mauren dan ke dua temannya menuju ke ruang BK.

Sedangkan Axel membawa Maikela masuk kedalam mobil, tujuan yaitu satu kerumah sakit. Melihat kondisi Maikela yang mengenaskan dengan luka goresan di sepanjang pelipis.

Perasaan tidak terima atas apa yang Mauren lakukan kepada Maikela, jika tidak mengingat Mauren perempuan Axel pasti sudah menonjok habis muka Mauren.

Sampai di rumah sakit, Axel membawa Maikela masuk kedalam. "Sus tolong! Teman saya sus."

"Mas nya tenang dulu!"

Kemudian Suster Meletakkan Maikela di atas brankar, mulai mendorong memasuki ruang UGD untuk segera di tangani.

Melihat Maikela tengah di tangani, Axel menunggu dengan gelisah di kursi tunggu. Dirinya sadari tadi tidak henti-hentinya mondar-mandir sambil menggigit jari, selang beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan.

Axel berdiri menghampiri dokter. "Dok, gimana keadaan teman saya?"

"Pasien baik-baik saja, hanya sedikit robekan pada pelipisnya sudah saya jahit. Setelah pasien di pindahkan ke ruang inap, pasien sudah bisa ditemui." jelas sang Dokter.

"Baik, terima kasih dok!"

Setelah kepergian Dokter. Axel berjalan membuka pintu ruangan Maikela, pandangannya langsung tertuju pada gadis yang saat ini sedang berbaring di ranjang rumah sakit.

Melihat Maikela membuka mata, Axel lantas berjalan menghampiri ranjang Maikela.

"Stttt.. Kepala May sakit banget." ringis Maikela seraya memegang kepalanya.

"Jangan banyak gerak dulu!"

Maikela menoleh menatap Axel. "Eh, kok May bisa ada di sini?"

"Hm, gw nemuin lo di bawah kolong jembatan tadi. Makanya gw bawa ke sini." jawab Axel ngawur.

"Isss, Axel gak pernah serius kalo di ajak ngomong," kesal Maikela seraya mencebikan bibirnya.

"Lo pengen banget ya di seriusin sama gw."

"Kalo serius nya jadi pacar Axel, May mah mau!" seru Maikeal dengan semangat.

"Ngarep lo, dasar."

"May mau pulang!" ucap Maikela, "May takut Bunda khawatir sama May."

"Lo Mau pulang?" tanya Axel.

Maikela mengangguk, dirinya benar-benar ingin segera pulang. Takut bundanya akan khawatir, selama ini Maikela belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Apa yang akan Maikela katakan nanti jika ditanya oleh bundanya.

"Kalo gitu tunggu sebentar, gw selesain adminstrasi dulu. Lo gak usah khawatir, gw yang bakal bicara sama bunda lo nanti."

Mendengar itu Maikela lantas tersenyum, tidak salah jika dirinya menaruh hati pada Axel.

_TBC_

Hello Guys!! Yang masih ngikutin cerita aku jangan lupa buat Vote dan Comment ya❤❤

Luv untuk kalian semua😉

MY NEIGHBOUR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang